Wujud Nyata Pengabdian ITB kepada Nusantara: Potensi Pala Fakfak sebagai Penggerak Ekonomi

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita

Dok.LPPM ITB

BANDUNG, itb.ac.id – Tim Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Bandung (ITB) terus memberikan inovasi yang dapat bermanfaat bagi masyarakat luas. Salah satunya dengan memperkenalkan GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry), yang merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap lemak pala yang memiliki kandungan safrol, eugenol, dan trimiristin dengan jumlah signifikan.

ITB sebagai inisiatif dalam bentuk penelitian sederhana untuk memisahkan senyawa-senyawa yang terkandung di dalam lemak pala Fakfak.

Sebagai gambaran, Ibu Kota Fakfak yang berada di Provinsi Papua Barat memiliki sebuah wilayah yaitu Kabupaten Fakfak dengan luas total 14.320 km² yang terbagi menjadi 17 distrik.

Kabupaten Fakfak memiliki berbagai potensi unggulan, seperti di bidang pariwisata atau perkebunan. Terlebih pada bidang perkebunan yang mayoritasnya diisi oleh komoditas pala, total luas area perkebunan pala Fakfak terus meningkat dari tahun ke tahun karena berbagai usaha dari Dinas Perkebunan Kabupaten Fakfak untuk memberikan bantuan bibit, pelatihan, dan pendidikan bagi petani dan calon petani pala.

Pohon-pohon pala yang ada, terdiri dari dua bagian, yaitu pala alami turun temurun dan pala yang khusus ditanam oleh petani. Jenis pala yang ditanam di Kabupaten Fakfak adalah pala Fakfak (Myristica argantea Warb) yang memiliki karakterisitik berbeda dengan pala Banda (Myristica fragrans) yang lebih umum.

Tim Pengabdian Masyarakat ITB melakukan kunjungan ke Kabupaten Fakfak, khususnya ke Dinas Perkebunan pada pertengahan Juni 2023, selama kurang lebih 10 hari untuk melihat pala Fakfak secara lengkap, mulai dari pembibitan hingga pemrosesan biji pala. Tim diterima baik oleh Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Fakfak, Ir. Abdul Rahim Patamasya, M.Si., dan sekretaris Tasfi Yanti Irianti, S.Hut.MM. Pada kesempatan tersebut, diskusi yang berjalan menghasilkan berbagai pengetahuan baru bagi tim dan membuka beragam peluang kerja sama ke depannya.

Dinas Perkebunan Kabupaten Fakfak telah memiliki Blok Penghasil Tinggi (BPT) dan Pohon Induk Terpilih (PIT) sebagai sumber-sumber benih unggul yang ada di 8 kebun petani dan kemudian ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor 87/KPTS/KB.020/12/2016.

Buah-buah pala yang dihasilkan dari Pohon Induk Terpilih (PIT) akan dibeli oleh perusahan swasta yang telah memperoleh izin usaha produksi benih tanaman perkebunan dari provinsi. Setiap bibit pala yang akan disebarkan ke petani harus bersertifikat dan dikembangkan dengan penanaman pala Fakfak berkualitas tinggi.

Tim turut mengikuti kegiatan penanaman pohon pala Fakfak dan juga ikut serta pada kegiatan Dinas Perkebunan Kabupaten Fakfak ke 3 kampung yaitu Kampung Kinam, Kampung Mom Bunibuni, dan Kampung Mbahammayoun untuk kegiatan “Sosialisasi Perluasan Tanaman Pala Fakfak (Myristica argentea Warb) di Kabupaten Fakfak Tahun Anggaran 2023”.

Melalui kegiatan tersebut, terjadi sinergi antara petani pala dan pemerintah yang diwakili oleh Dinas Perkebunan Kabupaten Fakfak. Petani pala akan menyediakan lahan yang sesuai dengan kriteria yang disyaratkan dan berkomitmen untuk merawat tanaman pala sesuai arahan Dinas Perkebunan. Sementara itu, Dinas Perkebunan akan menyiapkan bibit unggul dan insentif bagi petani pala untuk proses penanamannya.

Selain itu, tim turut melakukan kunjungan ke lokasi persemaian benih dan melihat biji pala yang mulai bertunas hingga telah menjadi benih siap tanam. Sayangnya, tim datang pada saat masa panen telah lewat sehingga tidak berkesempatan untuk melihat proses penyiapan biji pala untuk dijadikan benih.

Sekilas Mengenai Pala Jantan dan Betina
Pada habitatnya, pala merupakan tumbuhan yang berumah dua sehingga bunga jantan dan bunga betina akan tumbuh pada pohon berbeda. Pada kasus yang jarang terjadi, bunga jantan dan bunga betina dapat tumbuh pada satu pohon yang sama. Tetapi hanya pohon pala betina yang dapat menghasilkan buah, bahkan waktu yang diperlukan untuk pala berbuah adalah 7-8 tahun lamanya.

Di lain sisi, jika tidak ada pala jantan, pembuahan tidak dapat terjadi. Maka dari itu kebun pala yang ideal memiliki banyak pohon pala betina dengan beberapa pohon jantan yang tumbuh di tengahnya dan petani pala memiliki kemampuan untuk mencirikan bentuk fisik kedua benih tersebut.

Pala jantan memiliki pucuk yang tidak bercabang, sedangkan pala betina cenderung memiliki banyak percabangan. Jenis kelamin dari benih pala sendiri baru akan terdeteksi kurang lebih setelah 6-7 tahun.

Proses penyemaian yang menghabiskan waktu cukup banyak tentu sangat merugikan, namun para penyemai memiliki metode berupa pengecekan tonjolan pada fuli biji pala yang diklaim memiliki akurasi tinggi untuk mendeteksi jenis kelamin pohon yang akan tumbuh. Fuli yang memiliki tonjolan akan menghasilkan pohon pala jantan, sedangkan yang datar akan menghasilkan pohon pala betina. Metode ini umum digunakan oleh para petani pala di berbagai daerah Indonesia walaupun belum ada penelitian mendalam untuk mempelajari hal ini.

Di dalam buah pala matang yang telah dipetik, terdapat biji pala yang memiliki kualitas tinggi dibandingkan pada buah pala yang belum matang. Biji pala ini kemudian dipisahkan dari fulinya. Fuli akan dikeringkan dan dijual terpisah karena memiliki harga lebih tinggi daripada biji pala kering.
Secara tradisional, biji pala dikeringkan menggunakan panas matahari atau teknik pengasapan. Teknik ini membutuhkan waktu pengeringan yang lama, kurang lebih 3 minggu. Proses pengeringan yang lama akan meningkatkan risiko tumbuhnya jamur dari Genus Aspergillus yang akan menghasilkan senyawa aflatoksin dan okratoksin yang beracun bagi manusia dan ternak.

Untuk itu, Green Economy Growth Programme for Papua (GEG) yang merupakan suatu program kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Inggris yang dilaksanakan di bawah Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi serta United Kingdom Climate Change Unit, memberikan bantuan pengembangan dan dana untuk inisiasi penggunaan sistem cold-solar drying yang mampu mengeringkan dalam waktu 10 hari di lingkungan yang lebih terjaga.

Sistem pengeringan ini telah dipasang di beberapa kampung penghasil pala dan satu perusahaan yang dibina, yaitu CV Papua Global Spices. Tim juga berkesempatan untuk berkunjung ke perusahaan binaan untuk melihat proses pengolahan biji pala mulai dari proses pengeringan hingga menjadi produk siap ekspor. Bantuan GEG memungkinkan pengusaha lokal Fakfak untuk dapat memproses dan mengekspor sendiri pala Fakfak ke pembeli di luar negeri, dari yang sebelumnya hanya mengirimkan ke pedagang besar di Surabaya. Hal ini tentu akan menguntungkan bagi Kabupaten Fakfak bila dikelola secara meluas.

Untuk meningkatkan nilai ekonomi dari pala Fakfak, telah terdapat beberapa produk turunan yang dihasilkan, di antaranya arang pala, lemak pala, balsam pala, sabun pala, manisan pala, dan sirup pala. Produk-produk ini relatif memiliki biaya produksi yang tinggi karena sebagian besar bahan baku perlu dikirimkan dari pulau Jawa. Biaya transportasi juga menjadi masalah untuk penjualan produk turunan tersebut diluar Fakfak. Semoga permasalahan ini dapat terselesaikan oleh pihak berwenang sehingga produk turunan pala Fakfak dapat lebih dikenal di Indonesia.

Kontribusi Tim Pengabdian Masyarakat ITB
Tim Pengabdian Masyarakat ITB berkontribusi dengan memisahkan senyawa-senyawa yang terkandung di dalam lemak pala Fakfak, kemudian lemak pala diproses dengan cara pelarutan menggunakan heksana dan dilanjutkan dengan penyaringan. Filtrat kemudian diuapkan hingga larutan menjadi pekat. Cairan pekat yang dihasilkan akan didinginkan kemudian diteteskan ke dalam etanol dingin sambil diaduk cepat. Pada tahap ini, akan didapatkan padatan putih yang sama sekali tidak memiliki aroma pala.

Pengujian titik leleh menunjukkan bahwa senyawa ini kemungkinan besar adalah trimiristin. Tim berharap penelitian awal ini dapat menjadi batu loncatan untuk pengembangan produk pala Fakfak sebagai bahan baku murni senyawa tertentu.

Ekonomi para petani pala sangat tergantung kepada hasil panen dan kualitas biji pala yang dihasilkan. Bahkan tim sempat bertemu dengan petani pala yang mengaku bahwa banyak pohon di lahannya telah berumur ratusan tahun dan telah diturunkan beberapa generasi. Selain oleh petani, ekonomi Kabupaten Fakfak juga digerakkan oleh para pedagang biji pala yang berdatangan dari luar Fakfak. Bila produksi bahan baku murni dari biji pala Fakfak dapat dilakukan, tentu ekonomi masyarakat Fakfak akan lebih menggeliat.

Berbagai paparan di atas menunjukkan bahwa pala Fakfak telah menjadi salah satu penggerak ekonomi utama di Kabupaten Fakfak. Dukungan pemerintah, akademisi, dan masyarakat tentu sangat diperlukan untuk mewujudkan pala Fakfak sebagai penggerak ekonomi utama.

Reporter : Mely Anggrini (Meteorologi, 2022)


scan for download