Grandprix, Putra Daerah dari Indonesia Timur, Lulus S3 Kimia ITB dengan Predikat Cumlaude di Usia 24 Tahun
Oleh Fivien Nur Savitri, ST, MT
Editor Fivien Nur Savitri, ST, MT
Bandung, itb.ac.id - Grandprix Thomryes Marth Kadja, seorang mahasiswa S3 Kimia ITB, secara resmi mendapatkan gelar doktor setelah berhasil mempertahankan disertasinya pada Sidang Terbuka Sekolah Pasca Sarjana FMIPA ITB pada hari Jumat (22/9/2017). Mengangkat topik tentang zeolite sintesis, mekanisme, dan peningkatan hierarki zeolit ZSM-5, Grandprix berhasil lulus dengan predikat Cumlaude.
Pria yang lahir pada tanggal 31 Maret 1993 di Kupang, Nusa Tenggara Timur, berhasil menyedot perhatian banyak orang. Putra daerah asal Indonesia Timur ini merupakan putra pertama Indonesia yang mendapatkan gelar doktor di usianya yang sangat muda yaitu 24 tahun.
Selama menjalankan Studi S3 di ITB, Grandprix melakukan penelitian secara penuh dibawah bimbingan Dr. Rino Mukti, Dr. Veinardi Suendo, Prof. Ismunandar, dan Dr. I Nyoman Marsih sebagai promotornya. Grandprix menjelaskan bahwa secara garis besar penelitiannya tersebut berfokus pada material yang banyak dipakai di industri seperti petrokimia dan pengolahan biomassa.
Dalam sidang terbuka yang dihadiri keluarga, dosen, mahasiswa, dan beberapa tamu undangan dari luar ITB, Grandprix berhasil menjawab dengan baik pertanyaan-pertanyaan dari para penguji. Salah seorang penguji datang dari Universitas Indonesia yakni Dr. Yuni Krisnandi. Yuni merupakan Dosen Senior FMIPA, Departemen Kimia, Kelompok Bidang Ilmu Kimia Anorganik yang saat ini menjabat sebagai Kepala Laboratoroum Solid Inorganic Framework (SIF) Universitas Indonesia.
Motivasi Bagi Generasi Muda Indonesia Timur
Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, pada kesempatan yang sama memberikan ucapan selamat kepada Grandprix yang telah mengangkat nama baik Nusa Tenggara Timur dan memberi motivasi yang besar bagi generasi muda dari Indonesia Timur. Frans berpesan agar Grandprix tidak boleh berpuas diri dengan prestasi yang ada dan tetap mencari ilmu sebanyak-banyaknya untuk kepentingan dirinya, keluarga, dan masyarakat Nusa Tenggara Timur. Ucapan selamat disampaikan langsung melalui sambungan telepon Ketua Sidang, Prof. Dr. Satria Bijaksana. Satria menyampaikan kekhususan ujian kali ini dan mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan media massa yang telah meliput tanpa mengganggu kekhidmatan acara sidang.
Keberhasilan Pemerintah Mencetak Doktor Muda Melalui Program PMDSU.
Keberhasilan Grandprix meraih gelar doktor tak lepas dari dukungan Pemerintah Indonesia melalui Program Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) yang diselenggarakan oleh Kemenristekdikti. Upaya meningkatkan jumlah dosen berkualifikasi Doktor melalui program percepatan dengan cara memberikan beasiswa kepada para mahasiswa Sarjana Unggul yang diinisasi Kemenristekdikti sejak tahun 2012 patut diapresiasi. Sebelumnya Grandprix adalah Sarjana Unggul lulusan S1 Kimia Universitas Indonesia, dan mengikuti Program PMDSU Kemenristekdikti pada program studi yang sama di ITB. Lulus Magister di Tahun 2015, Grandprix telah sembilan kali mengeluarkan publikasi seminar berskala Internasional.
Sebelum ke bangku kuliah, Grandprix bercerita bahwa ia masuk SD pada umur 5 tahun dan lanjut ke kelas akselerasi di SMA sehingga usianya pada waktu masuk kuliah S1 adalah 16 tahun. Lulus S1 di umur 19 tahun, ia melanjutkan S2-nya dengan beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) Kemenristekdikti.
Sebelumnya gelar doktor termuda dari ITB diraih oleh Dr. Megawati Zunita yang saat itu berusia 26 tahun. Megawati yang lahir pada tanggal 17 Juni 1987, mengambil Program Studi Kimia FMIPA ITB dan telah diwisuda pada tanggal 12 Juli 2013.