Katalis Merah Putih (1): Membangun Negeri Melalui Dedikasi Riset dan Inovasi untuk Kedaulatan Energi
Oleh Anggun Nindita
Editor Anggun Nindita
BANDUNG, itb.ac.id – Katalis Merah Putih menjadi salah satu bukti dedikasi para peneliti bangsa demi kemandirian negeri di bidang reaksi kimia. Penelitian untuk menciptakan berbagai resep dan prosedur katalis dilakukan dalam waktu yang tidak sedikit, secara bertahap, dan dalam berbagai skala untuk menghasilkan karya terbaik.
Katalis merupakan bahan yang mampu mempercepat reaksi kimia hingga triliunan kali lipat dan mengarahkan reaksi kepada produk yang diinginkan. Bahan tersebut banyak digunakan dalam rekayasa reaksi kimia. Hampir 90 persen proses industri kimia melibatkan katalis.
Katalis sering menjadi "kunci" untuk berbagai industri, mulai dari industri kimia, industri pengolahan/pengilangan minyak dan gas, hingga industri energi baru terbarukan berbasis biomassa dan minyak nabati. Karena perannya, kebutuhannya sangat penting. Secara umum industri kimia di Indonesia masih menggunakan katalis impor. Dengan adanya Katalis Merah Putih, Indonesia selangkah demi selangkah mewujudkan kemandirian dalam Rekayasa Reaksi Kimia.
Katalis yang mampu dalam pemenuhan tuntutan efisiensi waktu, bahan baku, dan energi, serta pelestarian lingkungan, menjadi parameter kesuksesan dalam membuat katalis dengan sifat dan kinerja yang baik.
Kepala Center for Catalysis and Reaction Engineering Institut Teknologi Bandung (CaRE ITB), Prof. Dr. Ir. Subagjo, yang adalah ketua tim inventor Katalis Merah Putih, pada tahun 1976 melanjutkan pendidikan di Universite de Poitiers, Perancis, dan mendalami bidang katalis. Pada tahun 1981, Prof. Subagjo kembali ke tanah air dan setahun berselang, beliau bersama Prof. Sudarno menggunakan katalis zeolit untuk proses perengkahan (cracking) stearin, produk samping pabrik minyak goreng untuk menghasilkan bahan bakar minyak seperti bensin. Namun, penelitian dan pengembangan bensin dari stearin tidak dapat dilanjutkan karena dukungan dana penelitian serta keekonomiannya yang masih sulit diterima industri.
Meski begitu, upaya menemukan bahan bakar nonfosil terus dilakukan. Kemudian, 14 tahun berselang, pada tahun 1996, skema kerja sama dengan industri mulai dijalin. Di tahun tersebut, PT. PIM (Pupuk Iskandar Muda) Aceh menggandeng ITB melalui skema kerja sama untuk mengembangakan adsorben H2S (dihidrogen sulfida) dalam gas bumi. Pada tahun 1999, peneliti ITB (Dr. Ir. Subagjo dan Dr. Ir. Tatang Hernas Soerawidjaja) memperoleh formula adsorben yang kapasitas adsorpsinya dua kali lipat kapasitas adsorben yang diimpor oleh PT. PIM. Adsorben tersebut lalu diberi nama PIMIT-B1, kepanjangan dari PIM-ITB kesatu.
Pada tahun 2003, dosen-dosen Program Studi Teknik Kimia yang tergabung dalam Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalisis (TRKK), sepakat melakukan penelitian bersama dengan topik yang sama dalam bidang katalis. Harapannya, jika dilakukan bersama, katalis hasil karya peneliti akan semakin berdampak. Mereka adalah Prof. Dr. Ir. Subagjo, DEA, Prof. Dr. Ir. I.G.B. Ngurah Makertihartha, dan Dr. Ir. Melia Laniwati Gunawan, M.S. Seiring dengan waktu, kini jumlah anggota Lab bertambah, di antaranya adalah Dr. Ir Carolus Boromeous Rasrendra, S.T., M.T.
Sejak 2005 kerja sama dengan berbagai pihak mulai dijalin di antaranya dengan RnD (Research and Development), sekarang bernama RTI (Research and Technology Innovation) PT Pertamina untuk pengembangan katalis yang memberikan hasil yang baik.
Cita-cita agar Indonesia mampu memproduksi katalis sendiri dalam negeri akhirnya terwujud. Pada 29 Juli 2020, digelar joint venture agreement antara PT. Pertamina, PT. Pupuk Kujang Cikampek, dan PT. Rekacipta Inovasi ITB, untuk membuat pabrik katalis pertama di Indonesia dan pada tanggal 30 Desember 2020 ditandatangani Joint venture company antara PT Pertamina Lubricant, PT Pupuk Kujang Cikampek serta PT Rekacipta Inovasi ITB serta disepakati bernama PT. Katalis Sinergi Indonesia (PT KSI).
Pada 15 Maret 2022, dilakukan Groundbreaking Pembangunan Pabrik Katalis yang diresmikan oleh Menteri ESDM, Arifin Tasrif. Di akhir tahun 2023, kontruksi pabrik katalis sudah selesai dan seluruh peralatan sudah diuji coba.
Pada 1 Desember 2023, PT. KSI melakukan penjualan produk perdananya dengan jumlah 11 ton katalis NHT ke kilang Pertamina Refinery Unit V Balikpapan. Hal tersebut menjadi bentuk nyata karya riset anak bangsa, yang diproduksi bangsa sendiri, untuk kedaulatan energi negeri. Keberhasilan perjalanan tersebut tidak lepas dari berbagai kolaborasi yang terjalin.
Baca Juga: Katalis Merah Putih (2): 1982-2017, Pengembangan untuk Kilang Pertamina hingga Bensin Sawit
Reporter: M. Naufal Hafizh
Editor: M. Naufal Hafizh