Tim Peduli Pesisir ITB Bangun Hybrid Engineering untuk Redam Abrasi dan Banjir Rob di Karawang

Oleh Maharani Rachmawati Purnomo - Mahasiswa Oseanografi, 2020

Editor M. Naufal Hafizh

Hybrid Engineering yang berhasil dibangun (Dok. Tim Peduli Pesisir ITB)

KARAWANG, itb.ac.id — Bencana abrasi dan banjir rob menerpa permukiman warga di Desa Cemarajaya, Kabupaten Karawang. Kerusakan infrastruktur terjadi secara masif di sepanjang garis pantai dan wilayahnya terancam tenggelam. Keberadaan tanggul buatan yang tersusun dari batu, karung pasir, maupun ban di sepanjang garis pantai tidak cukup efektif untuk menghalau kerasnya gelombang.

Persoalan itu menggugah semangat mahasiswa yang tergabung dalam Tim Peduli Pesisir ITB untuk mengabdikan ilmunya kepada masyarakat. Bersama masyarakat, mereka membangun pemecah gelombang atau breakwater yang mengadopsi teknologi hybrid engineering (HE). “HE tersebut disusun dari bambu yang dipasang tegak lurus dengan garis pantai sehingga dapat meredam energi gelombang laut yang menjalar ke kawasan pantai. Sifatnya seperti membran semipermeabel yang memungkinkan strukturnya dilalui oleh air dan lumpur. Gelombang akan pecah tetapi gelombang tidak dapat dipantulkan sehingga sedimen dapat terperangkap di bagian tengahnya,” ujar Ketua Program Pengabdian, Muhammad Tauhid (Teknik Mesin, 2021).

Dia mengatakan, HE menganut sistem perakaran mangrove. Sedimen yang terkumpul nantinya mampu menambah garis pantai. Dalam jangka panjang juga dapat ditanami oleh mangrove baru yang mampu memperkuat proteksi pantai. Pembuatan breakwater sepanjang 25 meter tersebut berhasil diselesaikan dalam kurun 4 hari bersama dengan masyarakat.

Penyerahan peta kerentanan kepada perangkat desa. (Dok. Tim Peduli Pesisir ITB)

Selain itu, mereka membuat peta kerentanan abrasi dan banjir rob Desa Cemarajaya. Peta tersebut dirancang menggunakan metode Coastal Vulnerability Index (CVI) untuk memetakan tingkat kerentanan wilayah pesisir berdasarkan enam parameter, yakni geomorfologi, kemiringan pantai, perubahan garis pantai, pasang surut, tinggi gelombang signifikan, dan kenaikan muka air laut relatif.

“Sumber data yang digunakan dalam pembuatan peta tersebut berasal dari USGS, Demnas, ECMWF, TMD, dan Indonesia Geospasial. Tingkat kerentanan tinggi ditunjukkan warna merah dan tingkat kerentanan rendah ditunjukkan warna hijau. Kami melakukan validasi ke lapangan setelah hasil CVI dikeluarkan. Peta ini membantu masyarakat untuk memahami area-area yang rentan dan berisiko dari kedua bencana yang mengintai dan menjadi pedoman bagi para pemangku kebijakan dalam menetapkan program pengelolaan yang tepat di wilayah pesisir dengan kerentanan tinggi. Penyerahan peta kepada perangkat desa dilakukan bersamaan dengan program diseminasi untuk warga pada Sabtu (13/7/2024),” ujar Winda Vellisa Virgiani (Fisika, 2022).

Diseminasi perubahan iklim, interaksi atmosfer-laut, dan penanggulangan bencana pesisir di SDN Cemarajaya 3. (Dok. Tim Peduli Pesisir ITB)

Diseminasi dilakukan bersama BPBD untuk melakukan transfer ilmu dan praktik tanggap darurat bencana. Peserta berjumlah 50 orang yang meliputi warga, nelayan, perangkat desa, petani tambak, dan perwakilan setiap dusun. Diseminasi turut dilakukan kepada siswa SDN Cemarajaya 1, SDN Cemarajaya 2, dan SDN Cemarajaya 3 pada 15-16 Juli 2024. Anak-anak SD diberikan pemahaman mengenai penyebab dan dampak dari perubahan iklim serta interaksi yang terjadi antara atmosfer dengan laut. Para peserta turut diajak untuk menggambar dan mewarnai poster bertema abrasi.

Selama pelaksanaan pengabdian, Tim Peduli Pesisir ITB menyusun video dokumenter abrasi dan banjir rob. Video tersebut berisi gambaran menyeluruh tentang permasalahan yang terjadi di pesisir Cemarajaya dari sudut pandang nelayan terdampak dan dosen Oseanografi ITB, Dr.Eng. Faruq Khadami, S.Si., M.Si.

“Pembuatan video dokumenter bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pemerintah maupun masyarakat luas terhadap bencana yang tengah terjadi. Video ini diharapkan bisa mengadvokasi perubahan kebijakan dan program pemerintah dalam menanggulangi bencana,” ujar Yayu Septiani (Aktuaria, 2022).

Tim yang memiliki jargon “Pesisir Lestari, Alam Berseri” ini mendapatkan pendanaan dari Ditmawa ITB tiga tahun berturut-turut. Keberhasilan itu tak lepas dari bimbingan Sella Lestari Nurmaulia, S.T., M.T. “Kami berharap langkah kecil yang telah dilakukan bisa menginspirasi dan berdampak besar bagi masyarakat, pemerintah, maupun insan akademis. Semoga ke depannya kami bisa melakukan kegiatan lanjutan di Desa Cemarajaya dan terus berupaya mengentaskan permasalahan di berbagai pesisir lainnya,” ujar Vadelino Dio Maulana (Oseanografi, 2022).

Reporter: Maharani Rachmawati Purnomo (Oseanografi, 2020)


scan for download