Institut Teknologi Bandung

Salah satu agendanya, yakni Pengarahan Mahasiswa Baru Sekolah Pascasarjana (SPs) ITB oleh Prof. Dr.rer.nat. apt. Sophi Damayanti, S.Si., M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Sumber Daya, Pengembangan, dan Kerja Sama SPs ITB.

Pendidikan Pascasarjana di Technische Hogeschool (TH) Bandung berdiri pada tahun 1920. Hingga pada tahun 2023, ITB sudah memiliki 53 program studi pada jenjang magister dan 28 prodi pada jenjang doktor.

Pada pendidikan pascasarjana terdapat badan yang khusus menangani mahasiswa pascasarjana, salah satunya Komisi Sekolah Pascasarjana (KSPs) yang membahas hal-hal yang berkaitan dengan sekolah pascasarjana. Anggota KSPs ini terdiri atas profesor-profesor yang mewakili fakultas/sekolahnya.

Terdapat beberapa beasiswa yang dikelola oleh Sekolah Pascasarjana terdiri atas beasiswa kerja sama dan beasiswa dari ITB. Beasiswa kerja sama dapat berasal dari pemerintah, lembaga beasiswa, hingga perguruan tinggi lain. Sementara itu, beasiswa dari ITB terdiri atas Ganesha Talent Assistantship (GTA), Green Eco Manufacture (GEM), Pembebasan BPP Dosen dan Tendik, dan Bantuan Sosial.

Jenis bantuan sosial terdiri atas dua kategori. Kategori 1 berupa bantuan BPP, biaya hidup, dan wisuda. Kategori 2 berupa bantuan tesis, disertasi, dan lain-lain seperti seminar, conference, kegiatan mahasiswa. Adapun bantuan sosial bergantung pada fakultas/sekolah masing-masing.

Selain itu, terdapat kegiatan yang dapat diikuti oleh mahasiswa pascasarjana seperti alumni sharing, pengarahan mahasiswa baru, serta webinar informasi beasiswa dan program studi.

Terdapat pula Himpunan Mahasiswa Pascasarjana (HMPASCA) yang baru berdiri pada tahun 2024. HMPASCA merupakan organisasi resmi di bawah naungan SPs ITB yang bertujuan sebagai wadah aspirasi mahasiswa program pascasarjana (magister/doktor) di lingkungan kampus ITB. HMPASCA terdiri atas 11 himpunan fakultas/prodi.

Beliau juga menyampaikan beberapa survival kit yang dapat dilakukan ketika menjadi mahasiswa pascasarjana seperti menulis, mengulang, membaca, aktif, well informed, dan komunikasi. Sebaliknya, hal-hal yang dapat menyebabkan masalah saat studi antara lain tertutup, minder, jenuh, dan depresi.

Beliau berpesan agar mahasiswa pascasarjana selalu tangguh dalam menyelesaikan masa studi nantinya. “Bukan IP, bukan IQ, bukan kepintaran yang menyebabkan kita bertahan di sekolah pascasarjana ini, tapi salah satunya adalah ketabahan,” ujarnya.

Reporter: Artanti Mirta Kusuma (Rekayasa Infrastruktur Lingkungan, 2021)