ITB, UI, dan Unhas Berkolaborasi dalam Pengabdian kepada Masyarakat Berbasis Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi dan Tsunami di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan

Oleh Putri Nur Azizah - Teknik Geodesi dan Geomatika, 2021

Editor M. Naufal Hafizh

Dosen Teknik Geodesi dan Geomatika ITB, Gabriella Alodia, S.T., Ms.C., Ph.D., memberikan instruksi posisi berlindung ketika terjadi gempa kepada siswa TK Kemala Bhayangkari 18.

SULAWESI SELATAN, itb.ac.id- Tim Pengabdian kepada Masyarakat Institut Teknologi Bandung (ITB) bekerja sama dengan Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Hasanudin (Unhas) menyelenggarakan sosialisasi dan dialog kesiapsiagaan bencana di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Rangkaian kegiatan dilaksanakan pada 3-6 September 2024 di Kecamatan Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar, dengan sasaran peserta siswa TK hingga SMA.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat berfokus pada mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami, selaras dengan letak Kepulauan Selayar yang berdekatan dengan beberapa zona sumber gempa bumi, yaitu Sesar Selayar di sebelah timur Pulau Selayar, Sesar Kalaotoa di sebelah selatan Pulau Selayar, tepatnya di Kecamatan Pasilambena, serta Sesar Naik Busur Belakang Flores di selatan kabupaten.

Sosialisasi dan simulasi tanggap bencana gempa bumi dilaksanakan untuk siswa SDI 112 Benteng Timur pada 4 September 2024 dan untuk siswa TK Kemala Bhayangkari 18 pada 5 September 2024.

Sosialisasi dilaksanakan melalui media buku “Anak Selayar Siaga Gempa!” yang penulisan hingga produksinya didanai oleh Program Pengabdian kepada Masyarakat Bottom-Up LPPM ITB tahun 2023 dan 2024. Isi buku dibawakan menggunakan metode story telling dan simulasi dilakukan dengan memperagakan langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh siswa saat terjadi gempa.

“Buku ini merupakan media edukasi bahaya gempa bumi di sekitar wilayah Kepulauan Selayar dengan memakai peristiwa gempa Desember 2021 tersebut sebagai latar cerita,” ucap Gabriella Alodia, S.T., M.Sc., Ph.D., anggota kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang merupakan dosen dari Teknik Geodesi dan Geomatika, ITB.

Buku “Anak Selayar Siaga Gempa!” dibuat menggunakan kosakata sederhana dengan aksen dan bahasa sehari-hari masyarakat Selayar dan Makassar. Dilengkapi dengan tampilan bercorak pop-up, buku ini semakin interaktif dan sesuai dengan dunia anak-anak.

Buku "Anak Selayar Siaga Gempa!" karya Gabriella Alodia, S.T., M.Sc., Ph.D., dkk.

“Kita ingin meningkatkan pemahaman anak, utamanya di tingkat sekolah dasar, terhadap potensi gempa bumi di sekitar area Kepulauan Selayar, apa yang harus dilakukan ketika gempa terjadi, hingga bagaimana cara mempersiapkan diri untuk menghadapi gempa bumi di masa depan,” ujarnya.

Pengenalan buku "Anak Selayar Siaga Gempa!" kepada siswa SDI 112 Benteng Timur.

Rangkaian kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat untuk membahas kejadian gempa yang pernah terjadi di area Kabupaten Kepulauan Selayar, serta sebuah dialog kebencanaan bertajuk “Gempa Bumi dan Tsunami Mengintai, Kita Bisa Apa?” yang dihadiri oleh puluhan siswa SMP dan SMA, bekerja sama dengan Komunitas Sileya Peduli.

“Secara umum, kami ingin menyampaikan bahwa Selayar itu memiliki potensi bahaya gempa bumi dan tsunami, sebagaimana gempa yang telah melanda Selayar beberapa kali pada beberapa titik di daerah ini (Kepulauan Selayar),” ujar beliau.

Beliau menuturkan, bahwa manusia tidak pernah tahu kapan persis gempa bumi akan datang, tetapi manusia dapat melakukan banyak hal untuk meminimalkan risiko dari kejadian bencana tersebut. Menurut beliau, selain pemahaman umum tentang kebencanaan, yang dibutuhkan masyarakat terutama anak muda adalah pemahaman mitigasi terkait bencana gempa dan tsunami. Anak muda harus dilihat sebagai objek dan subjek dalam upaya mitigasi bencana.

“Selain karena berpeluang menjadi korban pada insiden kebencanaan, di masa depan mereka juga akan menjadi penentu kebijakan sehingga dapat menerjemahkan pemahaman tentang kebencanaan pada kebijakan dan perilaku secara personal di keluarga dan lingkungan,” ujarnya.

Selain Gabriella Alodia, Ph.D., pada dialog tersebut hadir pula sebagai pembicara, Kandidat Doktor Perencanaan Wilayah dan Kota ITB, Difa Kusumadewi, M.T. yang memaparkan aspek sosial dari bencana gempa bumi dan tsunami. Menurutnya, bencana gempa dan tsunami harus dilihat dalam perspektif sosial, meliputi dampak psikologis dan eskalaasi sosial yang ditimbulkan. Dirinya mencontohkan, keberadaan kalangan disabilitas saat terjadi bencana membutuhkan penanganan khusus.

“Begitu banyak hal secara sosial dan kebijakan yang perlu didorong agar bencana dapat kita lalui tanpa kerugian secara materil dan sosial yang signifikan,” ujar Difa.

Gabriella Alodia, Ph.D. bersama siswa sekolah menengah pada dialog "Gempa Bumi dan Tsunami Mengintai, Kita Bisa Apa?", yang bekerja sama dengan Komunitas Sileya Peduli.

Dimas Albi, mahasiswa Teknik Geodesi dan Geomatika yang turut serta pada pengabdian masyarakat tersebut menuturkan, “Satu hal yang membuat saya bangga sekaligus senang adalah antusiasme adik-adik saat mengikuti kegiatan sosialisasi dan praktik mitigasi gempa bumi menunjukkan betapa mereka sebenarnya sadar dan peduli terhadap kemungkinan bencana gempa bumi yang terjadi.”

Reporter: Putri Nur Azizah (Teknik Geodesi dan Geomatika, 2021)

Dokumentasi: Dimas Albi, Teknik Geodesi dan Geomatika 2021