LSI Design Contest merupakan kompetisi tahunan yang diselenggarakan Ryukyu Daigaku, Kepulauan Okinawa, Jepang. Lomba yang pada tahun ini mengambil tema spectral substraction tersebut mengundang kedelapan finalis yang sudah diseleksi sebelumnya. Kedua finalis Indonesia yang berasal dari ITB merupakan kelompok belajar dalam Kuliah EL4105 Very Large Scale Integration (VLSI) yang diampu oleh Dr. Trio Adiono. Dari tahun ke tahun mata kuliah ini diselenggarakan sekaligus untuk memotivasi mahasiswanya mengikuti lomba-lomba terkait mata kuliah tersebut salah satunya adalah lomba LSI. Dengan tema lomba Noise Cancelling System, Tim MIT berusaha melakukan inovasi dari algoritma Spectral Substraction dan mengimplementasikannya ke dalam FPGA. Mereka pun berhasil membuat sistem real-time yang dapat menghilangkan noise pada speech signal sehingga dihasilkan suara yang jernih.

Sejak bulan Oktober terbentuk, tim MIT mulai intensif melakukan persiapan lomba. Dengan metode "Adaptive General Spectral Substraction" Reza dan kawan-kawan mulai melakukan percobaan. "Sulit sekali mendapatkan pinjaman alat untuk ngoprek (melakukan percobaan-red), kami harus mencari-cari pinjaman di berbagai Laboratorium Elektro ITB. Setelah dapat board, hanya bisa digunakan saat weekend saja dan harus dikembalikan hari Senin, sehingga kami harus sungguh-sungguh saat mengerjakan simulasi bahkan pada saat liburan," kenang Reza yang pada Oktober lalu menyabet penghargaan Best Idea Competition di Lomba Poster Inovasi Indonesia-Japan Innovation Convention 2012.

"Metode yang kami gunakan untuk lomba ini juga belum diajarkan di kuliah, sehingga mau tidak mau kami harus mencari tahu sendiri dari paper-paper atau jurnal ilmiah. Untuk simulasi juga kami pernah mencoba di komputer karena susah mendapatkan board dan berulang kali gagal," tambah Firmansyah. Satu minggu sebelum keberangkatan pun tim MIT kembali disibukkan dengan pembuatan paper, video, serta pencarian sponsor.  

Usaha Tim MIT pun akhirnya berbayar, tak hanya menjadi runner-up dalam kontes perancangan rangkaian terintegrasi (IC) bergengsi tersebut, tetapi tim MIT juga berhasil menyabet penghargaan "Best FPGA Awards" yang diberikan oleh Tokyo Electron Device. Bahkan awalnya Zakiy pun tidak menyangka akan menyabet juara dalam perhelatan tahunan Ryukyu Daigaku tersebut. "Mendapat kesempatan keluar negeri, apalagi melihat kebudayaan masyarakat Jepang yang tekun dan ulet membuat saya semakin termotivasi untuk mengejar cita-cita. Semoga hal ini dapat ditularkan kepada mahasiswa-mahasiswa lain ataupun adik kelas kami," ujar Zakiy.

Selain itu, dengan semakin meningkatnya prestasi Indonesia dalam bidang kompetisi desain rangkaian terintegrasi (IC) Reza berharap jika bidang tersebut semakin didukung keberadaan dan fasilitasnya. Terlebih industri di bidang IC kini semakin marak namun perkembangan perusahaan IC di Indonesia masih kurang. Selain itu, berkaca dari etos kerja penduduk Negeri Sakura tersebut Zakiy berharap akan adanya perhatian lebih di bidang pendidikan Indonesia. "Terakhir, Jangan pernah berhenti bermimpi untuk mengejar cita-cita. Kami di sini awalnya tidak menyangka mampu melaju sampai babak final, namun dengan kerja keras hal yang kami cita-citakan tersebut akhirnya menjadi kenyataan," ujar Zakiy menutup wawancara.

Artikel dan tautan terkait:

http://stei.itb.ac.id/blog/2013/03/30/tim-delta-sigma-dan-mit-dari-itb-berhasil-di-okinawa-jepang/
https://www.youtube.com/watch?v=9mij02XVyM4

Sumber gambar:

 http://stei.itb.ac.id