30 Tahun Teknik Fisika ITB Â’84, Selenggarakan Seminar dan Bedah Buku oleh Alumni

Oleh Luh Komang Wijayanti Kusumastuti

Editor Luh Komang Wijayanti Kusumastuti

BANDUNG, itb.ac.id - Sudah tiga dekade perjalanan Teknik Fisika (FT) ITB angkatan '84. Pada usia yang ke 30  ini, FT '84 menyelenggarakan sebuah seminar dan bedah buku, 'Talk with Professional'. Pada sesi pertama dilaksanakan seminar mengangkat topik penulisan jurnal ilmiah, 'How One Writes Articles for Scientific Journals', oleh Dr. Yunan Prawoto, CEng., FMImechE. Dilanjutkan dengan sesi bedah buku karya Ikbal Maulana yang berjudul 'Learning Intelligence for Innovative Business'. Kedua kegiatan tersebut diselenggarakan di Ruang Audio Visual Perpustakaan ITB.

Yunan menceritakan pengalaman menulisnya hingga ia pernah menjabat sebagai ketua redaksi sebuah jurnal internasional. Berdasarkan hal yang pernah ia baca, mempublikasikan sebiah tulisan bisa didorong oleh berbagai hal. Antara lain adalah memiliki ide untuk sebuah paper, mendapat dorongan dari pembimbing untuk menulis publikasi, dan membutuhkan umpan balik.


Di sisi lain, dalam pandangan editor dan peninjau tulisan, tidak mementingkan sama sekali tujuan penulis untuk mempublikasikan tulisannya. Penilaian yang paling dilihat tentunya adalah kualitas dari isinya. "Jika itu jurnal internasional, jangan pernah mengirim dengan kualitas rendahan. Itu hanya akan membuang-buang waktu bagi editor saja," ungkap Yunan memotivasi. Baginya, generasi muda kini maupun akademisi lainnya perlu melakukan sebuah riset dan publikasinya dengan kualitas yang tinggi. Karena menurut alumni FT'84 ini, kualitas publikasi tulisan adalah cerminan dari penulisnya sendiri.


Beberapa permasalahan yang sering terjadi pada penyerahan paper salah satunya adalah isi dari paper yang di luar lingkup. Yunan menambahkan, beberapa paper bahkan tidak sesuai dengan format yang telah diberikan. Associate Professor dari Universitas Teknologi Malaysia ini akhirnya menyimpulkan enam hal yang bisa membuat tulisan dipublikasikan. Pertama, harus memiliki visi dan fokus. Kedua, tulisan harus jelas dan ringkas. Ketiga, melakukan peninjauan kembali terhadap tulisan. Keempat, mengirimnya ke jurnal yang tepat. Kelima, tetap tenang dan jangan panik saat tulisan dikritik maupun ditolak. Keenam, lakukan revisi dan harus bersifat diplomatis. "Yang terpenting adalah harus think, plan, and implemented, dengan porsi yang tepat," saran Yunan.


Belajar Bisnis dengan Inovasi dalam Bedah Buku Interaktif


Sesi dua dilanjutkan dengan bedah buku interaktif yang berjudul 'Learning Intelegence for Innovative Business' karya Ikbal Maulana, peneliti di Pusat Penelitian Perkembangan Iptek-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PAPPIPTEK-LIPI), yang juga merupakan alumni FT '84. Dalam diskusi tersebut juga mengundang dua wirausahawan muda yaitu Hayyu W. Sakya (Teknik Fisika 2010) dan Hadi M. Subandi (Teknik Geodesi 2010).


Ikbal memulai paparannya mengenai era yang terus berubah sehingga megakibatkan juga perubahan ilmu pengetahuan. Ia berpendapat bahwa sangat diperlukan manajemen pengetahuan (knowledge management). "Berbagai inovasi yang tak terbayangkan dahulu kini bisa terwujud, pengetahuan itu bisa kadaluarsa maka sangat perlu terus berinovasi," ungkap Ikbal.


Dalam berinovasi, perlu proses belajar sehingga bisa menumbuhkan gagasan baru. Proses belajar bisa dilakukan dengan enam hal yaitu belajar dengan belajar, belajar dengan mengajarkan, belajar dengan melakukan, belajar dengan bekerja sama, serta belajar dengan mengambil tanggung jawab. Berinovasi juga bukan hanya dalam menghasilkan produk, namun juga bisa menciptakan inovasi dalam sebuah proses.


Seusai paparan, acara dilanjutkan dengan berbagi pengalaman oleh wirausahawan muda ITB yang mengisahkan awal mulanya mereka berwirausaha serta jatuh bangun usaha mereka. Pada akhir sesi, Ikbal menambahkan, "Entrepreneur maupun inovator harus memiliki sifat toleran, toleran terhadap kegagalan mereka sendiri,". Karena bagi Ikbal, sifat toleran tersebutlah salah satu yang mampu mengantarkan menuju kesuksesan.