Aksi Mahasiswa Rekayasa Infrastruktur Lingkungan Aktualisasikan Keilmuan Lewat GoRILA
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—GoRILA atau Go RIL Action merupakan salah satu program kerja pertama yang dilaksanakan oleh mahasiswa program studi Rekayasa Infrastruktur Lingkungan (RIL) ITB. Kegiatan ini dijadikan sebagai tugas aksi angkatan mahasiswa tingkat dua yang baru saja dikukuhkan menjadi anggota himpunan Keluarga Mahasiswa Infrastruktur Lingkungan (KMIL).
“Kami mengaplikasikan keilmuan RIL dalam membantu mewujudkan sarana air dan sanitasi yang memadai di lingkungan dan masyarakat sekitar. GoRILA tahun ini diadakan pada 15-18 Desember 2022 di Desa Karangtunggal, Kecamatan Paseh, Kabupaten Bandung,” jelas Raihan Muhammad Alif (IL 21).
Program utama yang dilaksanakan adalah Atmasena Membangun, Atmasena merupakan nama angkatan dari KMIL 2021. Bangunan yang dibuat adalah tempat sampah yang terintegrasi dengan tungku pembakaran. “Pembangunannya difokuskan di SDN Bingkur. Tempat pembuangan sampah di SD tersebut terletak di samping lapangan tempat anak-anak bermain dan berlalu lalang. Kami menginisiasi pembangunan bak pembakaran sampah yang dilengkapi dengan wadah pemilahan dan penampungan sementara,” jelas Raihan Zhafar (IL 21).
Prinsip bangunan tersebut untuk mengurangi asap pembakaran sampah dengan bak pembakaran sampah yang disertai penutup dan mengumpulkan abu bekas pembakaran sampah agar terhindar dari jangkauan anak-anak SD.
“Pembangunan infrastruktur menjadi tanggung jawab divisi Pekerjaan Umum (PU). Di hari pertama kami mulai melakukan pemasangan patok, penggalian tanah, dan pembuatan pondasi. Bak sampah ini bersifat sustain berbahan hebel yang paling efisien sekaligus murah,” tutur Farhan Setiawan (IL 21).
Lebar bangunan tersebut berukuran 170 x 240 cm dan terdiri atas dua buah ruangan A dan B. Masing-masing ruangan memiliki luas 80 x 100 cm dengan pondasi yang digunakan setebal 20 cm. “Ruangan A yang memiliki tinggi 80 cm dikhususkan untuk pembakaran, sedangkan ruangan B dengan tinggi 60 cm digunakan sebagai penampungan sampah sementara. Di bagian atas ruangan A terdapat cerobong sebagai sirkulasi asap keluar,” lanjut Farhan. Di depan bangunan pun terdapat lobby space sehingga sampah yang akan dipilah tidak tercecer.
Keunggulan dari bak sampah tersebut adalah membuat sistem pengelolaan sampah yang lebih baik dan aman, lebih indah secara estetika, dan terhindar dari berbagai macam sumber penyakit. Di samping bangunan tersebut, sudah disediakan papan infografis cara penggunaannya.
Selain itu, juga dilaksanakan Atmasena Mengajar yang dilatarbelakangi kualitas sanitasi di SD tersebut yang masih kurang. “Kami membantu pengadaan dan pembenahan fasilitas penunjang toiletnya. Siswa SD Bingkur juga kami berikan edukasi mengenai pentingnya menjaga dan meningkatkan sanitasi di sekolah, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di sekolah, dan mengajarkan untuk membuang sampah pada tempatnya dan sesuai dengan jenisnya. Kegiatan dilanjutkan dengan praktik giat bersih dan toilet,” beber Zhafar.
Kegiatan lainnya adalah RIL Clean Up yang mengajak warga melakukan kerja bakti bersih-bersih di wilayah itu dan sosialisasi PHBS di Kantor Desa Karangtunggal. Zhafar menyebutkan jika sosialisasi tersebut diadakan karena masyarakat setempat masih banyak yang belum memiliki jamban dengan tangki septik.
“Kami mengadakan sosialisasi untuk masyarakat sekitar mengenai sanitasi yang baik, pengelolaan sampah dan air minum sederhana yang dapat dilakukan. Program terakhir ini berbarengan dengan penutupan. Kami melaksanakan ngaliwet bersama warga dan pembagian doorprize untuk meningkatkan antusias warga,” terang Zhafar.
Zhafar berharap dengan adanya GoRILA ini, angkatannya bisa memetik pembelajaran mengenai pengmas dan aplikasi keilmuan RIL itu sendiri. “Untuk Desa Karangtunggalnya sendiri, semoga apa yang telah kami tinggalkan bisa bermanfaat, digunakan dengan sebaik-baiknya, dan terus berkelanjutan,” tutupnya.
Reporter: Maharani Rachmawati Purnomo (Oseanografi, 2020)