Alumni Arsitektur ITB Adakan Dialog Terkait Peran Arsitek di Era MEA
Oleh Mega Liani Putri
Editor Mega Liani Putri
"Acara dialog ini sangat penting. Reuni tidakhanya bersifat bersilaturahmi, tetapi alumni memiliki tujuan yang lebih besar. Kami memilih mengadakan dialog dengan tema 'Liberalisasi, Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Masa Depan Arsitektur Indonesia'," ujar Sarwo handayani (Arsitektur 1973) selaku ketua Alumni Arsitektur ITB.
Dialog dipandu oleh sosiolog Imam Prasojo dan diisi oleh empat pembicara dengan latar belakang berbeda: Sigit Soesiantomo (Anggota DPR RI), Gunwan Tjahyono (dosen Arsitektur UI), Eddy Husy (Ketua Umum DPP Realestat Indonesia), dan Adrian Kusuma (arsitek mancanegara). Dialog ini mengupas tentang bagaimana meningkatkan kompetensi arsitek Indonesia yang akan bersaing dengan arsitek mancanegara khususnya ASEAN terkait dengan MEA. Salah satu solusi yang diperbincangkan adalah adanya UU Arsitek yang melindungi arsitek lewat keteraturaan penataan keprofesian.
Arsitek maupun pengguna jasa arsitek harus saling mendukung demi mencapai tujuan MEA. Pemerintah dan dunia usaha diharapkan tetap berpihak terhadap arsitek lokal. Di sisi lain, arsitek lokal harus meningkatkan kompetensinya yang harus terfasilitasi sejak perguruan tinggi. Dalam dialog, Andrian Kusuma menyebutkan bahwa perlu adanya pendidikan yang mengacu kepada standar internasional sehingga lulusan perguruan tinggi nasional mempunyai daya saing terhadap lulusan luar negeri.
Lewat dialog ini, diajukan pula saran tentang perlunya mempertimbangkan kerjasama antara arsitek dan akalangan pengusaha demi peningkatan kualitas arsitek lokal. Konteks kerja sama ini dalam bentuk transfer of knowledge. Selain itu, kalangan arsitek profesional harus menyadari pentingnya continuous improvement selama era MEA nanti.