Alumnus ITB, R. Priyono Berbicara Mengenai Solusi Risiko Energi 2011

Oleh alitdewanto

Editor alitdewanto

BANDUNG, itb.ac.id- Alumnus Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 1976, R. Priyono berbicara mengenai solusi Risiko Energi 2011 dalam kapasitasnya sebagai Kepala BPMIGAS (Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi). Topik ini diulas pada salah satu talkshow di salah satu televisi swasta Indonesia beberapa waktu yang lalu.
Kenyataan tahun ini, Indonesia masih bergantung pada bahan bakar minyak sebagai sumber energi utama. Produksi minyak Indonesia terus menurun hingga 950.000 BOPD, sementara kebutuhan terus naik. Untuk menutupi kekurangan dalam negeri, bahkan Indonesia mengimpor 600.000 BOPD. Priyono menyoroti bahwa Indonesia bukan merupakan negeri yang kaya minyak dan gas. "Cadangan minyak tinggal 12 tahun bila dikelola dengan mekanisme dan kecepatan seperti ini, gas sekitar 40 tahun lagi, batu bara sekitar 140 tahun." paparnya. Hal itu disebabkan karena banyaknya kendala lapangan, serta penambahan lapangan yang relatif kecil dibandingkan dengan kebutuhan.

Penting bagi negara, lanjut Priyono, untuk bisa menentukan mana energi yang terbatas atau melimpah, mana yang sustainable, serta mennentukan prioritas penggunaannya. Sosialisasi ke masyarakat pun akan menjadi isu yang penting yang harus dilakukan agar image bahwa minyak dan gas bumi menyelesaikan masalah. "Karena ternyata energi-energi lain yang bisa menjadi alternatif harus mendapat perhatian sekarang, dan itu lebih murah, hanya saja dikembangkan fasilitasnya." paparnya.

Iklim investasi di hulu perminyakan harus dikembangkan dengan baik oleh pemerintah. Indonesia sendiri belum memiliki iklim investasi yang bagus, seperti misal susahnya pembebasan lahan, tumpang tindih lahan, ijin, dan desentralisasi. "Sebenarnya di pusat selalu berkoordinasi, namun banyak kendala didaerah karena ini merupakan konsekuensi dari otonomi daerah." jelasnya.

Priyono menganjurkan sangat perlunya dilakukan intensifikasi lahan-lahan minyak dan gas bumi yang ada sekarang, seperti pengadaan data-data lapangan yang lebih akurat dan terkini agar lebih mudah untuk mengundang investor, misal pengadaan subsurface untuk geofisika. Pengadaan data bukanlah sesuatu yang cukup mahal, dan bisa dijual kembali datanya. Pun dalam pemakaian energi, kita juga harus concern kepada pertumbuhan ekonomi bangsa.

Tentang R. Priyono

R. Priyono lahir di Pati Jawa Tengah, 12 September 1956. Priyono mengawali karirnya di Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebagai staf Teknologi Peralatan Eksplorasi dan Eksploitasi, Direktorat Pembinaan Pengusahaan Migas. Pada tanggal 29 April tahun 2008, R. Priyono telah dilantik oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral saat itu, Purnomo Yusgiantoro, untuk menjabat sebagai Kepala BPMIGAS.