AOTULE Summer School Program 2015: Bangkitkan Kesadaran tentang Kondisi Energi Dunia

Oleh Yasmin Aruni

Editor Yasmin Aruni

BANDUNG, itb.ac.id - AOTULE atau Asia-Oceania Top University League on Engineering merupakan organisasi yang diikuti oleh 13 fakultas engineering dari universitas dalam daerah Asia dan Oseania. Misi dari AOTULE adalah untuk memperbaiki kualitas dari program edukasi dan riset dari anggotanya melalui pertukaran informasi antar dekan, dosen, dan staf administrasi setiap tahunnya. AOTULE menyelenggarakan program pertukaran mahasiswa pascasarjana dan konferensi untuk mempresentasikan hasil penelitian terbaru dalam format interdisipliner. Secara rutin, ITB menjadi tuan rumah dari AOTULE Summer School Program (ASSP) yang diadakan setiap tahun, yang merupakan salah satu rangkaian kegiatan menuju AOTULE Meeting & Conference 2015 yang akan dilaksanakan di Nanyang University, Singapore. Tema yang diangkat untuk ASSP 2015 adalah Energy Awareness.

ASSP 2015 diadakan mulai tanggal 11 - 24/08/2015, dan diikuti oleh 14 mahasiswa/i asing yang berasal dari Korea Advanced Institute of Science and Technology (Korea Selatan), Tokyo Institute of Technology (Jepang), National Taiwan University (Taiwan), The Hong Kong University of Science and Technology (Hong Kong), serta University of Malaya (Malaysia). Selain peserta dari luar negeri, ASSP 2015 mengikutsertakan mahasiswa lokal ITB program S1 dan S2, serta mahasiswa internasional yang sedang mengenyam pendidikan di ITB.

Selama dua minggu, para peserta mendapatkan kuliah umum dari berbagai dosen yang berasal dari FTTM, STEI, FTI, FTMD, dan FTSL. Selain kegiatan perkuliahan dalam kelas, para peserta melakukan kunjungan lapangan ke Gunung Tangkuban Parahu, Sari Ater, Observatorium Bosscha, dan PLTA Rajamandala. Tidak hanya mempelajari tentang isu energi, para peserta juga diberikan informasi mengenai kebudayaan dan bahasa Indonesia melalui pelajaran dalam kelas dan kunjungan budaya ke Saung Angklung Udjo dan Batik Komar.

Ketua Komite ASSP 2015 Dr. rer. nat. R.M. Rachmat Sule menyatakan bahwa tujuan utama dari dilaksanakannya ASSP 2015 adalah untuk mengenalkan keberagaman energi yang ada, dengan harapan bahwa para mahasiswa/i dapat menjadi ujung tombak pemanfaatan energi yang cerdas dan tepat guna.

Pentingnya Kesadaran tentang Kondisi Energi Dunia  

Secara umum, bahan bakar fosil yang menempati porsi penggunaan paling tinggi di dunia adalah minyak bumi, gas alam, dan batu bara. Persentase penggunaannya adalah 60% batu bara, 23% minyak bumi, 19% gas alam, dan 8% lainnya. Penggunaan bahan bakar fosil berpengaruh negatif terhadap iklim dan kondisi dunia secara keseluruhan. Penggunaan bahan bakar fosil menghasilkan emisi karbon yang memerangkap energi matahari yang masuk ke atmosfer bumi. Berdasarkan data yang direkam, diketahui bahwa konsentrasi karbon dioksida mempengaruhi temperatur dunia, yang telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C selama 100 tahun terakhir. Secara tidak langsung, penggunaan bahan bakar fosil berkontribusi pada pemanasan global yang terjadi.

Pemanasarn global tidak hanya menyebabkan meningkatnya temperatur dunia, tapi juga menghasilkan efek domino yaitu melelehnya gletser serta es di puncak pegunungan, kutub utara maupun selatan, dan meningkatkan permukaan laut setinggi 10-25 cm selama abad ke-20. Penggunaan bahan bakar fosil yang terus menerus juga menyebabkan semakin menipisnya cadangan di dalam perut bumi. Berdasarkan materi yang diberikan oleh Dr. Ir. Taufan Marhaendrajana, M.Sc. (Dosen Teknik Perminyakan ITB), diproyeksikan bahwa cadangan minyak bumi dunia akan habis dalam waktu 50 tahun, gas alam akan habis dalam waktu 60 tahun, dan batu bara akan habis dalam waktu 160 tahun.

EBT sebagai Masa Depan Indonesia dan Dunia

Energi Baru Terbarukan (EBT) adalah energi yang berasal dari "proses alam yang berkelanjutan" seperti tenaga surya, angin, air, panas bumi, dan biomassa. Berbeda dengan penggunaan bahan bakar fosil yang sangat dipengaruhi dengan sisa cadangan yang terdapat dalam perut bumi, EBT tidak memiliki batas akhir pemakaian karena akan selalu terbarukan secara alami. 

Indonesia memiliki potensi EBT yang cukup besar diantaranya mini/mikrohidro sebesar 450 MW, biomassa 50 GW, energi surya 4,80 kWh/ m2/hari, energi angin 3-6 m/det, dan energi nuklir 3 GW. Sebagai produsen kelapa sawit terbesar dunia, Indonesia memiliki potensi yang sangat tinggi untuk memaksimalkan pemanfaatan minyak kelapa sawit sebagai salah satu BBN.

Saat ini, pengembangan EBT di Indonesia mengacu kepada Perpres No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, yang mencatat kontribusi EBT dalam bauran energi primer nasional pada tahun 2025 adalah sebesar 17% dengan komposisi Bahan Bakar Nabati (BBN) sebesar 5%, panas bumi 5%, biomassa, nuklir, air, surya, dan angin 5%, serta batubara yang dicairkan sebesar 2%.