Apresiasi Purnabakti Guru Besar Farmasi ITB: Kontribusi Apoteker di Era Teknologi Informasi

Oleh M. Naufal Hafizh

Editor M. Naufal Hafizh

BANDUNG, itb.ac.id. Sekolah Farmasi (SF), Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar Apresiasi Purnabakti Guru Besar untuk Prof. Dr. apt. Tutus Gusdinar Kartawinata, M.S. sebagai salah satu guru besar Kelompok Keahlian Farmakokimia. Acara tersebut diselenggarakan Jumat (26/4/2024) secara bauran di Auditorium Galeri 1 CC Timur ITB dan melalui Zoom.

Dekan Sekolah Farmasi ITB, Prof. apt. I Ketut Adnyana, M.Si., Ph.D., mengatakan bahwa banyak karya yang telah diberikan Prof. Tutus selama kurang lebih 45 tahun. Beliau juga pernah menjabat sebagai dekan pertama SF ITB.

Sejak memulai karier pada 1 Februari 1978, Prof. Tutus menorehkan sejumlah prestasi, baik dari penelitian maupun organisasi. Sejumlah mata kuliah yang pernah diampu beliau adalah biokimia, kimia klinik, biodinamika molekular, dan metode enzimologi. Penelitian yang dilakukan beliau beragam seperti kajian aktivitas anti-bakteri, anti-kolesterol, anti-diabetes, modulasi struktur kimia polimer aktif dari biji kenari, dan hidrolisis protein dari biji kenari.

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Tutus juga memberikan kuliah terakhir yang berjudul “Repositioning Kompetensi Apoteker di Era Teknologi Informasi”. Repotioning ini berarti adanya reformasi pada profesi apoteker untuk menyiapkan apoteker di masa yang akan datang.

Secara umum terdapat beberapa area manajemen kesehatan, salah satunya adalah area preventif yang merupakan vaksinasi dan pemberian nutrisi. Kemudian, apabila sudah terjangkit penyakit, maka harus ada upaya kuratif dan rehabilitatif yang merupakan cara mengembalikan fungsi badan yang telah sakit. Hal ini banyak dikembangkan di dunia kedokteran atau medis. Terakhir, adanya upaya restoratif apabila sudah dinyatakan sembuh dan sebaiknya menjalani perilaku hidup sehat.

Penduduk Indonesia pada tahun 2030-an kemungkinan paling banyak generasi muda (60%), generasi madya (30%), dan generasi lansia (10%). Generasi muda akan menjadi engine penggerak ekonomi, untuk itu membutuhkan nutrisi energetika. Selanjutnya, generasi madya akan berada pada pemerintahan dan sebagai pimpinan perusahaan/bisnis yang membutuhkan nutrisi restauratif. Kemudian, generasi lansia akan menjadi pandega budaya bangsa dan nilai luhur yang membutuhkan suplemen vitamin dan mineral.

“Saya berharap kita mewujudkan apoteker ETIK yaitu Entitas Penyebar Informasi Kesehatan bagi masyarakat,” ucap Prof. Tutus.

Pasien akan menjadi pusat pelayanan dengan adanya alur ketika dokter membuat diagnosis dan melakukan prescribing kepada pasien. Hasil tersebut akan dilakukan upaya berupa dispensing describing oleh apoteker yaitu mengeluarkan obat disertai penjelasan aturan minum obat.

Sarana kesehatan sekaligus tempat praktek profesi apoteker adalah apotek. UU Kesehatan memberikan mandat kepada apoteker untuk menyerahkan obat beserta informasinya di apotek karena merupakan komoditas khusus.

Kegiatan yang dilakukan apoteker tersebut merupakan hal yang penting sehingga diperlukan edukasi praktek apoteker melalui implementasi etik, UU Kesehatan, dan kompendium, praktik komunikasi efektif, analisis spesialite dan deskripsi informasi obat, dan praktik pelayanan fasilitas kesehatan di sarana farmasi komunitas.

“Perlu dilakukan agar mengetahui bagaimana praktek nyatanya berkomunikasi dengan pasien,” ucap Prof. Tutus.

Pada era Indonesia maju akan terdapat banyak spesialisasi dan praktik profesi yang terintegrasi sehingga memerlukan kemampuan berinteraksi ilmiah setiap insan tenaga profesi kesehatan. Konsep biodinamika molekuler dapat menjadi pemahaman dasar karena mempelajari proses hayati yang terjadi secara dinamik di dalam sel.

Prof. Tutus juga memberikan catatan penutup bahwa informasi obat dan kesehatan tubuh dapat disampaikan melalui beragam aplikasi digital untuk menerima informasi dari dokter dan apoteker. Selain itu, beliau berharap profesi apoteker farmasi komunitas dapat terwujud agar menjamin kekerabatan dengan pasien dan dokter melalui penggunaan teknologi informasi digital.

Reporter: Yohana Aprilianna (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021)