Architecture Collaboration Expo: Pamerkan Karya Arsitektur Identitas Jawa Barat
Oleh Hafshah Najma Ashrawi
Editor Hafshah Najma Ashrawi
BANDUNG, itb.ac.id- Untuk pertama kalinya, program studi Arsitektur ITB bekerjasama dengan Forum Ikatan Mahasiswa Arsitektur (FIMA) Jawa Barat berkesempatan menggelar acara pameran karya pada Jumat sampai dengan Sabtu (09-11/10/14) lalu. Pameran tersebut sekaligus menghadirkan karya arsitektural dari berbagai universitas di Jawa Barat diantaranya terdapat Universitas Parahyangan, Institut Teknologi Nasional, Universitas Kebangsaan, Universitas Pendidikan Indonesia, Sekolah Tinggi Sains dan Teknologi Indonesia (ST Inten), Universitas Komputer Indonesia (Unikom) , dan Universitas Langlangbuana. Bertempat di Lapangan Campus Center Timur ITB, acara ini berhasil menarik minat kurang lebih enam ratus pengunjung
Acara tersebut merupakan kali pertama program studi Arsitektur ITB berkolaborasi dengan FIMA Jabar dengan turut menghadirkan berbagai karya arsitektural dari universitas lain di Jawa Barat. Tema pameran pun turut mengusung konsep identitas arsitektur Jawa Barat. "Selain dapat mengenal lebih dalam konsep dan keunikan masing-masing universitas, dengan adanya acara ini juga kami ingin memamerkan karya-karya arsitektural mahasiswa yang memiliki kontribusi dalam pelestarian identitas arsitektur Jawa Barat," ujar Renny Meylia (Teknik Arsitektur 2011) selaku kepala divisi Hubungan Masyarakat pameran ini.
Salah satu karya dalam Architecture Collaboration Expo ini yang cukup menarik perhatian pengunjung adalah ulasan mengenai arsitektural Kampung Naga, Kampung Dukuh, dan Kasepuhan Ciptagelar. Karya dari Universitas Parahyangan tersebut salah satunya mengulas filosofi bangunan khas Jawa Barat. Misalnya, dalam mendirikan suatu bangunan masyarakat Kasepuhan Ciptagelar sangat memperhatikan alam sekitar. Sebagai contoh, material dedaunan dipilih untuk kepala bangunan karena dedaunan dapat menyaring air hujan sebelum meresap ke tanah. Kemudian filosofi kaki bangunan, berdasarkan filosofi bahwa tanah adalah ibu kehidupan, masyarakat Kasepuhan Ciptagelar enggan untuk melukai tanah sehingga memilih untuk menggunakan pondasi umpak untuk kaki bangunan. Pondasi umpak ini juga memiliki kelebihan tahan gempa.
Pameran yang menghadirkan berbagai karya mahasiswa arsitektur mulai dipersiapkan kurang lebih tiga bulan silam oleh pihak panitia dari program studi Arsitektur ITB. Selain acara kolaborasi pertama pameran karya dari mahasiswa Arsitektur se-Jawa Barat, kesan lain yang didapatkan dari adanya cara ini adalah cukup uniknya konsep pembelajaran arsitektur di masing-masing universitas. "Misalnya, karya-karya arsitek dari UPI yang lebih menonjolkan sisi seninya, kami berharap adanya acara ini dapat menjadi sarana untuk saling belajar dan saling melengkapi untuk masing-masing universitas," ujar Renny.
"Selain itu, dengan diselenggarakannya pameran ini kami berharap dapat terjalin tali silaturahmi antar kampus dan lebih banyak lagi acara kolaborasi serupa di masa mendatang," ucap Renny menutup wawancara.
Salah satu karya dalam Architecture Collaboration Expo ini yang cukup menarik perhatian pengunjung adalah ulasan mengenai arsitektural Kampung Naga, Kampung Dukuh, dan Kasepuhan Ciptagelar. Karya dari Universitas Parahyangan tersebut salah satunya mengulas filosofi bangunan khas Jawa Barat. Misalnya, dalam mendirikan suatu bangunan masyarakat Kasepuhan Ciptagelar sangat memperhatikan alam sekitar. Sebagai contoh, material dedaunan dipilih untuk kepala bangunan karena dedaunan dapat menyaring air hujan sebelum meresap ke tanah. Kemudian filosofi kaki bangunan, berdasarkan filosofi bahwa tanah adalah ibu kehidupan, masyarakat Kasepuhan Ciptagelar enggan untuk melukai tanah sehingga memilih untuk menggunakan pondasi umpak untuk kaki bangunan. Pondasi umpak ini juga memiliki kelebihan tahan gempa.
Pameran yang menghadirkan berbagai karya mahasiswa arsitektur mulai dipersiapkan kurang lebih tiga bulan silam oleh pihak panitia dari program studi Arsitektur ITB. Selain acara kolaborasi pertama pameran karya dari mahasiswa Arsitektur se-Jawa Barat, kesan lain yang didapatkan dari adanya cara ini adalah cukup uniknya konsep pembelajaran arsitektur di masing-masing universitas. "Misalnya, karya-karya arsitek dari UPI yang lebih menonjolkan sisi seninya, kami berharap adanya acara ini dapat menjadi sarana untuk saling belajar dan saling melengkapi untuk masing-masing universitas," ujar Renny.
"Selain itu, dengan diselenggarakannya pameran ini kami berharap dapat terjalin tali silaturahmi antar kampus dan lebih banyak lagi acara kolaborasi serupa di masa mendatang," ucap Renny menutup wawancara.