Asah Kreativitas Dalam Workshop Instalasi Publik

Oleh Amelia Rahma Faustina

Editor Amelia Rahma Faustina

BANDUNG, itb.ac.id - Masyarakat pada dasarnya memiliki tingkat kenyamanan yang berbeda-beda. Untuk mencapai tahap livable city, Bandung masih harus banyak berbenah. Salah satunya dengan menambah kualitas ruang kota seperti kampung-kampung kota, ruang antara, ruang public, koridor jalan, dan lain-lain. Hal inilah yang mendorong Divisi Keprofesian Ikatan Mahasiswa Arsitektur Gunadharma (IMA-G) ITB berkolaborasi dengan panitia acara Gaung Bandung mengadakan Workshop Instalasi Publik dengan pembicara dosen FSRD ITB, Deddy Wahjudi, Ph.D, dan profesor dari Musashino Art University, Prof. Takaaki Bando pada Minggu (23/10/11).

Workshop Instalasi Publik kali ini bertema 'Ruang Kota' dengan harapan karya instalasi yang dihasilkan akan bersifat meruang dan mencerminkan interpretasi "ruang" yang dirasakan peserta. Acara yang diikuti sejumlah mahasiswa jurusan Seni Rupa FSRD ITB dan jurusan Arsitektur  dari beberapa universitas di Bandung tersebut dibagi dalam dua sesi, dimulai dengan sesi pemberian materi oleh pembicara dan dilanjutkan dengan diskusi kelompok untuk mengonsep karya yang akan dipresentasikan pada akhir workshop.


Melatih Kreativitas Dalam Tiga jam

Salah satu tujuan acara ini diadakan adalah untuk meningkatkan budaya berkarya dan memberikan pandangan mengenai desain instalasi publik yang selama ini masih belum banyak diberikan dalam perkuliahan. Materi yang diberikan, diantaranya adalah bentuk instalasi publik, fungsi dan peran instalasi tersebut bagi kota, material yang memungkinkan untuk didapat dengan dana yang terbatas, serta beberapa sistem konstruksi instalasi yang diharapkan dapat memberikan bekal yang cukup sebelum peserta melakukan diskusi.

Peserta lalu dibagi menjadi 11 kelompok, masing-masing beranggotakan empat hingga enam orang mahasiswa. Selama tiga jam kelompok-kelompok dipersilakan untuk beradu argumen dan menyumbangkan ide untuk menghasilkan konsep perancangan beserta model yang akan dipresentasikan.

"Hal yang paling berkesan untuk saya adalah proses yang terjadi hanya dalam tiga jam dan masing-masing kelompok bisa menghasilkan karya-karya yang kreatif," ujar salah satu peserta asal Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Risya Maryam.