Bagaimana Membuat Perencanaan Keuangan di Masa Pandemi?

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id – Financial literacy atau literasi finansial merupakan salah satu keterampilan nonteknis (soft skill) yang harus dimiliki oleh setiap orang. Namun, kebanyakan masyarakat Indonesia tidak memilikinya. Hal tersebut dibahas oleh para dosen di Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB melalui webinar dengan tema “Financial Literacy 101: Build your wealth through financial planning”, Selasa (23/6/2020). Literasi finansial adalah kemampuan seseorang untuk dapat melakukan perencanaan keuangan dengan baik. Webinar tersebut mengangkat tiga topik yaitu Financial Planning Process, Personal Financial Statement and Ratio Analysis, dan Cash Flow and Debt Management yang disampaikan tiga pemateri berbeda.

Topik pertama disampaikan oleh Dr. Subiakto Sukarno M.B.A., RFA, QWP, CFP. Menurutnya, tahap pertama yang harus dilakukan untuk melakukan perencanaan keuangan yaitu menetapkan tujuan, dalam hal ini kesejahteraan. “Perencanaan dilakukan karena banyaknya risiko di dalam kehidupan kita seperti terjadinya COVID-19 saat ini,” uangkap Dr. Subiakto.

Dr. Subiaktor memaparkan, data statistik menunjukkan usia harapan hidup orang Indonesia berkisar pada usia 70 tahunan. Hal tersebut cenderung mengalami peningkatan dibandingkan dengan zaman dulu karena fasilitas kesehatan sekarang semakin canggih, pendidikan dan pengetahuan semakin berkembang, sarana dan prasarana bertambah memadai, dan faktor pendukung lainnya.

Ia mengibaratkan, “Apabila seseorang dapat hidup hingga umur 90 tahun dan pensiun pada umur 60 tahun, maka ada rentang 30 tahunan yang harus dihadapi oleh seseorang tersebut sehingga sangat penting dilakukan perencanaan keuangan yang matang,” ujarnya.

Proses perencanan keuangan dimulai dengan menuliskan semua anggaran yang kita punya. Sebelumnya kita telah menyisihkannya untuk keperluan dana darurat seperti dana saat sakit, terkena PHK, dan lain sebagainya. Selanjutnya membuat tujuan mulai dari jangka pendek (uang kuliah), jangka menengah (kendaraan, bayar rumah), dan jangka panjang (dana pensiun). Serta mengelola surplus yang ada untuk dimanfaatkan sebagai investasi.

Ruang lingkup perencanaan keuangan juga meliputi perencanaan waris, perencanaan pribadi seperti pajak, perencanaan manajemen risiko dan perencanaan lainnya seperti membuat yayasan, menaikkan haji orang tua, dan lain-lain yang membuat kita bahagia dan sejahtera sesuai dengan tujuan awal pembuatan perencanaan keuangan. Tahap terakhir adalah melakukan evaluasi setiap tahun.

Manajemen Keuangan Pribadi

Pada topik berikutnya, yaitu mengenai Personal Financial Statement and Ratio Analysis, materi disampaikan oleh Ahmad Danu Prasetyo, S.T., MSM, Ph.D. Ia menjelaskan, terdapat empat langkah dalam mengenali kondisi keuangan pribadi seseorang, yaitu mengetahui pemasukan dan pengeluaran, mengetahui daftar aset dan kewajiban, melakukan financial heath checkup atau mengecek kondisi kesehatan keuangan, dan mengetahui profil risiko saat ini. Lebih lanjut, untuk menyusun laporan keuangan pribadi diperlukan instrumen yang terdiri dari dua jenis, pertama laporan pemasukan pengeluaran (arus kas) dan kedua laporan aset dan liabilitas (neraca).

Sementara itu, Dr. Sylviana Maya Damayanti menyampaikan materi mengenai manajemen arus kas dan hutang. “Manajemen arus kas bisa dimulai dari hal sederhana seperti menyimpan dan mencatat bon belanjaan, karena inti dari manajemen arus kas itu adalah mencatat,” ungkap Dr. Sylviana. Setelah mencatat apa saja pemasukan dan pengeluaran yang mengalami kenaikan maupun penurunan, kemudian cek kondisi kesehatan keuangan dengan menghitung pemasukan dikurangi dengan pengeluaran apakah terjadi defisit atau surplus.

Jika yang didapatkan surplus bukan berarti boleh membelanjakan lagi, tetapi bisa digunakan untuk dana investasi ataupun dana darurat. Pengelolaan keuangan sebaiknya mengikuti prioritas keuangan yaitu kewajiban, kebutuhan, dan keinginan.

Pada masa pandemi COVID-19, menurut Sylviana, masyarakat banyak mengalami penurunan pemasukan, namun ada juga yang mengalami kenaikan pemasukan dengan memanfaatkan kondisi pandemi, seperti berbisnis masker. “Namun di saat kondisi pandemi ini, Indonesia masih bisa bertahan dengan semangat gotong-royong sehingga banyak para donatur yang menyumbangkan donasi,” tandas dosen SBM ITB itu.

Reporter: Ahyar (Teknik Metalurgi, 2018)