Bandung 45 Derajat: Menilik Bandung Lebih Dalam Lagi

Oleh alitdewanto

Editor alitdewanto

BANDUNG, itb.ac.id - Dalam rangka Dies Natalis yang ke-57, Ikatan Mahasiswa Arsitektur Gunadharma (IMA-G) ITB mengadakan rangkaian kegiatan yang bertajuk Bandung 45 Derajat bertempat di lapangan Campus Center Timur ITB. Rangkaian kegiatan ini mengambil tema What we think about a good city. Pengangkatan tema ini didasari keprihatinan bahwa banyak sekali infrastruktur yang ada di kota ini dibangun dengan sia-sia. Kepedulian untuk melihat potensi kota ini dengan lebih dalam perlu ditumbuhkembangkan.

Rangkaian acara tersebut dimulai dengan Pameran Instalansi, pada Senin (10/11) - Minggu (16/11). Acara ini berkonsepkan seni tiga dimensi yang memiliki ruang. Dalam pameran ini, IMA-G mencoba untuk menampilkan karya-karya terbaik mereka kepada publik. Pameran yang disiapkan lebih dari dua bulan ini pun turut menyajikan buah-buah pemikiran dari alumni arsitektur ITB. Sebut saja Betti Alisjahbana dengan OB-Creative Arsitekture, Furniture-nya, kemudian Perwaku Lingkungan Hidup oleh Yennel Sugia, Urban City Planning dari M. Ridwan Kamil, Lukisan Bahan Daur Ulang oileh Ida Siregar, dan masih banyak lagi. Karya-karya mahasiswa yang dipajang antara lain Box Kuning-Hijau yang dapat diintip dari luar dan terdapat foto di dalamnya, yang menggambarkan tentang Gasibu dari banyak sudut pandang. Satu lubang menceritakan sebuah sudut pandang. Pemandangan yang dapat dilihat seperti anak-anak yang sedang bermain bola, sampai ibu-ibu yang sedang berjualan. Sedangkan karya yang berjudul Bandung Subway menekankan kritik mengenai jalan-jalan di Bandung yang macet dan tidak beraturan. Bandung Subway ini merupakan permodelan sistem jalan yang lebih baik dan ideal.

Acara berikutnya ialah G-Nite yang diadakan Sabtu (15/11). Acara ini sekaligus merupakan ajang silahturahmi para alumni Arsitektur ITB. Ini merupakan salah satu bentuk kerjasama IMA-G dengan para alumninya. G-Nite ini membuka pandangan bahwa kota Bandung sebenarnya merupakan kota yang sangat potensial dengan bnagunan-bangunana bersejarahnya. Dibuktikan pada tahun 2001, Kota Bnadung mendapat peringkat ke-9 dari 10 World Cities of Art Deco. Salah satunya Gedung Merdeka dan Museum Konferensi Asia-Afrika, atau gedung Victoria yang sebenarnya merupaka bangunan kembar tiga.

Acara akan diteruskan dengan Malam Screening Film yang menyajikan dua buah film yang mengambil tema tata ruang kota yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Pemutaran film ini lebih merupakan jawaban atas Pameran Instalansi bagi orang-orang awam. "Biasanya orang-orang awam bingung karena Pameran Instalansi hanya bersifat satu arah. Kita hanya sekedar memberikan informasi saja." ujar Meilani Mardini, ketua panitia. "Nah, di Malam Screening kita akan mencoba share dengan para pengunjung mengenai tema yang kita angkat. Jadi ada respon timbal baliknya," lanjutnya.

Dari film ini IMA-G mencoba untuk berbagi ilmu dan pengetahuan mengenai kota Bandung dengan mahasiswa-mahasiswa lainnya. Pun bisa menjadi pandangan dan harapan agar Bandung menjadi kota yang lebih maksimal lagi. " Kami mengajak agar anak-anak muda Bandung untuk lebih mengenal dan memanfaatkan fasilitas yang ada. Modal sudah ada, tinggal manusianya." pesan Meilani. Acara ditutup dengan Bazaar pemutaran film dokumenter, stand edukasi, dan penampilan band.


scan for download