Bantu Atasi Masalah Sampah, Mahasiswa KKN Tematik ITB Inisiasi Pengelolaan dan Pengolahan Sampah yang Lebih Baik

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id — Peserta KKN Tematik ITB di Desa Kebonturi melakukan berbagai program terkait pengolahan sampah. Selama tiga minggu pelaksanaan KKN, kelompok 1 mengusung program utama pembangunan rumah kompos yang dinamai Rumah Kompos Kebonturi (Rukori) sedangkan kelompok 2 menjalankan program pengadaan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) komunal untuk skala desa.

Pencetusan program-program tersebut dilatarbelakangi oleh kondisi pengelolaan dan pengolahan sampah di Desa Kebonturi, Kecamatan Arjawinangun, yang belum memadai. Kurangnya ketersediaan tempat sampah komunal sebagai fasilitas umum menyebabkan banyaknya sampah bertumpuk di jalan maupun lingkungan permukiman warga. Selain itu, minimnya pengetahuan warga tentang pemilahan sampah yang benar menjadikan masalah persampahan di Desa Kebonturi semakin pelik.

Menimbang hal tersebut, kelompok 2 menginisiasi program pengelolaan sampah yang lebih baik melalui pembangunan TPS bekerja sama dengan perangkat desa yang bertugas mengumpulkan dan mengangkut sampah dari warga. TPS yang dibangun berukuran 8m x8m yang rencananya akan dilengkapi dengan pembakaran menggunakan alat yang dapat meminimalisir polusi udara.

Sebelum sampah masuk ke TPS, pemilahan dilakukan untuk memisahkan sampah organik dari sampah anorganik. Sampah organik akan masuk dalam sistem pengolahan kompos yang dirancang kelompok 1, sedangkan sampah anorganik sisanya akan langsung masuk ke TPS.

Dzar Arif Maulana Ismail (15420075) sebagai perwakilan kelompok 2 menjelaskan, “Sampah yang dihasilkan masyarakat, baik organik maupun anorganik, diangkut dulu, itu ada divisinya sendiri. Nanti yang kategori anorganik masuk ke TPS kelompok 2, sedangkan organik masuk ke rumah kompos kelompok 1. Sampah anorganik yang ada di TPS akan dipilah lagi, diambil yang masih bisa dimanfaatkan kembali, lalu sisanya untuk sekarang solusinya masih dibakar.”

Rumah Kompos Kebonturi (Rukori), sumber gambar : dokumentasi kelompok 1

Dalam hal pengolahan sampah organik, kelompok 1 menyediakan rumah kompos berukuran 6 x 6 meter yang dilengkapi dengan area penampungan sampah, mesin pencacah, tiga unit composter, dan ruang pengemasan. Hasil akhir berupa pupuk kompos dapat digunakan sendiri oleh warga untuk keperluan pertanian serta berpeluang dipasarkan di daerah sekitar.

“Kita (kelompok 1) juga membuat organigram pengurus Rukori yang anggotanya ditunjuk langsung oleh perangkat desa. Tugas mereka adalah melanjutkan program yang ada di Rukori setelah kami (peserta KKN) tinggalkan. Ada juga buku pedoman yang dapat dijadikan panduan bagi pengurus dalam mengawal keberlanjutan Rukori,” ungkap Defita Rossa Sandriana Naseer (15320075) sebagai perwakilan kelompok 1.

Selain program pembangunan fisik, kedua kelompok ini juga melakukan sosialisasi nilai dan pemahaman terkait persampahan kepada warga dalam acara sosialisasi dan workshop yang digelar secara terpusat. Kegiatan ini diselenggarakan untuk diikuti oleh seluruh kelompok usia, mulai dari anak-anak hingga dewasa, dengan muatan yang disesuaikan. Pelaksanaan program ini memegang peran krusial sebab pembangunan fisik yang telah dilakukan tidak akan berjalan tanpa adanya perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat dalam hal persampahan.

“Harapannya kesadaran masyarakat lebih meningkat, minimal dalam hal pemilahan sampah mandiri. Jadi nanti sampah yang terkumpul bisa langsung ditentukan antara yang masuk Rukori maupun yang langsung masuk TPS tanpa harus dipilah ulang. Dengan begitu siklusnya bisa langsung berjalan dan dirasakan langsung oleh masyarakat sebagai sesuatu yang lebih berguna,” ungkap Dzar dan Defita saling menambahkan.

Reporter: Hanifa Juliana (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2020)