Berkenalan dengan Ayana Morita, Mahasiswa ITB Pertukaran Pelajar dari Jepang
Oleh Syabina Er Said - Mahasiswa Teknik Dirgantara, 2020
Editor M. Naufal Hafizh

BANDUNG, itb.ac.id — Ayana Morita, mahasiswa asal Jepang dari Sophia University, kini menjalani program pertukaran pelajar di Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB). Mengambil Program Studi Manajemen di ITB, Ayana mengungkapkan alasan memilih Indonesia sebagai tujuan program pertukaran dan bagaimana dia menemukan pengalaman yang penuh makna selama masa studinya di ITB.
Ayana, yang sebelumnya tinggal di Singapura pada masa kecil, merasa tertarik dengan budaya Asia Tenggara, terutama Indonesia. Saat berkuliah di Jepang, ia mengambil kursus Bahasa Indonesia dan akhirnya memutuskan untuk melanjutkan studi pertukaran di Indonesia. “Saya ingin tahu lebih banyak tentang Indonesia, dan ITB adalah pilihan yang menarik karena menawarkan program yang berbeda dengan yang saya pelajari di Jepang,” katanya.
Dibandingkan dengan sistem pendidikan di Jepang yang cenderung lebih fokus pada tugas individu, Ayana mengungkapkan bahwa di ITB, ia merasa tantangan terbesar datang dari tugas kelompok yang membutuhkan koordinasi intens dari setiap anggota kelompok.
“Tugasnya memang sulit, terutama karena saya harus berkoordinasi dengan teman-teman di grup melalui aplikasi pesan. Tapi, saya sangat bersyukur karena tidak merasa kesulitan bahasa di SBM,” kata Ayana.
Ia juga bercerita bahwa ketika di Jepang, ia berkuliah di jurusan antropologi, ia merasa materi di ITB lebih relevan untuk mempersiapkan karier masa depan di dunia industri, terutama melalui pembuatan presentasi dan pengembangan produk.
Salah satu hal yang Ayana sukai dari Indonesia adalah keramahan orang-orangnya. Meskipun ia mengalami beberapa kendala, seperti hambatan bahasa dan kebiasaan yang berbeda, ia merasa sangat diterima di Indonesia. Ayana mengungkapkan bahwa, "Pesan yang saya dapatkan dari pengalaman ini adalah bahwa setiap perbedaan budaya adalah kesempatan untuk belajar dan tumbuh. Saya juga merasa bahwa keramahan orang Indonesia adalah hal yang luar biasa. Meskipun saya merasa sedikit terkejut saat pertama kali datang, saya segera menyadari bahwa hal ini adalah bagian dari kehidupan sehari-hari di sini."

Ayana juga mengungkapkan pengalaman budaya yang unik, seperti kebiasaan makan yang berbeda.
"Saya suka tempe goreng, pisang goreng manis, dan saya juga terkejut dengan banyaknya makanan yang digoreng di sini. Namun, yang paling mengesankan adalah bagaimana masyarakat Indonesia begitu ramah dan selalu siap membantu meskipun saya tidak bisa berbahasa Indonesia dengan lancar," ujarnya dalam bahasa Inggris saat diwawancarai di Teras Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD), Minggu (16/3/2025).
Bandung, dengan iklim yang lebih sejuk dibandingkan kota-kota besar lain di Indonesia, membuat Ayana merasa nyaman. "Saya suka udara sejuk di Bandung. Ini sangat berbeda dengan Jepang yang memiliki musim hujan yang berat," katanya. Di luar kampus, Ayana mengunjungi beberapa tempat wisata lokal, seperti Lembang dan Masjid Al Jabbar yang menurutnya memiliki arsitektur megah dan atmosfer yang luar biasa.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Ayana adalah perbedaan bahasa. Meski bahasa pengantar di SBM adalah bahasa Inggris, Ayana mengungkapkan bahwa tidak sedikit temannya yang juga berasal dari Jepang merasa kesulitan dengan bahasa Indonesia, terutama dalam berkomunikasi dengan dosen. "Saya merasa bahwa komunikasi mahasiswa reguler ITB dalam bahasa Inggris sudah cukup baik, tetapi bagi beberapa teman dari Jepang, mereka merasa kesulitan karena beberapa pengajaran dalam bahasa Indonesia," ujarnya.

Selama berkuliah di ITB, Ayana juga mengikuti kegiatan kebudayaan. Salah satunya, ia belajar menari Saman yang diajari langsung oleh pengurus Unit Kebudayaan Aceh (UKA) dan mencoba yukata koleksi Unit Kebudayaan Jepang (UKJ). “Meskipun tarian ini sulit, tetapi belajar hal ini adalah pengalaman paling seru dan mengasyikkan selama berkuliah di ITB,” ujarnya.
Ayana merasa bangga dapat beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda dan menikmati pengalaman baru di Indonesia. "Meskipun ada tantangan, saya merasa ini adalah kesempatan untuk berkembang dan memperluas wawasan saya."
Reporter: Syabina Er Said (Teknik Dirgantara, 2020)