Bincang Santai dengan Alumni SITH di Wageningen University and Research

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id –Pada Minggu (12/09/2021), prodi Rekayasa Hayati menggelar webinar bertajuk “Sharing Session with Alumni: Studying at Wageningen University and Research” melalui platform Zoom sebagai bincang santai sore kelima dengan alumni SITH yang melanjutkan pendidikan di Wageningen University and Research (WUR). Alumni sekaligus narasumber yang hadir di antaranya adalah Nurhayati Br Tarigan (BE 12), Bagoes Muhammad Inderaja (BE 13), Vista Dwi Yulianti (BA 14), Clarissa Rahmanita Idat (BI 14), Elif Eliana (BM 14), Sigit Nur Pratama (BI 15), dan Ahmad Ardiansyah (BI 13).

Acara dipandu oleh moderator Dr. M. Yusuf Abduh dan dibuka oleh Dr. Indra Wibowo, S.Si., M.Sc., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik SITH. Selain jadi ajang menyatukan berbagai latar belakang pendidikan dan pengalaman yang berbeda-beda, Dr. Indra berharap bincang santai kali ini dapat menjalin tali silaturahmi dengan alumni. Setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan sesi pemaparan oleh para alumni.

Salah satu alasan mengapa Risa mengambil WUR adalah karena fokus WUR sendiri terletak di sustainability dengan multidisiplin ilmu. Ditambah lagi, LPDP sedang memfokuskan mahasiswa yang dibiayai untuk mendalami sektor ketahanan pangan, energi, dan sustainable growth. Maka dari itu, WUR sangat cocok untuk menjawab hal tersebut.

Bagoes bercerita bahwa dia belajar banyak hal selama di WUR. Masa transisi dari offline ke online juga cukup singkat. Karena sejak awal, WUR telah memiliki arsip perkuliahan yang tersimpan dengan baik dan dapat diakses dengan mudah dari beberapa tahun yang lalu.

Jika Indonesia menggunakan sistem semester, untuk jenjang studi master, WUR menggunakan sistem period yang hanya berkisar 1-2 bulan dengan hanya segelintir mata kuliah yang diambil. Dengan begitu, mahasiswa dapat fokus mempelajari suatu matkul di satu period. Untuk 1-3 minggu pertama, biasanya digunakan untuk membahas teori. Sisa waktu periodenya digunakan untuk praktik. “Jadi benar-benar membangun mahasiswa untuk confident dalam melakukan sesuatu,” ujar Bagoes.
Untuk menentukan topik dari tesis, WUR menggunakan konsep chair group mulai tahun kedua. Jika dianalogikan dengan sistem yang ada di ITB, chair group sama dengan kelompok keilmuan.

Nurhayati, Bagoes, dan Vista mengambil topik tesisnya kebanyakan tentang modelling, system and control, dan precision farming. Dalam chair group Biotechnology, Elif mengambil cellular and molecular karena pilihan topik tesisnya banyak. Tesis dari Elif berkaitan dengan system and synthetic biology tentang CRISPR Transposon.
Risa menyusun tesis tentang optimasi antara demand makanan, nutrisi, menggunakan data pertanian yang sudah ada agar disesuaikan dengan produksi agrikultur yang ada.

Tesis Sigit membahas tentang bagaimana memanfaatkan cahaya—khususnyam untuk farming, memproduksi tanaman berkualitas yang memiliki daya tahan terhadap hama sehingga konsumsi pestisida lebih sedikit.

“There’s a will, there’s a way,” ucap Risa sebagai kalimat penyemangat untuk audiens.

Reporter: Najma Shafiya (Teknologi Pascapanen, 2020)