Biomanajemen ITB Gelar Webinar Umum tentang Manajemen Air Hujan
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Program studi magister Biomanajemen ITB menggelar International Virtual Course yang dibuka untuk umum pada Kamis (8/7/2023). Kelas kali ini diisi dengan judul “Rainwater Management (Rainwater Initiatives-Rain School Projects)” oleh Prof. Mooyoung Han, Professor Emeritus dari Seoul National University, Korea Selatan.
Krisis iklim saat ini sangat berdampak buruk bagi dunia di berbagai aspek kehidupan. Hal ini mengakibatkan siklus air menjadi lebih terganggu serta membuat masa air yang dimiliki menjadi sangat berkurang maupun berlebih. Dampak dari kekurangan air menyebabkan terjadinya kekeringan dahsyat yang merugikan berbagai bidang. Sebut saja pertanian, perikanan, maupun industri-industri besar lainnya.
Air yang berlebih juga tidak selamanya baik, di beberapa daerah justru malah rawan menimbulkan banjir yang sama-sama merugikan.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memikirkan langkah yang tepat dalam memanajemen air untuk memitigasi potensi bencana yang terjadi. Caranya adalah perlu adanya sistem yang bisa sewaktu-waktu menguras untuk kasus kelebihan air dan menyimpan untuk kasus kekurangan air. Dalam kesempatan ini, Prof. Han menjelaskan potensi air hujan menjadi sumber air yang dapat dimanfaatkan karena memiliki berbagai keuntungan.
“Air adalah kebahagiaan semua orang. Jadi, kebutuhan orang terhadap air harus terpenuhi secara adil,” ucapnya.
Dia menceritakan di Korea Selatan atau negara Asia Timur sekitarnya, praktik manajemen air sebenarnya telah banyak dilakukan seperti yang dilakukan oleh Dinasti Kyung-bok-gung. Dinasti itu memiliki penampungan air yang digunakan untuk berbagai tujuan dalam memenuhi kebutuhan rakyat.
Di era modern ini, Korea Selatan juga telah menerapkan manajemen air berupa drainase, penampungan, dan untuk keadaan darurat seperti kebakaran di daerah perkotaan. Sistem terintegrasi tersebut dapat mengontrol air sesuai dengan volumenya, apakah sedang berlebih atau justru kekurangan.
Prof. Han juga memaparkan konsep baru manajemen air hujan melalui atap gedung. Atap gedung berfungsi untuk melindungi manusia dari panas dan hujan. Tetapi jika diperhatikan, ketika hujan bisa menyebabkan banjir di area sekitarnya. Sementara saat panas karena kemampuan absorbsinya, dapat membuat suhu gedung menjadi naik.
Berdasarkan permasalahan tersebut, dia mengenalkan peserta tentang “green rooftop” dengan memanfaatkan pertanian urban di atas atap gedung.
“Green rooftop sangat menguntungkan bagi gedung karena saat hujan tiba, tanaman menyerap air hujan sehingga tidak lagi terbuang ke dasar dan saat terik tanaman menjaga temperatur atap lebih stabil sehingga akan jauh lebih sejuk. Belum lagi keuntungan yang diperoleh dari hasil tani yang dikembangkan bisa menjadi pendapatan alternatif. Berdasarkan riset, rooftop terbukti mampu menurunkan panas atap dari 47.9? C menjadi 23.9? C saja,” jelasnya.
Di Indonesia sendiri, potensi sumber daya air hujan yang dimiliki sangat melimpah. Untuk mengolahnya sendiri dibandingkan dengan sumber air seperti air permukaan dari air tanah, air hujan lebih mudah perlakuannya.
Prof. Han pun menjelaskan implementasi potensi sumber air hujan yang besar melalui programnya di Kamboul School, Kamboja. Dalam proyek tersebut, air hujan dikonversi menjadi air siap minum melalui perlakuan khusus. Metode tersebut dikenal sebagai MBC (Multiple Barrier Concept) dengan mengalirkan air yang ditampung kemudian difiltrasi melalui beberapa tangki.
Permasalahan awalnya adalah air yang ditampung melalui atap masih mengandung mikroba semacam E. coli dan kotoran lain yang harus dibersihkan terlebih dahulu.
Pada tangki pertama yang berfokus untuk penampungan, Prof. Han menerapkan pipa masuk berbentuk J (J-shape inlet) sehingga kotorannya terdistribusi merata ke bagian bawah air. Dengan begitu, langkah ini lebih mengefektifkan waktu pembersihan. Lantaran kotoran telah terkonsentrasi menjadi filtrat lebih cepat.
Prof. Han juga memanfaatkan sumber daya yang masyarakat lokal miliki. Dengan begitu biaya yang dikeluarkan pun terjangkau dan masyarakat memahami cara kerja sistem tersebut untuk keberlanjutan perawatan nantinya.
Dia pun melibatkan guru dan murid dalam kepanitiaan khusus dengan membawa nilai-nilai BTS yang terdiri atas: Beauty Art, Culture, Dance, and Decoration untuk pendekatan estetika; Technology Monitoring, Tech, Design, and IT untuk pendekatan teknikal; dan Social Promote in school and society untuk pendekatan aspek kemasyarakatan.
Dengan segala keunggulan yang dimiliki, Prof. Han melihat sumber air hujan menjadi peluang yang belum banyak dimaksimalkan utilitasnya. “Air hujan semestinya tidak dibiarkan terbuang begitu saja, melainkan bisa digunakan untuk restorasi air dalam rangka memitigasi ancaman bencana yang disebabkan oleh air,” pungkasnya.
Reporter: Lukman Ali (Teknik Mesin/FTMD, 2020)