FTSL ITB dan Tohoku University Selenggarakan Simposium Terbuka Perubahan Gaya Hidup

Oleh Yasmin Aruni

Editor Yasmin Aruni

BANDUNG, itb.ac.id - Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung (FTSL ITB) bekerja sama dengan universitas Jepang Tohoku University menyelenggarakan Simposium Terbuka yang bertajuk "Gaya Hidup 2.0 dan Konsekuensinya: Sampah Sebagai Sumber Daya". Simposium yang diadakan pada Senin (28/03/16) di Aula Barat ITB ini dihadiri oleh mahasiswa dan sejumlah tamu undangan. Mata acara dari simposium terbuka ini terdiri atas presentasi singkat dari  kelompok peneliti Future Earth dari Tim ITB di bidang teknologi, sosial, dan konservasi alam, dilanjutkan dengan penyampaian opini dari stakeholder yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah-kota Bandung, industri terkait, NGO/NPO, dan bank sampah. Acara diakhiri dengan diskusi panel.

Simposium ini dibuka oleh Adi Syafrudin dan Toshihiro Yoshida sebagai perwakilan Indonesia dan Jepang. Presentasi-presentasi singkat pada simposium ini disampaikan oleh kelompok Future Earth ITB yaitu Dr.Eng. Mohammad Farid, S.T.,M.T., Prof.Dr.Ir. Enri Damanhuri, Dr. Benno Rahardyan, S.T., M.T., Dr.Ir. Agung Wiyono Hadi HS, MS., M.Eng, dan Profesor Fukushima.

Presentasi pertama dibawakan oleh Mohammad Farid, yang menjelaskan kelompok Future Earth dan kerjasama Tohoku-ITB dalam pengelolaan sampah. Dijelaskan bahwa Future Earth adalah program penelitian internasional yang berfokus pada pengembangan ilmu pengetahuan dalam menghadapi tantangan-tantangan baru akibat perubahan lingkungan dunia. Lalu, Enri Damanhuri menjelaskan bagaimana perkembangan sumber daya alam dan pengelolaan sampah di masa modern ini. Berikutnya, Benno Rahardyan menjabarkan tentang perubahan gaya hidup yang diperlukan dalam menghadapi perubahan-perubahan lingkungan dunia.

Presentasi dilanjutkan oleh  Agung Wiyono, kepala UPT Asrama ITB sekaligus pengelola Asrama Salman ITB dan asrama yang dimiliki ITB. Dalam presentasinya, beliau menceritakan usahanya dalam mengubah gaya hidup penghuni asramanya. Menurutnya, kita harus bisa Memulai perubahan dari mahasiswa dan tidak menunggu bantuan dari pihak lain. Presentasi terakhir dibawakan oleh Profesor Fukushima. Dalam presentasinya, beliau menjelaskan bagaimana pengelolaan sampah di Jepang, khususnya Kota Sendai di Prefektur Miyagi, dan bagaimana mereka membangun paradigma warga untuk mengelola sampahnya. Salah satu contohnya adalah dengan menaikkan harga kantong sampah berukuran besar sehingga warga lebih menggunakan kantong sampah kecil. Hal ini mendorong warga untuk memilah sampahnya dan mengompresi ukuran sampah-sampahnya. Prof. Fukushima juga menjelaskan bahwa meskipun terdapat lonjakan kuantitas sampah ketika terjadi bencana, lonjakan tersebut tidak bertahan lama karena sistem pengelolaan sampah yang sudah cukup teratur.

ITB Journalistic Apprentice
Francisco Kenandi Cahyono (16515214)
Luthfi Naufan Yamin (13214114)