Cerita di Balik Pembuatan Lengan Bionik Karya Dosen ITB
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id –Karsa Loka Vol 019 yang diselenggarakan oleh LPPM ITB edisi Jumat (22/7/2022) mengangkat tema yang menarik, yaitu “Membuat Kesalahan dan Bertanya adalah Jalan Kami dalam Mengembangkan Lengan Bionik Terjangkau”.
Tema tersebut menjadi gambaran proses pengembangan inovasi lengang prostetik yang dibuat oleh tim ITB. Mendedikasikan dirinya pada penelitian desain dan rekayasa lengan prostetik sepanjang perjalanan akademik, Wildan Trusaji, S.T, M.T., bersama timnya mengembangkan inovasi tersebut agar semakin bermanfaat dan terjangkau untuk orang-orang bekebutuhan khusus. Proses pembuatannya melibatkan dua hal: teori dan praktik.
“Teori kadang berlawanan dengan praktik karena teori berfokus ke generalisasi dan praktik berfokus ke aplikasi,” kata Wildan sewaktu menjadi narasumber pada Karsa Loka ke-19 yang bekerja sama dengan Design Ethnography Lab FSRD ITB dan didukung oleh media partner Media Indonesia. Kegiatan tersebut dimoderatori oleh Meirina Triharini, Ph.D., dosen Kelompok Keahlian Manusia dan Desain Produk Industri FSRD ITB. Webinar ini disiarkan melalui Zoom dan Youtube ITB.
Wildan merupakan dosen pada Kelompok Keahlian Sistem Manufaktur, Fakultas Teknologi Industri ITB. Lengan bionik yang berhasil diciptakan bernama K22 BP/EL, di mana K22 menunjukkan pembuatannya dari Karla Bionics pada tahun 2022 dan BP/EL adalah singkatan dari body powered/electric powered. Fitur dan paten dalam lengan bionik ini termasuk teknologi versatile grip untuk penggenggamannya, sistem soket yang mudah menyesuaikan diri untuk disambung ke penggunanya, estetika yang mengusung konsep bionik, dan terjangkau bagi masyarakat yang memerlukannya di bawah Rp10 juta.
Tim peneliti lengan prostetik ini telah mengikuti lomba Cybathlon pada Mei lalu. Dalam lomba yang diadakan di ETH Zurich itu, Wildan bercerita salah satu kualifikasinya adalah memindahkan delapan benda kecil di bawah tiga menit, dan tim Karla Bionics berhasil mencetak waktu selama 2 menit 54 detik dengan pilotnya Yayat Supriyatna. “Sebenarnya kita mendaftar diri dari keisengan sekaligus ingin belajar dari lomba, tetapi hasil akhirnya baik,” singkatnya.
Perjalanan Pembuatan Lengan Bionik
Perjalanan Karla Bionics dimulai pada tahun 2018-2019 sewaktu Syaiful Hammam sedang melakukan tugas akhirnya dan dibimbing oleh Andar Bagus, Ph.D. Pada periode tersebut, Wildan bertemu dengan Syaiful dan Yayat untuk berkolaborasi bersama dalam pengembangan lengan prostetik. Setelah mendapatkan pendanaan dari Program Pengabdian Masyarakat P2MI FTI LPPM ITB, Karla Bionics terbentuk pada tahun 2022 dan mendapatkan pendanaan selanjutnya dari Hibah Start-Up LPIK ITB. Adapun mahasiswa yang terlibat dalam penelitian ini, baik dalam rangka kerja praktek maupun tugas akhir di antaranya: Kevin Hendra (MR), Alfa Tazlia (MR), Andy Lucky (EL), Ahmad Risyad G.T. (MT), dan Hilmy Ilham (ME).
Salah satu fitur yang menonjol dari inovasi lengan prostetik Karla Bionics adalah harganya yang terjangkau akibat BPJS umum hanya bisa membayar 2.5 juta, harga yang jauh di bawah kisaran harga lengan prostektik pasif/kosmetik kisaran 3-10 juta. Untuk lengan prostetik aktif yang body powered maupun electrical powered lebih mahal dan bisa mencapai 200 juta. Selain itu, kebanyakan tangan yang beredar di pasar pasif, yaitu tidak bisa bergerak. Pembuatan soketnya pun dari resin dan komponennya disesuaikan satu per satu dengan pengguna sehingga secara ekonomi tidak bisa murah.
Karena permasalahan tersebut, solusi yang ditawarkan oleh Syaiful adalah pengaplikasian thermoforming principle, di mana plastik panas ditekan ke sebuah pola untuk membentuk cetakannya. Dengan faktor lebih murah, Tim Karla Bionics mulai melaksanakan teknologi produksi tersebut menggunakan PVC dan merangkai prototipenya. Supaya lengan prostetiknya kelihatan lebih keren, tim Karla Bionics menempelkan carbon fiber sticker yang biasa dijual sebagai stiker motor untuk ke plastik termoform yang tercetak agar memberi kesan robotik.
Keunggulan lain dalam penggunaan bahan-bahan ini adalah ringan dan tahan lama. Prototipe lengan prostetik ini juga beroperasi dengan anggota badan lain atau dikenal sebagai body powered. Mekanika penggerakan ini berfokus kepada tali di belakang tangan pengguna yang satu lagi supaya lengan prostetik dapat dikontrol oleh lengan lainnya.
Proses Perancangan
Perancangan lengan prostesis ini dibagi menjadi tiga bagian: gerakan jari/genggam, mekanisme pengaturan jari, dan soket. Untuk gerakan jari dan genggam, iterasinya cukup lama untuk mendapatkan hasil yang cepat dan biaya rendah dengan 3D printing. Mekanisme pengaturan jari didasarkan oleh mekanisme whipple tree yang membagi gaya ke atas ke berbagai arah meskipun sumbernya satu dan biomimetika. Di sisi lain, permasalahan soket dapat diatasi dengan prinsip sole-upper-lace sepatu lari.
Dari segi pengguna, Yayat mengakui bahwa teknologi yang dikembangkan saat ini cukup membantu kehidupan sehari-hari, namun dapat ditingkatkan lagi. Lebih spesifiknya, lengan tersebut tidak menggantikan tangan sepenuhnya secara fungsional, tetapi secara estetika lengannya membuat pengguna percaya diri. Maka dari itu, Wildan merubah kegunaan lengan prostesis ini yang sebelumnya hanya alat bantu menjadi functional fashion juga. Kedua hal ini membantu pengguna untuk menerima kenyataan dan kondisi diri sendiri dalam pemakaian lengan tersebut.
“Pada akhirnya, semua tangan berbeda-beda, dan perbedaan ini bukan sesuatu hal yang harus ditutupi, tetapi sesuatu hal yang harus diekspos sebagai potensi keunggulan,” pungkas Wildan.
Reporter: Ruth Nathania (Teknik Lingkungan, 2019)