David Senjaya Wisudawan Sarjana Terbaik di Prodi Fisika ITB
Oleh Fivien Nur Savitri, ST, MT
Editor Fivien Nur Savitri, ST, MT
BANDUNG, itb.ac.id - David Senjaya, anak pertama dari dua bersaudara ini dibesarkan di tanah Sunda pada tanggal 1 Maret 1995. David memilih Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk menempuh pendidikan sarjananya pada tahun 2013.
Sejak SMA sebenarnya David sudah aktif ikut berbagai lomba di bidang Biologi dan Kimia. Sebagai seorang budhist, David terinspirasi oleh Ajahn Brahm, seorang Bhikkhu Mahathera yang merupakan lulusan fisika teoretik dari Cambridge University. Keputusan akhir David untuk memilih Program Studi (Prodi) Sarjana Fisika pun didasari atas rasa kagumnya kepada Brahm.
Selama menjalani perkuliahan di Prodi Fisika ITB, David mendapatkan banyak pengalaman dan pelajaran berharga. David menyimak diantaranya tentang amplifier di mata kuliah elektronika dasar, bahwa sifat dari penguat yaitu menerima sedikit arus namun memberi voltase yang besar. "Makna yang saya dapat, begitupun dalam kehidupan, diharapkan kita sebagai manusia jangan terlalu berharap untuk diberi namun lebih banyak memberi," ujarnya.
Ditengah padatnya perkuliahan, David juga aktif di dua unit kegiatan mahasiswa (UKM), yaitu KMB (Keluarga Mahasiswa Buddha) dan Percama (Persatuan Catur Mahasiswa).
Saat ditanya bagaimana ia mengatur waktu belajarnya, sehingga meraih predikat Cumlaude dan mendapat gelar wisudawan terbaik dengan IPK 3,83 di FMIPA ITB, David menjawab bahwa ia belajar secara rutin dan tidak tidur terlalu larut malam. Menurut David, belajar dengan metode 'SKS' (Sistem Kebut Semalam) sebenarnya tidak efektif. "Saya berusaha rileks dengan belajar dari jauh-jauh hari dan tidak memaksakan diri untuk belajar semua materi sekaligus pada hari yang sama," ungkapnya.
David memberikan tipsnya kepada seluruh mahasiswa yang masih berjuang menyelesaikan studinya, "manfaatkan waktu sebaik mungkin ketika berkuliah, karena masa kuliah adalah waktunya mencoba hal baru dan ketika gagal masih dapat diperbaiki. Kendati demikian, jangan lupa untuk tetap bahagia dan rileks di tengah perkuliahan agar tidak seperti sifat larutan, jenuh dan siap-siap untuk mengendap," pesan David.
Penulis: Qinthara Silmi Faizal (SBM 2017)