Debat Untuk Kesadaran Lingkungan

Oleh Krisna Murti

Editor Krisna Murti

Pada tanggal 23 Februari ini di Aula Barat Institut Teknologi Bandung telah diadakan final Environmental English Debate. Debat bahasa Inggris antara SMU 8 Bandung serta SMU BPK Penabur ini merupakan kulminasi dari kompetisi yang sudah berlangsung dua hari, antara tanggal 22 dan 23 Februari 2005. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian acara Gelar Peduli Lingkungan yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL). Khusus untuk lomba debat ini HMTL juga berkerjasama dengan Student English Forum (SEF). Adapun lomba ini menggunakan sistem Asians Parliamentiary. Asians Parliamentary merupakan sistem debat di mana satu tim terdiri dari 3 orang. Tiga orang ini berperan sebagai pembicara pertama, kedua, ketiga, serta satu orang pembicara merangkap menjadi pembicara balasan. Pada pertengahan debat, anggota tim lawan berhak melakukan interupsi (Point of Information atau POI) yang boleh diterima maupun ditolak oleh pembicara. Sistem ini dipilih karena sesuai dengan sistem yang akan dipakai oleh kompetisi debat bahasa Inggris yang akan diadakan di Jakarta pada bulan April oleh ALSA (Asian Law Students Association). “Event ini dapat menjadi ajang latihan untuk tim-tim yang akan berangkat ke sana,” menurut Novi Kumala Sari (TI ‘04), salah satu juri lomba debat yang bertemakan lingkungan ini. Novi sangat menganjurkan tim-tim debat SMU yang telah berpartisipasi dalam Environmental English Debate untuk mengikuti kompetisi ALSA ini. “Di luar itu, tim universitas juga boleh mendaftar,” timpalnya. Adapun sekolah-sekolah yang berpartisipasi dalam Environmental English Debate adalah SMUN 3 Bandung, SMUN 4 Bandung, SMU Darul Hikam, SMU St. Maria, SMU BPK Penabur, serta SMU 8 Bandung. Sekolah-sekolah yang lolos babak penyisihan yaitu SMU BPK Penabur, SMU 3 Bandung, SMU 4 Bandung, dan SMU 8 Bandung. Piala diberikan kepada juara I serta juara II. Piala perseorangan diberikan kepada pembicara terbaik (best speaker) dari seluruh kompetisi. Final lomba ini berlangsung cukup seru tanpa gangguan yang berarti. Sebelum debat berlangsung penonton yang memenuhi auditorium dihibur selama kurang lebih setengah jam oleh HMTL 2004 yang mempersembahkan tarian Aceh serta Jhon Michael (TL ’03) dengan solo piano. Topik yang diperdebatkan pada final kompetisi adalah mengenai reklamasi pantai, topik yang cukup hangat dipergunjingkan dewasa ini. Sebagai tim positif, SMU 8 Bandung diwakili oleh Irsya Rizaldi sebagai pembicara pertama, Ahmad Mirardli sebagai pembicara kedua, serta Puji Maharani sebagai pembicara ketiga. Sedangkan, SMU BPK Penabur sebagai tim negatif diwakili oleh Edy Gunawan sebagai pembicara pertama, Linda Lusiana Setiawan sebagai pembicara kedua, serta Marvin Sugihartono sebagai pembicara ketiga. Dewan juri terdiri dari Isach (SEF), Minerva (Unpad ‘03), serta Rahima (HMTL ’01). Setelah pengambilan keputusan yang cukup lama, para juri memberikan kemenangan kepada SMU 8 Bandung dengan margin (beda nilai) dua poin. Piala pembicara terbaik diberikan kepada Edy Gunawan dari SMU BPK Penabur. Menurut Farina Anis—ketua acara Environmental English Debate—kompetisi ini bertujuan untuk meningkatkan minat murid SMU terhadap lingkungan, selain meningkatkan kemampuan bahasa Inggris mereka. Farina menyayangkan partisipasi sekolah-sekolah yang kurang—seperti yang telah disebutkan di atas, hanya enam SMU yang mendaftarkan diri. Mungkin kurangnya partisipasi ini dikarenakan UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) juga melaksanakan English Debate pada saat yang berdekatan, sehingga peserta terpecah konsentrasinya. Namun, secara keseluruhan Farina merasa puas dengan kinerja semua pihak yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan lomba ini. “Terimakasih kepada semuanya!” katanya. “Bagi adjudicator [juri], peserta, dan khususnya bagi panitia yang telah bekerja keras.” Pandu WS