Dekan FTMD ITB Tekankan Pentingnya Kemandirian Industri Pertahanan di Bali Internasional Airshow 2024

Oleh M. Naufal Hafizh

Editor M. Naufal Hafizh

BALI, itb.ac.id - Dekan Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Institut Teknologi Bandung (FTMD ITB), Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T., menjadi pembicara bersama Direktur Operasi PT Len Industri (Persero) Holding DEFEND ID, Tazar Marta Kurniawan dalam Talkshow bertema “Strategi Industri Pertahanan Nasional dalam Akselerasi Penguasaan Teknologi Pesawat Otonom”. Kegiatan tersebut merupakan salah satu rangkaian Bali Internasional Airshow (BIAS) 2024, yang digelar di Bali, Kamis (19/9/2024).

Pada gelaran (BIAS) 2024, PT Len Industri memperkenalkan pesawat nirawak Unmanned Aerial Vehicle (UAV) DID 3.11 yang dapat dijalankan secara jarak jauh hingga 1.500 km dengan kecepatan 180 km/jam dan didukung sensor yang memberi informasi pada garis-garis perbatasan Indonesia. Hal tersebut dapat meningkatkan pengamanan wilayah negara.

UAV DID 3.11 ini berada di kelas kedua dunia (tactical plus) dengan durasi ketahanan 17 jam. Hal ini berbeda dengan pesawat nirawak Indonesia sebelumnya, Wulung, yang durasi ketahanannya mencapai 4 jam.

Adapun produksi pesawat ini menggunakan 45 persen komponen lokal, khususnya dari segi perangkat lunak dan sistem persenjataannya dibuat di Indonesia.

Pada kesempatan tersebut, Prof. Tatacipta Dirgantara menyampaikan tiga kunci dalam teknologi drone (UAV/pesawat nirawak), yakni wahana "badan", flight control dan mission control "otak", dan sensor "indra". Menurutnya tiga teknologi tersebut yang perlu dikembangkan.

Beliau menambahkan, kemandirian dalam industri pertahanan sangat penting. "Hal itu karena menyangkut misi-misi yang harus aman, tidak boleh diterobos oleh pihak lain," ujarnya, Senin (23/9/2024).

Selain itu, perlu adanya ekosistem industri dalam negeri terkait hal tersebut sehingga dana pembelanjaan tidak hanya berhenti di penjual, tetapi tersebar ke berbagai aspek agar perekonomian dalam negeri semakin kuat (multiplier effect). Berbeda halnya apabila negara membeli komponen dari luar negeri, maka aset yang didapatkan sama dengan yang dibayar.

Beliau mengatakan, ITB kerap terlibat dalam pengembangan teknologi kedirgantaraan nasional sejak tahun 1960-an. Di antaranya, pengembangan Roket Kartika-1, program pesawat N219 Amphibi, pesawat CN-235, pesawat tempur, program drone, hingga pesawat N-250. Ke depannya pun, ITB akan terlibat dalam hal pengembangan teknologi pesawat lainnya.