DESANESHA: Jembatan antara Persoalan Desa dengan ITB

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id - Berbagai karya dan inovasi telah dihasilkan oleh Institut Teknologi Bandung untuk menjawab persoalan bangsa dan berkontribusi dalam kesejahteraan masyarakat. Salah satu karya yang dilahirkan oleh ITB belakangan ini adalah apikasi DESANESHA yang dikembangkan oleh kolaborasi beberapa lembaga dari ITB.

Aplikasi tersebut dibuat oleh Rulli Wibowo, S.T., Idris, A.Md., Housny M., S.T., Suyanto, A.Md., Ali Hasan Asyari, S.Kom., Deny Willy Junaidy, Ph.D., dan Ferdyansyah Poernama, A.Md. Dikembangkan sejak Desember 2021, aplikasi DESANESHA dirancang untuk menjembatani komunikasi antara kepala desa se-Indonesia dan dosen ITB.

“Ada banyak masalah di desa yang solusinya sudah dikembangkan oleh dosen ITB. Namun karena kurang komunikasi antara kepala desa dan ITB, masalah tersebut tidak terpecahkan. Untuk mempercepat pemecahan masalah desa, perlu media diskusi digital antara kepala desa dan Dosen ITB sehingga keduanya bisa segera sepakat dan berkomitmen mengalokasikan sumber daya dalam kegiatan pengabdian masyarakat, yang berupa waktu, anggaran dan personil,” ungkap Deny Willy, salah satu creator DESANESHA, menceritakan inspirasi di balik pengembangan DESANESHA dalam wawancara.

Mengikuti visi ITB sendiri yaitu “Locally Relevant” dan Renstra ITB 2021-2025 afirmasi kawasan 3T, Deny melihat bahwa banyak kepala desa yang tersebar di Indonesia masih membutuhkan media penghubung komunikasi dengan pihak luar untuk berbagai hal, seperti bantuan atau dukungan. ITB sendiri memiliki sekitar 1.350 dosen, peneliti, dan pakar. Program pengabdian masyarakat ITB pun dikenal untuk berbudaya ilmiah unggul, sebagai wadah sandboxing dengan teknologi yang sesuai. Tetapi, para ahli ITB memerlukan media informasi peta permasalahan desa agar dapat menyalurkan bantuan kepada desa-desa. Oleh karena itu, aplikasi DESANESHA diharapkan untuk digunakan sebagai wadah komunikasi dan bantuan.

Fitur-fitur yang terdapat di aplikasi DESANESHA adalah sebagai berikut: 1) menyediakan basis data penelusuran kepakaran dosen/pakar ITB; 2) menjelajah penelusuran sebaran kegiatan pengabdian masyarakat ITB se-Indonesia; 3) menyediakan basis data kebutuhan saintek untuk perdesaan yang dikirimkan oleh kepala Desa se-Indonesia; dan 4) memfasilitasi diskusi antara dosen dan kepala desa terkait permasalahan desa dalam bidang sains dan teknologi yang beragam.

Kepala desa yang memiliki berbagai masalah desa memerlukan sinergi berbagai pihak. Permasalahan tersebut yang sering ditemukan adalah seperti Indeks Desa Membangun untuk peningkatan aspek ketahanan sosial, ekonomi dan ekologi terhadap 74.953 desa, 271 kawasan perdesaan, 62 daerah tertinggal, 152 kawasan transmigrasi sebagai lokus prioritas nasional dalam RPJMN 2020-2024.

Dengan DESANESHA, dosen ITB yang memiliki kepakaran yang relevan dengan masalah tersebut akan dipilih untuk berdiskusi dengan kepala desa terkait. Diskusi ini dapat berkembang menjadi kegiatan pengabdian masyarakat yang didanai bersama ITB dan sinergi dengan anggaran desa terkait.

Aplikasi DESANESHA sebagai salah satu kegiatan pengabdian masyarakat ITB merupakan bagian dari tiga misi Tridharma Perguruan Tinggi. Penggunaannya sangat terbuka untuk penerapan Teknologi Tepat Guna (appropriate technology), sains, desain, model bisnis, kebijakan, infrastruktur, karya seni, humaniora, hingga mitigasi bencana. Jika nantinya DESANESHA efektif, aplikasi ini berpotensi dikembangkan menjadi platform bersama Pengabdian Masyarakat oleh Kampus PTNBH maupun perguruan tinggi se-Indonesia.

Deny menjelaskan bahwa sejauh ini pengembangan DESANESHA berjalan dengan baik. Pentingnya sinergi ITB, Kemendesa dan Kemendagri dalam mendukung dan menyosialisasikan aplikasi tersebut kepada seluruh kepala desa di Indonesia dapat meningkatkan tingkat performanya. Dia juga menambahkan bahwa DESANESHA sudah tersedia di Play Store (Google) dan App Store (Apple). “Kami terus melakukan upaya sosialisasi aplikasi ini ke internal Dosen ITB dan Kepala Desa se-Indonesia melalui media sosial, silaturahmi ke desa, dan roadshow ke Kemendesa.”

Dengan harapan dapat dimanfaatkan baik oleh para kepala desa dan dosen ITB, Deny ingin aplikasi DESANESHA lebih memaksimalkan magnitude dan dampaknya kepada masyarakat. Dari pengaruhnya kepada desa-desa sepanjang negara, DESANESHA berpotensi merubah lanskap kegiatan pengabdian masyarakat di perguruan tinggi menjadi lebih berdampak. Sosialisasi aplikasi DESANESHA untuk kepala desa dapat ditonton melalui link sebagai berikut ini.

Reporter: Ruth Nathania (Teknik Lingkungan, 2019)