Studium Generale: Berani Jadi Wirausaha

Oleh Vinskatania Agung A

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Banyak alasan seseorang yang memiliki pekerjaan tetap memilih lepas dasi dan berbelok untuk menjadi pengusaha, atau seorang lulusan universitas yang jatuh-bangun merintis usaha dengan modal minim, atau bahkan seorang mahasiswa yang menyambi kuliahnya dengan memulai bisnis kecil-kecilan. Dengan berbagai kemajuan teknologi yang ada sekarang, siapa saja bisa menjadi pengusaha. Namun, kerap kali untuk memulainya orang tidak tahu harus terlebih dahulu melakukan apa. Pada kuliah umum studium generale Rabu (13/04/16) lalu, seorang wirausahawan alumni Teknik Geologi ITB 1989 hadir di tengah ratusan mahasiswa yang memenuhi Gedung Aula Barat ITB. Kepada para mahasiwa Ir. Denni Andri selaku CEO sekaligus Founder dari Taka Group membagi pengalaman dan ilmunya dalam pemaparan yang bertajuk "Berani Menjadi Pengusaha".

 

ITB: Pencetak Pengusaha Handal
"Kita sudah memasuki era baru bagi pengusaha," ungkap Denni dalam pembukaan kuliahnya. Faktanya, memang menjadi pengusaha kini semakin mudah. Bekal dari kampus banyak melahirkan daftar nama panjang alumni yang berkarier di bidang kewirausahaan. Booming-nya industri kreatif, besarnya perhatian pemerintah dari aspek pendanaan, pesatnya perkembangan teknologi menjadi sederet alasan mengapa kemudahan ada di sekitar kita. Di tambah lagi, mudahnya mendapatkan mentor dalam memulai bisnis, legalitas pendirian usaha, dan pemasaran produk bisa dibilang merupakan revolusi yang menambah tingkat kepercayaan diri para pengusaha muda untuk memulai langkahnya.

Di setiap generasi, ITB selalu punya wirausahawan-wirausahawan handal. Misalnya saja, Achmad Zaky (Teknik Informatika 2008) dengan situs online marketplace bukalapak.com, Ali Bagus (Perencanaan Wilayah dan Kota 2008) dengan Kuliner beken Bebek  Garang, Gibran Amsi (Bilogi 2007) dengan teknologi pakan ikan otomatis merupakan beberapa nama pengusaha muda alumni ITB yang telah mendunia dengan hasil bisnis rintisannya. Menurut Denni, di masa mendatang dan seterusnya ITB akan tetap mencetak pengusaha-pengusaha top. "Generasi selanjutnya ada di tangan Anda," tukasnya.

Nature VS. Nurture
Debat kusir panjang bisa terjadi jika mempertanyakan dari mana sebenarnya asal mula kewirausahaan. "Nature or nurture? Dilahirkan atau diciptakan?" katanya. Setelah diam sejenak dan menyisir pendangan, dengan tegas ia berkata, "dua-duanya". Menurut Denni, seseorang bisa memiliki jiwa wirausaha yang "genetik", dengan kata lain terlahir dari orang tua atau keluarga yang berbisnis, akan tetapi tanpa adanya proses pembelajaran lebih ia tidak akan jadi apapun. Sementara itu, seseorang yang tidak memiliki bakat, tapi mencari pengalaman, bekerja keras, tekun, dan gigih akan tetap bisa mendapatkan kompetensi wirausahawan yang baik.

Seperti semua hal besar, perjalanan wirausaha juga berawal dari mimpi. "Tapi kita harus berhati-hati dengan istilah mimpi ini," ujar Denni. Menurut pendapatnya, bermimpi harus SMART alias Specific (khusus), Measurable (terukur), Attainable (dapat dicapai), Realistic (realistis), dan Time-Bound (terikat dengan waktu). Bermimpi artinya kita memiliki rencana, bukan semata berharap pada keberuntungan dan dihindarkan dari kesialan.

Langkah selanjutnya, kata Denni, adalah eksekusi. "Kata-kata paling pamungkasnya: Just Do It!" tukasnya. Ide apapun akan terbuang percuma tanpa usaha untuk merealisasikannya. Sekecil apapun kapal, layarkan. Jika tidak, kita akan kehilangan momentum.

Perjalanan Denni
Kisah Denni berbisnis benar-benar berawal dari anak tangga pertama. Ia memulai usaha di garasi kecil Kota Bandung dengan satu orang pegawai. Semua hal besar berawal dari hal kecil, seperti yang ia gambarkan pada pernayaannya: "Mimpi kita mendaki Himalaya, tapi kita memulai perjalanan dari halaman rumah".
Denni memulai modal sebesar Rp 60 juta dari uang hasil penjualan mobil yang ia kumpulkan dari bekerja paruh-waktu di berbagai tempat.  Dari awal keputusannya, Denni hanya berpegang teguh pada satu hal: ika gagal, coba lagi. Kini mimpi Denni telah sampai pada mewujudkan sebuah perusahaan kelas dunia. "Secara grup saya berharap untuk dapat menjadi perusahaan publik, memiliki revenue sebesar 1 T, memiliki 1000 pegawai di tahun 2020, merekrut orang-orang dengan kualifikasi tinggi, dan memperbanyak engineer," ujar Denni berbicara target Taka ke depan.

Rintangan Jadi Tantangan
Sepuluh masalah utama dunia dalam 50 tahun mendatang akan berkisar pada pangan, energi, dan air. Indonesia, menurut Denni, akan tersendat di masalah pangan. Sebuah masalahlah yang dapat memberi kesempatan. Selain itu, menurutnya era industri kreatif akan segera bergeser. Baiknya, mulai sekarang bermainlah di sekitar proyeksi masa depan, walau di sektor-ektor turunannya. "Temukan mentor, tetap konsisten, dan berinovasi. Ingat, bukan uang yang menjadi modal utama berwirausaha," tutupnya.

Gambar: gracehouse.co.za


scan for download