Kontribusi Desain Produk dalam Problematik Produk Kemasan di Indonesia
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Program studi Desain Produk, Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB menyelenggarakan kuliah tamu untuk mata kuliah DP3205 Desain Produk Kemasan dengan judul “Kontribusi Desain Produk dalam Problema Produk Kemasan di Indonesia” yang berlangsung pada Senin (21/2/2022).
Dosen tamu yang hadir untuk memaparkan materi pada kuliah tamu ini adalah Ketua Klinik Desain Merek dan Kemasan (KDMK) Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian, Agus Susilo, S.DP.
Agus memulai pemaparan materi dengan menjelaskan tentang kontribusi berbagai sektor ekonomi pada Produk Domestik Bruto. Industri pengolahan menjadi industri yang menyumbang kontribusi tertinggi pada PDB Indonesia pada triwulan kedua tahun 2021. Industri makanan dan minimum, industri kimia, dan industri tekstil juga termasuk dalam sektor industri pengolahan.
Tentunya, Kementerian Perindustrian melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan daya saing Industri Kecil Menengah (IKM) untuk dapat bersaing di ekonomi Indonesia. Berbagai program yang telah dilakukan adalah fasilitas akses pembiayaan seperti Literasi Fintech dan KUR. Lalu ada juga pemberian akses sumber bahan baku berupa penyediaan material center dan kerja sama logistik. Kemudian juga ada berbagai program yang dapat memudahkan para pelaku IKM seperti Indonesia Food Innovation dan juga e-Smart IKM.
Terkhusus dalam bidang pengemasan produk, Kementerian Perindustrian menyediakan fasilitasi sertifikasi sistem keamanan HACCP. HACCP berlaku untuk semua proses pada produk industri pangan mulai dari persiapan bahan baku, produksi, pengemasan, dan penyimpanan bahan pangan. Untuk meningkatkan produktivitas, daya saing serta pertumbuhan IKM dilakukan juga restrukturisasi IKM.
Pengembangan kemasan untuk meningkatkan daya saing IKM juga didukung penuh oleh Presiden Jokowi. Kini sudah ada 18 rumah kemasan yang dikelola Pemerintah Provinsi dan 18 rumah kemasan yang dikelola oleh Pemerintah Kota dan Kabupaten.
Selanjutnya, Agus juga menjelaskan latar belakang pendirian Klinik Desain Merek Kemas (KDMK) ini. “IKM pangan di Indonesia belum memberikan perhatian terhadap penggunaan yang baik. Hal ini disebabkan oleh berbagai keterbatasan pengetahuan tentang karakteristik bahan pangan, pemilihan material kemasan, serta terkait pemahaman teknologi dan desain kemasan yang belum mumpuni,” terang Agus. Selain itu, banyak IKM yang memiliki keterbatasan secara finansial untuk membeli kemasan dalam skala besar.
“Maka dari itu, KDMK hadir pada tahun 2003 untuk melaksanakan pengarahan tentang jenis-jenis kemasan yang sesuai, melaksanakan penerapan desain merek untuk IKM, memberikan konsultasi pembuatan dan pengembangan kemasan, menyediakan jasa layanan dalam rangka meningkatkan penyebaran kemasan, serta menyediakan informasi yang berkaitan dengan kemasan dan merek,” jelas Agus.
Namun, tentunya upaya yang dilakukan oleh Kementerian Perindustrian ini tidak lepas dari rintangan dari berbagai sisi. Dari sisi sumber daya manusia, sebagian besar IKM tidak memiliki tenaga ahli untuk menjalankan fungsi dari Rumah Kemasan ini secara ideal. Selain itu, ketersediaan akan akses sumber bahan baku dan juga penguasaan teknologi menjadi kendala yang dialami dalam pelaksanaan KDMK ini.
Maka dari itu, Kementerian Perindustrian menciptakan solusi dari berbagai permasalahan yang dialami dalam pelaksanaan KDMK ini dengan meluncurkan website dengan nama Platform Klinik Desain Merek Kemas yang dapat diakses pada alamat https://e-klinikdesainmerekemas.kemenperin.go.id/.
Reporter: Yoel Enrico Meiliano (Teknik Pangan, 2020)