Memahami Industri Gula Indonesia, Mahasiswa Rekayasa Pertanian ITB Kunjungi Pabrik Gula di Majalengka

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


MAJALENGKA, itb.ac.id — Sebanyak 24 mahasiswa dari program studi Rekayasa Pertanian Institut Teknologi Bandung (ITB) mengunjungi PT Pabrik Gula Rajawali II di Jatitujuh, Majalengka. Kunjungan ini merupakan bagian dari kuliah lapangan mata kuliah Ekonomi Pertanian yang bertujuan untuk memberikan pemahaman langsung tentang industri gula di Indonesia.

PT Pabrik Gula Rajawali II adalah salah satu perusahaan pangan Indonesia yang tergabung dalam Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), bagian dari BUMN ID FOOD.
Dosen Pembimbing, Dr. Mia Rosmiati, menjelaskan bahwa pemilihan pabrik gula sebagai objek kunjungan didasarkan pada pertimbangan bahwa gula adalah komoditas strategis yang dibutuhkan oleh semua pihak, baik dalam skala rumah tangga maupun industri.

Dr. Mia juga berharap kunjungan ini dapat memberikan pemahaman mengenai tantangan, peluang, dan pengelolaan industri gula di Indonesia. "Kunjungan industri merupakan salah satu metode pembelajaran selain belajar di kelas, mahasiswa perlu mengetahui langsung ke lapangan,” ujar Dr. Mia.

Kepala Pusat Penelitian Agronomi (Puslitagro) PT Pabrik Gula Rajawali II, Ajat Sudrajat, berharap, melalui kunjungan ini para mahasiswa tertarik dan berminat mengembangkan keahlian mereka dalam bekerja di PT Pabrik Gula Rajawali II setelah menyelesaikan kuliah.

Pada kunjungan tersebut, para mahasiswa mendapatkan penjelasan secara teoritis mengenai budidaya tebu mulai dari bibit hingga panen. Mereka juga diberikan pemahaman tentang perhitungan laba rugi perusahaan. Narasumber dari Puslitagro, Arif Firmansyah, menjelaskan bahwa efisiensi budidaya sangat berpengaruh terhadap besarnya biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang didapatkan oleh perusahaan.

"Sejauh ini, budidaya tanaman tebu lebih menguntungkan ketimbang tanaman lainnya," jelas Arif.


Setelah sesi penjelasan teoritis, peserta kunjungan diajak untuk melihat langsung proses budidaya tebu di lapangan, mulai dari kultur jaringan, pembibitan, aklimatisasi, hingga penanaman dan perawatan. Mereka dapat melihat bagaimana PT Pabrik Gula Rajawali II melakukan praktik budidaya tebu yang efisien dan berkelanjutan.

Selanjutnya, peserta kunjungan diajak untuk melihat proses pengolahan pascapanen tebu menjadi gula kristal putih. Sebelum melihat langsung proses industri, peserta diberikan penjelasan mengenai tahapan pengolahan tebu, mulai dari penggilingan hingga pengemasan, oleh General Manager PT PG Rajawali II, M. Wisri Mustofa, dan timnya.

"Kami punya lahan 12 ribu hektar, 10 ribu-nya untuk tebu dengan 100% menggunakan skema kemitraan tani bersama masyarakat," ungkap Mustofa.
Dalam penjelasan yang disampaikan oleh salah satu tim PT PG Rajawali II, tebu yang telah dipanen akan digiling dan diekstraksi untuk mendapatkan niranya. Nira yang dihasilkan kemudian dimurnikan di stasiun pemurnian air nira untuk memisahkan serat-serat dan kotoran.

Nira yang masih mengandung kadar air yang tinggi akan mengalami proses evaporasi untuk mengurangi kadar airnya. Setelah itu, nira yang telah mengental akan dikristalisasi menjadi gula kristal putih dan diuapkan dengan sulfur untuk memberikan warna putih. Pada tahap akhir, gula kristal putih disaring untuk mendapatkan ukuran butir yang sesuai dan dilakukan proses pengemasan.

Menariknya, Mustofa menjelaskan bahwa perusahaannya sepenuhnya menggunakan tebu sebagai sumber energi dalam proses produksinya. Sisa tebu dari pengolahan digunakan sebagai bahan bakar untuk penguapan, di mana uap yang dihasilkan digunakan sebagai pembangkit listrik. Sisa tebu tersebut juga dikembalikan ke tanah sebagai pupuk. Hal ini menjadikan PT PG Rajawali II tidak bergantung pada pasokan listrik dari PLN, melainkan menggunakan energi yang dihasilkan dari pengolahan tebu sendiri.

Tidak hanya melihat proses pengolahan secara langsung, peserta kunjungan juga diajak untuk melihat pabrik gula dengan mesin-mesin besar untuk mengolah tebu menjadi gula kristal putih. Mereka dapat melihat secara langsung bagaimana teknologi modern digunakan untuk memproses tebu menjadi produk gula berkualitas.
Kunjungan kuliah lapangan ini memberikan pemahaman yang mendalam bagi para mahasiswa Rekayasa Pertanian ITB tentang industri gula di Indonesia.

“Kami melihat secara langsung industri gula Indonesia baik secara produksi maupun perhitungan ekonomi dan prospeknya untuk digeluti kemudian,” tanggap Firzan Anandito (BA’19)

Reporter: Ardiansyah Satria Aradhana (Rekayasa Pertanian, 2020)
Foto: Asisten Akademik Prodi Rekayasa Pertanian