Dari Mata Kuliah ke Inovasi, Tim BioEt Pamerkan BioEtilen Generator dan Raih Juara 1 GSIC 2025
Oleh Indira Akmalia Hendri - Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

BANDUNG, itb.ac.id – Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang berasal dari berbagai jurusan menjadi juara 1 dalam kategori Engineering Application di ajang Global Student Innovation Challenge (GSIC) 2025.
GSIC adalah sarana yang berfokus pada pengembangan keprofesian, karya, dan inovasi mahasiswa ITB. Acara ini berada di bawah naungan Kabinet Keluarga Mahasiswa (KM) ITB dan menjadi wadah bagi mahasiswa mempresentasikan solusi ilmiah serta teknologi terhadap berbagai tantangan global.
Tim yang bernama BioEt dan beranggotakan Abdul Hakam (Teknik Bioenergi dan Kemurgi, 2021), Nailah Zakiyyah Lanjarsari (Rekayasa Pertanian, 2021), Annisa Ramadina (Kriya, 2021), Ghani Naoval Prawiradikarta (Teknik Bioenergi dan Kemurgi, 2021), dan Nabil Karim Abdurrahman (Teknik Fisika, 2022) ini meraih kesuksesan melalui penelitian inovatifnya. Penelitian itu mengenai pembuatan bioetilen generator portabel, yang dapat digunakan dalam distribusi pascapanen kelapa sawit untuk mempercepat pematangan dan mempermudah proses pembrondolan. Inovasi ini memungkinkan penghematan ruang dalam proses sterilisasi karena tandan kosong tidak perlu lagi dimasukkan ke dalam sterilizer.
“Ide ini berawal dari salah satu mata kuliah di Teknik Bioenergi dan Kemurgi yang diampu oleh Dr. Carolus Borromeus Rasrendra, S.T., M.T., yang menginspirasi tim mencari celah intensifikasi dalam rantai proses pengolahan sawit,” tutur ketua tim, Abdul hakam.
Secara global, perangkat serupa pernah dikembangkan di Amerika Serikat dan Tiongkok, namun belum diterapkan secara spesifik untuk meningkatkan efisiensi produksi Crude Palm Oil (CPO). Oleh karena itu, tim memulai proyek ini dengan melakukan riset, pengecekan, dan reverse engineering terhadap alat yang telah dikembangkan di negara-negara tersebut. Setelah memastikan bahwa perangkat tersebut mampu menghasilkan etilen melalui proses dehidrasi alkohol, tim melakukan berbagai optimasi, salah satunya dengan menggandeng Teknik Kimia ITB untuk merancang katalis gamma-alumina buatan Indonesia.
“Inovasi yang kami buat lebih dari sekadar mereplikasi. Kami melakukan rekayasa lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas etilen yang dihasilkan. Setelah tahap rekayasa dianggap cukup, kami mulai melakukan manufaktur prototype, merancang sistem kontrol instrumen, dan menguji alat di laboratorium FTI ITB guna memastikan kemurnian etilen yang dihasilkan,” ujar Ghani.
Selama proyek berlangsung, tim secara simultan mengerjakan pembuatan draft paten, manufaktur alat, serta persiapan uji coba. Setelah semua tahap tersebut terselesaikan, mereka menyiapkan presentasi dan poster ilmiah untuk dipamerkan pada GSIS 2025.
Proses ini berpuncak pada presentasi di hadapan juri dan exhibition, hingga akhirnya pengumuman pemenang di Aula Timur.
Keberhasilan dalam kompetisi ini tidak hanya bergantung pada penguasaan teknis, tetapi juga pada pemahaman mendalam terhadap hasil yang diharapkan serta kemampuan menghadirkan gagasan yang memiliki kebaruan (novelty) dan urgensi yang jelas.
Menurut tim, dengan mengembangkan portable bioetilen generator, mereka tidak hanya menciptakan solusi yang orisinal, tetapi juga menawarkan inovasi yang memberikan dampak nyata dalam industri kelapa sawit, mulai dari efisiensi proses pascapanen hingga pengurangan limbah tandan kosong.
Reporter: Indira Akmalia Hendri (Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021)