Dies Emas ITB: Eagle Awards, Dua-Duanya Tentang Pohon

Oleh alitdewanto

Editor alitdewanto

BANDUNG, itb.ac.id- Salah satu rangkaian acara Dies Emas ITB ialah Eagle Awards Coaching Clinic. Bekerjasama dengan MetroTV, acara ini mengambil tempat di Aula Timur ITB, pada Jumat (06/03/09). Acara ini terbilang spesial dengan pemutaran dua buah film rekomendasi juri tahun lalu. Dua film itu berjudul Pulau Bangka Menangis dan Prahara Tsunami Bertabur Bakau. Uniknya, semuanya mengambil objek mengenai pohon.
Film pertama, Pulau Bangka Menangis, mengisahkan tentang efek penambangan batu timah di pulau Bangka yang membuat hutan semakin gundul. Tokoh utama film ini bernama H. Yono Muchtar yang merupakan seorang pekebun pohon sengon, semacam tanaman tropis lokal. Tanaman ini dapat dimanfaatkan bijinya dan bandel, bisa ditanam di mana saja.

Pada mulanya, Muchtar sangat kesal dengan pengaruh tambang timah yang semakin merajalela. Dampak yang ditimbulkan sangat merugikan lingkungan sekitar. Pun, menurutnya usaha tambang seharusnya sudah lama ditinggalkan karena prospeknya sudah sangat minim dibarengi dengan resiko kerja yang semakin tinggi. Muchtar pun berinisiatif untuk kembali menghijaukan kembali pulaunya dengan menanam pohon sengon ini. "Kalau begitu siapa sih yang mau peduli dengan lingkungan kita sendiri, kalau tidak kita sendiri." ujarnya di akhir film yang digarap oleh Rudi Harlan dan Nursubah ini.

Film kedua, Prahara Tsunami Bertabur Bakau, juga bercerita tentang pohon. Bertempatkan di Pulau Flores, film ini mengisahkan kegigihan Baba Akong bersama istrinya untuk merintis dan mengembangkan pohon bakau di daerahnya untuk mencegah bencana-bencana alam di lokasi pantai. Keduanya sempat dianggap bodoh oleh para tetangga karena menanam pohon yang sangat tidak lazim. Kenapa tidak menanam pohon yang lebih berguna saja. Nenek moyang tidak pernah menanam bakau.

Namun kegigihan Baba Akong tak tergoyahkan demi melestarikan lingkungannya. Malah kini, mereka menuai hasilnya. Sebagai wujud apresiasi, dibentuk KPSA (Kelompok Perlindungan Sumberdaya Alam) di pulau tersebut. Namun kendala yang dialami ialah banyaknya penebang liar yang seenaknya saja menebang pohon yang sudah ditanam denga susah payah. " Kapan Indonesia bisa kembali hijau kalau kita menanam, tapi orang lain merusak." keluhnya.

Dua sosok diatas setidaknya dapat menyadarkan kita untuk terus gigih melestarikan lingkungan bagaimanapun caranya, lewat media apapun. Yang jelas, dari Bangka hingga Flores, dua-duanya bercerita tentang pohon.