Diskusi Terbuka Pemilu: "Pemimpin bukan Pemimpi"

Oleh niken

Editor niken

BANDUNG, itb.ac.id - Menyambut datangnya Pemilihan Umum Republik Indonesia (Pemilu RI) 8 Juli mendatang, Satgas Pemmilu RI dari Keluarga Mahasiswa ITB akan mengadakan beberapa kali diskusi terbuka yang bertujuan untuk mengajak mahasiswa berpartisipasi aktif dalam Pemilu RI. Diskusi terbuka pertama dilaksanakan pada hari Jumat(19/06/09), mengambil tema "Pemimpin bukan Pemimpi". Hadir sekitar 25 mahasiswa di ruang 32 Campus Center sayap Barat yang mengikuti diskusi terbuka ini.
Pemimpin sejati adalah mereka yang memahami betul realitas bangsa yang dihadapi. Ibarat sebuah seismograf, ia mencatat getaran-getaran aspirasi social, politik, dan ekonomi rakyatnya untuk kemudian dicarikan jalan keluar yang relevan. Sebaliknya, pemimpin yang hanya tau bermimpi dan bermental rendah, dia cenderung akan menentukan sendiri angka-angka yang harus dicatat pada seismograf sesuai keinginannya. Bila getaran-getaran bumi menyalahi dari angka-angka yang sudah ditentukan, bumi yang ada lantas ditinggalkan atau bila perlu dirusak seraya mencari bumi yang baru sesuai dengan mimpinya. Pemimpin-pemimpin seperti inilah yang lantas memenuhi kanca perpolitikan kita, dimana dengan mudahnya pemimpin yang bermental rendah ini ini hanya bisa memaksakan keinginan dan kemauannya pribadi.
Karena banyaknya orang yang tau bermimpi menjadi pemimpin di negeri ini, rakyat akhirnya bingung dan menjadi sulit dalam memilah dan memilih antara pemimpin sejati dengan tidak.

Setidaknya ada 5 kriteria ciri pemimpin sejati, yang pertama ia harus benar-benar teruji yang bisa dilihat dari sejarah hidupnya, minimal ia pernah sukses memimpin suatu komunitas masyarakat. Semakin besar komunitas yang sukses ia pimpin, maka semakin tinggi pula derajat keterujiannya sebagai pemimpin. Kedua, ia patut dijadikan teladan. Keteladanan disini bukanlah suatu kesempurnaan, karena jelas kesempurnaan hanya dimiliki yang diatas. Keteladanan yang dimaksud adalah minimal tidak pernah terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung tindakan criminal seperti pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), korupsi, manipulasi dan semacamnya. Ketiga, pemimpin yang sejati memiliki kewibawaan, dimana wibawa akan lahir dengan sendirinya dari seseorang yang memiliki kepribadian positif yang artinya moralitas merupakan aspek yang paling dominan dalam terbentuknya kewibawaan. Secara factual, kewibawaan seorang pemimpin bisa dilihat dari sejauh mana tindakan, perkataan, dan titah-titahnya diikuti orang. Seorang yang berteriak lantang tapi tidak diikuti orang menandakan kepalsuan kepemimpinannya. Barangkali ia hanya menjadi pemimpin yang hanya bermodalkan SK dan parahnya lagi SK itu sendiri dibuat olehnya. Keempat, pemimpin sejati adalah orang yang memiliki wawasan keilmuan yang memadai, yakni kualifikasi kemampuan setara dengan jenjang kepemimpinanya, meskipun tak harus diperoleh dari pendidikan formal. Bagi pemimpin nasional misalnya, tentunya mutlak diperlukan wawasan social politik baik secara nasional maupun internasional. Kelima, yang terakhir tetapi bukan akhir segalanya, pemimpin sejati adalah orang yang benar-benar mempunyai ideology dan prinsip yang benar-benar kuat dalam membawa suatu perubahan bagi bangsanya. Ini bisa kita lihat dari visi, misi dan program yang akan dia bawakan, dimana visi, misi dan program tersebut dapat terukur ketercapainya dan bukan itu saja pandangan-pandangan terhadap solusi dan alternative-alternatif dalam penyelasaian setiap permasalahan yang dihadapi bangsa ini.

Memang masih banyak kriteria yang harus dipenuhi oleh pemimpin sejati, namun setidaknya keempat criteria ini bisa membantu kita dalam menentukan sang pemimpin Indonesia kedepannya, minimal untuk 5 tahun mendatang. Sebagai mahasiswa bangsa Indonesia yang baik, mari kita sukseskan pemilu presiden dan wakil presiden RI 2009 dengan suatu pandangan dan pemikiran yang kritis demi kemajuan bangsa Indonesia kedepan.