Dosen ITB Lakukan Pemodelan Singkapan Fasies Karbonat Formasi Rajamandala di Padalarang
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Serial webinar Teknik Geologi ITB bertajuk “Geologi ITB “Menyapa” episode ke-15 kembali hadir dengan topik bahasan “Pemodelan Singkapan Fasies Karbonat Formasi Rajamandala di Padalarang.” Seperti apa hasil pemodelannya?
Webinar kali ini, Sabtu (1/5/2021) diisi oleh Dr. Dwiharso Nugroho yang merupakan dosen kelompok keahlian Geodinamika dan Sedimentologi, Teknik Geologi ITB.
Dr. Dwiharso Nugroho atau kerap dipanggil Nuki menyampaikan latar belakang membuat pemodelan tersebut saat melakukan kegiatan lapangan di Tuban, Jawa Timur tahun 2003 lalu. Dari hasil observasinya, Nuki bersama tim menemukan kesulitan ketika hendak mempresentasikan peta fasies.
“Hal tersebut terjadi karena apa yang terlihat di permukaan adalah kondisi yang telah mengalami deformasi tektonik. Sehingga geometri-geometri fasies yang seharusnya dapat mudah dibayangkan jika berdasarkan referensi, tetapi ketika lapangan justru sebaliknya karena tidak membentuk geometri yang mudah dikenali dan menimbulkan ketidakyakinan akan kemenerusannya,” ujarnya.
Namun, seiring berjalannya waktu mulai muncul aplikasi pemodelan data bawah permukaan yang ia gunakan untuk pemodelan atas permukaan dan Nuki mencoba untuk menjawab pertanyaannya itu melalui penelitiannya ini.
Mengenal Fasies
Fasies sendiri adalah karakteristik yang ditentukan oleh tampilan fisik dan kimia yang mewakili proses transportasi dan pengendapan sedimen. Dalam level yang lebih tinggi, ada juga yang dinamakan facies association, facies succession, dan architectural element. Akan tetapi, facies succession dan architectural element termasuk bagian dari facies association. Sehingga dalam pemodelannya, Nuki menggunakan konsep facies association karena memiliki boundary dan geometri yang jelas.
“Tujuan melakukan pemodelan adalah untuk mendapatkan gambaran penyebaran asosiasi fasies di area Rajamandala pada saat diendapkan sebagai salah satu dasar dalam menyusun analisis evolusi sedimentasinya,” jelasnya.
Nuki menyampaikan alasannya memilih metode pemodelan untuk mendistribusikan fasies. Pertama, jika melalui pemetaan menggunakan geospace, sedangkan distribusi fasies sulit disusun dalam geospace sehingga lewat pemodelan fasies, distribusi fasies dapat dilakukan melalui depospace.
Kedua, melalui pendekatan stratigrafi sikuen, penyebaran fasies dalam pemodelan dapat memenuhi kaidah “the facies concept”. Ketiga, data yang diambil dapat mewakili dirinya sendiri dan perilaku statistik serta spasial populasi data. Keempat, “Expert Judgement” dilakukan melalui pendekatan probabilitas untuk setiap kasus yang ditemui (diagenesis, terkekarkan, dll). Kelima adalah realisasinya yang banyak.
Berdasarkan hasil temuannya, Nuki menerangkan bahwa fasies karbonat di Rajamandala termasuk isolated carbonat platform yang merupakan jenis carbonat platform terisolasi dari daratan. Carbonat platform adalah suatu tubuh batuan dengan dominasi karbonat, tetapi dia berada di daerah yang memungkinkan terbentuk carbonat factory. Platform Top di Rajamandala juga bersifat grainy dan kaya miliolid.
Di akhir penyampaiannya, Nuki menjelaskan peranan pemodelan singkapan fasies karbonat di Rajamandala. Pemodelan ini dapat digunakan sebagai referensi karena variansinya yang tepat serupa dengan apa yang terlihat di bawah permukaan sehingga dapat memastikan litologi dari seismic fasies. Selain itu, dapat digunakan sebagai analisis elektrofasies.
Reporter: Pravito Septadenova Dwi Ananta (Teknik Geologi, 2019)