Tim Dosen Biokimia dan Rekayasa Biomolekul FMIPA ITB Kembangkan Phototank Mikroalga 4-in-1 untuk Alternatif Penyerapan Karbon Dioksida di Lahan Terbatas
Oleh Iko Sutrisko Prakasa Lay - Mahasiswa Matematika, 2021
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id – Sivitas Akademika Institut Teknologi Bandung (ITB) terus berkomitmen dalam menghadapi berbagai tantangan global melalui inovasi berkelanjutan. Tim dosen ITB dari Kelompok Keilmuan (KK) Biokimia dan Rekayasa Biomolekul, FMIPA ITB, bersama mitra industri PT Inovasi Hijau Indonesia (Greenlabs), telah mengembangkan phototank mikroalga 4-in-1 dengan merk “G-Algae”. Produk ini dirancang dengan empat fungsi, yaitu untuk membantu mengurangi emisi karbon dioksida (CO2), menghasilkan oksigen (O2) dan biomassa melalui proses fotosintesis, memonitor kualitas udara, sekaligus menjadi elemen estetika interior.
Tim dosen tersebut terdiri atas Rindia Maharani Putri, Ph.D., Prof. Dr. Zeily Nurachman, Alfredo Kono, Ph.D., Yanti Rachmayanti, Ph.D., dan Dr.Eng. Sari Dewi Kurniasih Indrawan (alm.). Proyek ini juga merupakan bagian dari Program Dana Padanan (PDP) atau Matching Fund Kedaireka tahun 2024 dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) Republik Indonesia, yang mendukung inovasi berbasis industri dan komersialisasi.
Selain itu, penelitian ini mendapatkan dukungan penuh ITB melalui berbagai unitnya, termasuk Program Studi Kimia ITB, FMIPA ITB, Direktorat Kawasan Sains dan Teknologi (DKST) ITB melalui pengelolaan Program Dana Padanan 2024, Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) ITB melalui Program Riset ITB 2024, serta Direktorat Penerapan Ilmu dan Teknologi Multidisiplin (DPITM) ITB. Saat ini, produk G-Algae telah diinstalasi di lobi dan Ruang Pameran DPITM di Gedung CRiMSE (ex-PAU) ITB.
Proyek ini bertujuan menciptakan alternatif penyerapan karbon dioksida (CO2) melalui mikroalga. Mikroalga dikenal sebagai organisme fotosintetik yang mampu menyerap karbon dioksida dengan efisiensi yang cukup tinggi. Mikroalga sendiri telah dikenal memiliki mekanisme bernama carbon concentrating mechanism (CCM) yang lebih efisien dalam mengonsentrasikan karbon dioksida dibandingkan tanaman darat.
“Satu unit fototank mikroalga berkapasitas 200 liter diperkirakan mampu menyerap karbon setara dengan enam pohon tingkat tinggi,” ujar Rindia, Ph.D.
Pengembangan G-Algae berawal dari penelitian mikroalga yang telah berlangsung hampir dua dekade di ITB, dipelopori oleh Prof. Dr. Zeily Nurachman, pakar biokimia mikroalga ITB. Tim kemudian mengarahkan penelitian ke arah aplikasi produk komersial, dengan fokus utama pada penyerapan karbon di lahan terbatas, seperti kawasan industri, sekaligus menghasilkan oksigen dan memonitor kualitas udara. G-Algae digunakan sebagai solusi untuk menyerap emisi karbon di tengah keterbatasan ruang untuk penanaman pohon. Saat ini, unit G-Algae berbentuk reaktor tubular telah diinstalasi di kawasan industri PT Zeus Kimiatama Indonesia (Zekindo) di Cikarang.
Keunikan G-Algae tidak hanya terletak pada fungsinya sebagai penyerap karbon dioksida dan produsen oksigen, tetapi juga pada desainnya. Tim Dosen Biokimia dan Rekayasa Biomolekul ini berkolaborasi dengan dosen dari KK Manusia dan Ruang Interior FSRD ITB, Mutiara Ayu Larasati, M.Ds., yang berhasil menciptakan phototank yang tidak hanya fungsional dalam konteks pengendalian kualitas udara dalam ruangan, tetapi juga memiliki nilai estetika bagi ruang. Produk ini didesain untuk dapat digunakan sebagai elemen interior, seperti partisi ruangan, lemari, atau rak dengan tambahan fitur-fitur modern seperti layar informasi kualitas udara di ruangan dan kaca transparan.
G-Algae juga dilengkapi sensor untuk memantau kualitas udara. Sensor ini dapat membaca kadar CO2 yang diserap dan O2 yang dihasilkan mikroalga. Meskipun teknologi ini masih dalam tahap pengembangan, tim dosen berharap dapat terus mengoptimalkan sensor tersebut di masa depan, dengan melibatkan kolaborasi dari disiplin ilmu dari program studi lain di ITB. Selain itu, biomassa yang dihasilkan dari mikroalga ini juga memiliki potensi besar untuk diolah menjadi produk turunan, seperti biofuel, pigmen klorofil, dan biomaterial, yang mendukung konsep ekonomi sirkular.
Tantangan utama dalam pengembangan G-Algae adalah optimasi pertumbuhan mikroalga di lingkungan buatan. Mikroalga memerlukan media khusus, pencahayaan yang memadai, serta aerasi untuk menjaga sirkulasi udara. Tim berhasil menciptakan sistem yang memungkinkan mikroalga tumbuh selama dua bulan lebih tanpa degradasi signifikan dalam pertumbuhan sel dan penyerapan karbon dioksida. Setelahnya, media dapat diperbarui dengan biaya yang relatif rendah, sekaligus memanfaatkan biomassa untuk produk komersial.
G-Algae menunjukkan bahwa inovasi berbasis riset dapat memberikan solusi konkret untuk masalah global, seperti perubahan iklim, sekaligus mendukung penciptaan produk yang memiliki nilai komersial. Rencana selanjutnya, tim peneliti berencana memperluas kolaborasi, memperkuat teknologi sensor, serta mengembangkan aplikasi baru untuk mikroalga, sehingga G-Algae dapat menjadi solusi yang lebih luas dan efektif dalam upaya pengurangan emisi karbon.
Reporter: Iko Sutrisko Prakasa Lay (Matematika, 2021)