Dosen SITH ITB Teliti Kognisi Guru di Masa Pandemi
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id--Kelompok Keahlian Fisiologi, Perkembangan Hewan dan Sains Biomedik (FPHSB), Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB bekerja sama dengan KK Instrumentasi dan Kontrol, Program Studi Teknik Fisika ITB baru-baru ini meneliti profil kognisi otak terkait performanya.
Program pengabdian masyarakat tersebut dilakukan melalui uji memori pendek sebanyak dua kali dengan jarak waktu per pengukuran adalah satu minggu dengan menggunakan Muse Electroencephalography (EEG). Responden berprofesi sebagai guru di sekolah percontohan SMP Negeri 1 Cimahi dan berjumlah 13 orang.
Uji kemampuan kognisi ini dilakukan oleh Dr. Lulu Lusianti Fitri, M.Sc., (KK Fisiologi Perkembangan Hewan dan Sains Biomedika, SITH ITB) Shanty Rahayu Kusumawardani, S.Pd., M.Si., (KK Fisiologi Perkembangan Hewan dan Sains Biomedika, SITH ITB) dan Claudia Natasha May Shary, S.Si (Sarjana di bidang Biologi, SITH ITB).
Muse EEG adalah salah satu teknologi terbaru dari bidang neurosains yang berkaitan dengan otak. Perangkat ini dapat menggambarkan dinamika gelombang otak yang dikategorikan berdasarkan frekuensinya. Dua jenis gelombang yang paling umum ditemukan adalah gelombang alfa (7,5-13 Hz) dan beta (13-30 Hz). Gelombang alfa biasanya ditemukan pada kondisi tenang dan rileks, sedangkan gelombang beta menunjukkan keadaan otak saat beraktivitas kognitif, seperti penggunaan logika, berpikir analitis, dan mempelajari hal baru.
Uji memori pendek pada analisis ini menggunakan metode yang dimodifikasi dari California Verbal Learning Test (CVLT). Pada pengukuran pertama, responden diberikan enam soal kombinasi 2 hingga 12 huruf acak dengan waktu kemunculan yang berbeda. Pengukuran kedua dilakukan seminggu setelahnya dengan mengubah satu atau dua huruf dengan angka dari soal pengukuran pertama. Pada proses pengukuran ini, gelombang otak beta yang ditangkap Muse EEG dibaca pada gawai melalui program Mind Monitor kemudian dianalis.
Hasil analisis menunjukkan penurunan memori jangka pendek sejalan dengan perubahan hari. Hal ini terkait dengan kemampuan otak menerima informasi baru dan berulang. Semakin sering informasi diulang maka akan tersimpan pada memori jangka panjang. Hal ini dapat dianalogikan bahwa kemampuan kognisi guru dan murid diduga akan mengalami penurunan jika materi tidak diulang segera seusai kelas secara school from home (SFH) berakhir.
Selain itu, diperoleh bahwa gelombang beta guru wanita lebih tinggi daripada guru pria pada pengukuran pertama dan menunjukkan hasil yang mirip dengan guru pria di pengukuran kedua. Ini berkaitan dengan jaringan saraf otak wanita yang memiliki hubungan anatarbelahan otak (hemisphere) yang lebih kuat daripada pria sehingga dapat dengan baik menggabungkan pemikiran analitik dan logis dari otak kiri dengan pengolahan informasi spasial dan imuisi.
Program pengabdian masyarakat ini telah dipublikasikan di Media Indonesia rubrik Rekacipta ITB tanggal 22 Juni 2021. Artikel selengkapnya dapat dilihat melalui tautan https://pengabdian.lppm.itb.ac.id/information/menakar_kognisi_guru_di_masa_pandemi
Reporter: Amalia Wahyu Utami (TPB, FTI 2021)