Dr. Yuli Setyo Indartono Sampaikan Potensi Teknologi Bersih Batu Bara dalam Mengurasi Emisi Karbon

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id—Kepala Pusat Penelitian Energi Baru Terbarukan ITB, Dr. Yuli Setyo Indartono menyampaikan optimisme Indonesia dalam pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT). Hal tersebut disebabkan, Indonesia memiliki potensi EBT yang melimpah.

Selain penggunaan tenaga surya, air, dan renewable energy lainnya, ia mengungkapkan potensi teknologi bersih batu bara untuk mengurangi emisi karbon dengan sangat signifikan.

“Kita tidak perlu meninggalkan batu bara sepenuhnya tanpa inovasi,” ujar Dr. Yuli dalam wawancara bersama Bedah Editorial Media Indonesia, Jumat 28 Oktober 2022. Teknologi clean coal yang Dr. Yuli maksud adalah penghilangan flue gas dan penerapan gasifikasi.

Ia juga menjelaskan bahwa saat hendak menghitung keekonomian sumber energi, karbon yang diemisikan masih acap kali dilupakan. Padahal, renewable energy akan mengurangi keluaran karbon dioksida, bahkan hingga mencapai karbon netral. Potensi ini, apabila dapat dikelola secara bijak, dapat menjadi jawaban bagi permasalahan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak yang terus terjadi di setiap periode pemerintahan.

Saat ditanya tentang faktor yang menghambat penerapan EBT di Indonesia, Dr. Yuli mengajak untuk melihat angka rata-rata penggunaan energi fosil global yang masih berada di kisaran 83%. Menurutnya, hal ini terjadi karena teknologi batu bara, minyak bumi, dan gas alam telah lama ada sehingga teknologinya sudah matang dengan biaya yang rendah.

“Sementara untuk EBT, karena masih baru, membutuhkan investasi yang tinggi dan pengembangan-pengembangan teknologi,” lanjutnya. Oleh karena itu, perlu dukungan khusus dan insentif pemerintah untuk mendukung penggunaannya pada skala yang masif.

Untuk menutup sesi wawancara, Dr. Yuli menyampaikan harapannya terhadap agenda transisi energi di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-17 G20 di Bali, 15-16 November 2020. “Semoga para kepala negara dapat mencapai sepakat untuk meningkatkan penggunaan EBT pada program masing-masing negara,” pungkasnya.

Reporter: Sekar Dianwidi Bisowarno (Rekayasa Hayati, 2019)