Dukung Penuhi Kebutuhan APD, ITB Produksi Face Shield dengan Teknologi 3D Printer

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

*Prototipe face shield yang dibuat oleh Ir. Adi Indrayatno, M.Sc, Ph.D. (Foto: Dok. Pribadi)

BANDUNG, itb.ac.id – Sejak COVID-19 ditetapkan sebagai pandemi, hal tersebut menjadi tuntutan tersendiri bagi para tenaga medis dalam menangani jumlah pasien yang postif, Orang Dalam Pengawasan (ODP), dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Dalam menangani pasien-pasien tersebut, tenaga medis perlu melindungi diri masing-masing sedemikian rupa agar penularan melalui kontak erat dan droplet dapat dihindari.

Oleh karena itu, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang tepat menjadi salah satu tindakan yang esensial dalam pencegahan dan pengendalian potensi terpapar virus. Hal ini pun diperkuat oleh fenomena banyaknya tenaga medis yang gugur karena ketidaktersediaan APD yang memadai saat menangani pasien COVID-19.

APD sendiri merupakan perangkat alat yang dirancang sebagai penghalang terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair, atau udara untuk melindungi pemakainya dari cedera atau penyebaran infeksi/penyakit. Berdasarkan dokumen Petunjuk Teknis Alat Pelindung Diri (APD) dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yang diterbitkan pada 8 April 2020 lalu, jenis APD yang direkomendasikan untuk disediakan dalam penanganan COVID-19 adalah masker bedah, masker N95, pelindung wajah (face shield), pelindung mata (googles), gaun (gown), celemek (apron), sarung tangan, pelindung kepala, dan sepatu pelindung. Dari seluruh jenis APD ini, ada yang berupa produk sekali pakai (disposable) dan tidak sekali pakai (non-disposable).

Kebutuhan akan APD yang melonjak dengan drastis pun membuat adanya kelangkaan akibat pasokan yang terhambat. Salah satu dosen di Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB, Ir. Adi Indrayatno, M.Sc, Ph.D., memberikan sebuah ilustrasi mengenai lonjakan ini. Jika terdapat 1,2 juta tenaga medis di Indonesia yang membutuhkan APD sekali pakai setiap harinya, maka dalam satu bulan akan ada kebutuhan APD sebanyak 36 juta. Melihat fenomena ini, Adi pun memunculkan sebuah solusi untuk memproduksi face shield yang akan langsung didistribusikan kepada seluruh tenaga medis yang membutuhkan, baik di rumah sakit, Puskesmas, atau fasilitas kesehatan lainnya.

Bermula dari dua buah 3D Printer yang tersedia, ia bersama tim mulai membuat face shield dengan melakukan modifikasi dari rancangan open source yang dipublikasikan oleh PRUSA. Dengan panjang diameter kepala 17,5 cm dan dilengkapi oleh kait karet pengikat kepala, shield dibuat dengan lembaran mika 0,4 mm yang dipotong dan dilubangi. Namun, kemampuan 3D Printer dalam memproduksi produk secara kontinu pun cukup terbatas, sehingga diperlukan adanya penambahan unit. Hingga saat ini, terdapat 6 buah 3D Printer yang memproduksi 60 – 80 buah produk setiap harinya, dengan total lebih dari 1600 face shield yang telah didistribusikan. 

Seiring meningkatnya jumlah pasien COVID-19 dan meluasnya daerah penyebaran, permintaan akan face shield terus bertambah hingga mencapai 9.419 unit. Oleh karena itu, Adi pun melakukan inovasi lain dengan membuat molding yang berupa cetakan plastik dalam produksi face shield. “Dengan adanya molding ini, produksi face shield dapat ditingkatkan menjadi sebanyak 500 – 1.000 unit setiap harinya,” ujarnya saat dihubungi oleh reporter Humas ITB belum lama ini. Ia pun memaparkan bahwa molding yang telah dipersiapkan semenjak tiga minggu yang lalu dan sudah siap untuk digunakan.

Melalui pendanaan dari LPPM ITB, dalam melakukan produksi dan distribusi face shield, terdapat beberapa pihak yang terlibat, seperti staf, peneliti, bahkan dari alumni ITB. “EITITUers” yang merupakan sebutan untuk ITB angkatan 1982 pun menjadi garda terdepan dalam gerakan ini melalui “Yayasan Alumni ITB 82”. Tidak hanya penggalangan dana yang terus menerus dilaksanakan secara konstan, namun pendistribusian face shield pun dilakukan secara langsung. Fasilitas kesehatan yang membutuhkan APD dapat secara mandiri mengajukan permohonan bantuan melalui situs www.eititupeduli.com.

Di tengah pandemi ini, Ir. Adi bersama timnya terus mengupayakan berbagai cara agar kebutuhan APD dapat tersalurkan di seluruh Indonesia dalam waktu yang seefisien mungkin. Dengan adanya molding yang telah dibuat, Ia berharap produksi face shield dapat dilakukan lebih massal sehingga tenaga medis pun dapat terlindungi dari penularan COVID-19.

Reporter: Sabrina Farah Salsabilla (Teknik Lingkungan, 2016)