EAGE Student Lecture Tour Kupas Pengembangan Reservoir Berdasarkan Retakan Granite

Oleh Mega Liani Putri

Editor Mega Liani Putri

BANDUNG, itb.ac.id - Kegiatan penambangan migas tidak pernah lepas dari aktivitas eksplorasi reservoir. Fractured Granite Basement Reservoir atau yang kerap disebut dengan reservoir berdasar granit dengan retakan, merupakan salah satu sumber migas yang menjanjikan. Poin inilah yang dibawakan oleh Dr. Pham Huy Giao pada seminar EAGE Student Lecture Tour pada hari Jumat siang (10/04/15) di Ruang Audio Visual, Perpustakaan Pusat ITB lantai 4. Di Bandung, kuliah ini difasilitasi oleh Society Exploration of Geophysicist Student Chapter ITB (SEG SC ITB). Selain itu, kegiatan ini merupakan rangkaian dari Student Lecture Tour (SLT) yang diselenggarakan oleh European Association of Geoscientists and Engineers (EAGE). Sebelumnya, rangkaian kuliah ini telah dilaksanakan di Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Myanmar.

Terbagi menjadi dua buah sesi, kuliah ini diselenggarakan pada pukul 14.00 s.d. 17.00 WIB dan dihadiri oleh mahasiswa-mahasiswa berbagai jurusan dari ITB maupun universitas lain, terutama jurusan Teknik Geofisika dan Teknik Geologi. Kuliah diawali dengan penjelasan kemiripan dan perbedaan antara fractured reservoir dengan clastic reservoir. Menurut Dr. P.H. Giao, kemiripan antara kedua jenis reservoir ini adalah penyusunnya, yaitu pori, cairan pori, dan matriks padatan. Sedangkan, perbedaan antara keduanya terletak pada tipe jaringan pori.

Berikutnya, Associate Professor di Asian Institute of Technology ini menjelaskan tentang pembentukan granit, peretakan granit, dan reaksinya terhadap cuaca. Layaknya air, batuan juga memiliki siklus, yang disebut Rock Cycle. Batuan mulai terbentuk ketika ada cuaca, yang memicu terjadinya erosi. Erosi yang terjadi berlanjut pada deposisi (pengendapan dan penimbunan) serta pelelehan akibat panas bumi, dan akhirnya batuan menjadi sebuah lapisan batuan baru. Selanjutnya, Dr. Giao memberikan contoh gambar-gambar outcrop (batuan yang muncul di permukaan bumi) dari fractured granite basement, peta distribusi reservoir dengan retakan alami di bumi, dan contoh penambangan minyak dan batuannya di dasar Cuu Long, Vietnam, yang sekarang menyuplai 95% produksi hidrokarbon negara tersebut.
Sesi dua dimulai tepat pukul 15:30 WIB dengan bahasan yang lebih komprehensif . Dibuka dengan penerangan mengenai Petrofisika (Fisika Batuan), Dr. Giao menekankan pada tiga parameter penting sebuah reservoir yang ditentukan pada Petrofisika, yaitu porositas, permeabilitas, dan kejenuhan air maupun hidrokarbon. Beliau juga menerangkan akan pentingnya permodelan Petrofisika dalam membuat simulasi reservoir yang menyeluruh dan dapat lebih mudah dianalisis. Menurut Dr. Giao, dalam permodelan Petrofisika untuk clastic reservoir dan FGB reservoir  terdapat sebuah perbedaan mendasar, yaitu karakterisasi dari sistem porinya. Oleh karena itu, penentuan nilai ketiga parameter di atas akan menjadi lebih kompleks.

Dibantu dengan hukum Archie, beliau memaparkan bahwa ketiga parameter tersebut dapat diketahui secara tak langsung dengan menghitung resistivitas lapisan-lapisan reservoir. Selain itu, beliau juga menjelaskan beberapa kasus, seperti tekanan bumi, resistivitas rendah, deteksi arah retakan, aplikasi perangkat lunak (ANN) dalam analisis log, sistem porositas, dan sifat-sifat aliran fluida dalam FGB. "Saya berharap saya dapat memberikan beberapa hal istimewa tentang reservoir kepada anda di Indonesia", ujarnya sebelum menyudahi presentasi.

 


Oleh:

Abdiel Jeremi dan Cintya Nursyifa Juwita Sari

ITB Journalist Apprentice 2015