Ecowarrior ITB Sukses Terapkan Ekonomi Sirkular Di Ibu Kota Nusantara, Ubah Sampah Jadi Sumber Daya Bernilai
Oleh Raihan Zhafar - Mahasiswa Rekayasa Infrastruktur Lingkungan, 2021
Editor M. Naufal Hafizh
Tim Ecowarrior foto bersama dengan masyarakat Desa Bukit Raya dalam acara serah terima, Kabupaten Penajam Paser Utara, Selasa (24/9/2024). (Tim Dokumentasi Ecowarrior)
SEPAKU, itb.ac.id - Kelompok mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang tergabung dalam Tim Ecowarrior, Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat ITB, melakukan pengabdian masyarakat dalam membantu pengelolaan sampah rumah tangga dengan konsep ekonomi sirkular. Pengabdian masyarakat ini dilakukan selama satu bulan pelaksanaan dari tanggal 24 Agustus hingga 24 September 2024, di Desa Bukit Raya, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur.
Aksi Tim Ecowarrior dengan ketua koordinator Dr. Ir. I Made Wahyu Widyarsana, S.T., M.T. merupakan salah satu bentuk kerja sama ITB dengan Otorita Ibu Kota Nusantara dalam pemberdayaan masyarakat yang bergerak di bidang persampahan. Aksi tim ini telah dilaksanakan dari tahun lalu dan dilanjutkan lagi di tahun ini. Pada kegiatan ini, tema yang dibawakan ialah "Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dengan Konsep Ekonomi Sirkular di Tingkat Sumber".
Aksi ini dilatarbelakangi oleh belum adanya fasilitas dan pelayanan pengelolaan sampah rumah tangga untuk masyarakat yang tinggal di kawasan Ibu Kota Nusantara. Dengan begitu, Tim Ecowarrior membantu pengadaan sistem pengelolaan sampah dengan mengubah persepsi dan kebiasaan masyarakat dalam mengelola sampahnya sendiri.
“Pertama kita lakukan peningkatan kebiasaan masyarakat dalam memilah sampah sosialisasi pengolahan sampah berkonsep ekonomi sirkular. Kedua kegiatan bertujuan untuk mengubah persepsi masyarakat bahwa sampah masih memiliki nilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan serta membiasakan masyarakat memilah sampah yang dapat mempermudah proses pengolahan dan pemanfaatan sampah,” ujar Ketua Lapangan Ecowarrior, Faqih Mustafiq, Mahasiswa Rekayasa Infrastruktur Lingkungan (RIL).
“Program lainnya yaitu teknologi atau metode pengolahan dan pemanfaatan sampahnya. Berdasarkan hasil sampling sampah pada tahun lalu, didapatkan jenis sampah yang paling banyak yaitu sampah anorganik seperti botol plastik, kaleng, dan plastik pembungkus. Metode pengolahannya dengan dipilah dan dikirimkan ke Bank Sampah yang selanjutnya akan dikirim ke perusahaan yang dapat mengolah jenis sampah tersebut. Bank Sampah ini juga sudah bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Setempat,” katanya.
Selain pengolahan sampah anorganik, tim Ecowarrior menyumbangkan solusi pengolahan sampah sisa makanan dengan teknik pengomposan “tabung tanam pupuk” (Tampuk) dan black soldier fly (BSF).
Tim Ecowarrior melakukan monitoring ke beberapa titik Tampuk, Kabupaten Penajam Paser Utara, Senin (23/9/2024). (Tim Dokumentasi Ecowarrior)
“Teknologi pengolahan sampah organik yang pertama yaitu Tampuk, yaitu tabung berbahan pipa sepanjang kurang lebih 1 meter yang setengahnya ditanam dan diberi sirkulasi air di bagian bawah. Tabung ini diperuntukkan untuk membuang sampah dapur yang akan terdekomposisi secara alami menjadi pupuk di dalam Tampuk tersebut dan dapat langsung diserap oleh tanah,” ujar Fardyanto Septian Rahman, mahasiswa RIL, salah seorang anggota Ecowarrior.
“Teknologi pengolahan sampah organik kedua yaitu BSF skala rumah tangga. Teknologi ini dipilih karena dinilai sangat banyak potensi pemanfaatannya dari larvanya yang dapat digunakan sebagai pakan ternak, residu bekas maggot (kasgot) dapat dijadikan pupuk, dan degradasinya lebih cepat dibandingkan dengan pupuk,” katanya.
Tim Ecowarrior melakukan sosialisasi BSF, di Kabupaten Penajam Paser Utara, Minggu (1/9/2024). (Tim Dokumentasi Ecowarrior)
Faqih Mustafiq menyebut tingkat keberhasilan program ini 100%. Total tingkat pencapaian Ecowarrior pada pengabdian masyarakat di Desa Bukit Raya ini yaitu telah membuat pengolahan sampah dapur rumah tangga di 8 rukun tetangga (RT), dengan total 3 titik BSF dan 25 titik Tampuk. Hal ini didukung oleh warga Desa Bukit Raya yang antusias mengikuti program sehingga terdapat penambahan titik dari target yang telah ditentukan sebelumnya. Salah satunya Bapak Suhar, seorang warga RT 06 yang telah berhasil melakukan pengolahan sampah dengan BSF dan memanfaatkan hasilnya untuk pakan ayam yang dimilikinya. Menurutnya, pengolahan BSF ini sangat bermanfaat baginya yang dapat menggantikan pakan ayamnya sehingga tidak perlu beli pakan ayam di pasaran.
Ecowarrior juga melakukan pemantauan rutin terhadap beberapa program yang telah dilaksanakan untuk mengevaluasi dan meningkatkan keberhasilan program tersebut. Salah satunya pemantauan dalam kegiatan pemilahan sampah oleh masyarakat. Hasilnya menunjukkan masih banyak yang melakukan pemilahan sampah. Untuk program BSF, terdapat satu pengguna yang telah berhasil memanfaatkan hasil pengolahan BSF menjadi pakan ternak dan pupuk.
Muhammad Azhar Lathif, salah seorang anggota tim, menjelaskan selain pemantauan dilakukan juga sistem insentif atau apresiasi untuk masyarakat yang konsisten memilah sampah dan berhasil mengolah sampahnya secara mandiri serta memanfaatkan hasil pengolahan sampahnya. Apresiasi ini diberikan saat di penghujung kegiatan Ecowarrior di Desa Bukit Raya.
Faqih Mustafiq berharap program ini dapat berkelanjutan dan dimanfaatkan semaksimal mungkin. "Kita pun juga membuat kontrak dengan seseorang di sana untuk me-monitoring keberlanjutan program ini. Semoga masyarakat di sana dapat mencontoh dan meniru masyarakat lainnya yang sudah dapat mengaplikasikan pemilahan sampah dan pengolahan sampah secara mandiri,” ujarnya.
Reporter: Raihan Zhafar (Rekayasa Infrastruktur Lingkungan, 2021)