Eksplorasi Budaya Kreatif untuk Konstruksi Arsitektur Ruang Publik
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id— Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB dan Design Lab Ethnography Lab FSRD ITB bekerja sama untuk mengadakan webinar Karsa Loka Vol. 22 bertajuk “Eksplorasi Budaya Kreatif untuk Konstruksi Arsitektur Ruang Publik (Kasus: Budaya Tanah Liat di Jatiwangi dan Sokka)”.
Webinar ini mengundang narasumber Dr. Agus S. Ekomadyo, S.T., M.T., (Kelompok Keahlian Perancangan Arsitektur, SAPPK ITB) dan dimoderatori oleh Dwihatmojo Danurdoro, S.Ds., M.T., (Kelompok Keahlian Manusia dan Ruang Interior, FSRD ITB) pada Jumat (21/10/2022) secara daring melalui platform Zoom dan Youtube.
Meski istilah budaya kreatif di kancah internasional mulai ditinggalkan, namun, kenyataannya di tingkat lokal gerakan-gerakan budaya kreatif masih berjalan seperti Rahmat Jabaril dengan Kampung Kreatifnya di Bandung dan Arief Yudi Rahman dengan Jatiwangi Art Factory.
Dari situ, Dr. Agus mencoba melihat budaya bukan dari perspektif antropologi konvensional, akan tetapi ia mengkaji menggunakan kajian budaya, yaitu melihat sudut pandang budaya dari relasi kuasa.
Dalam menjelaskan apa itu budaya kreatif, Dr. Agus menggunakan pemikiran Pierre Bourdieu dalam karya ilmiahnya “The Forms of Capital” yang menyatakan bahwa selain kapital-ekonomi, ada modal lain yaitu modal budaya dan modal sosial.
Modal sosial menurutnya didapatkan jika kita bergabung dengan kelompok tertentu, sementara modal budaya terdapat pada diri kita atau akumulasi dari pengetahuan, kemampuan, tata krama, dan mandat.
“Karena harus meneliti, maka saya membuat suatu definisi budaya kreatif sebagai budaya kapital yang mengkonstruksikan dan terkonstruksi oleh kelompok sosial yang dapat menghasilkan atau memungkinkan hal yang baru dan berbeda dalam suatu perilaku, ide, maupun produk,” ujarnya.
Masa depan budaya kreatif ada pada inovasi. Menurut Dr. Agus, inovasi masih berlanjut sementara diskursus kelas dan kota kreatif semakin ditinggalkan karena inovasi itu ada kaitannya dengan sains, dan untuk mencapai sains itu tidaklah mudah. Sehingga menguasai suatu hal yang tak mudah itulah membuat kita tidak tergantikan oleh orang lain dalam dunia sosial. Di situlah inovasi karena ada penguasaan terhadap kemampuan teknis terhadap sains dia masih berlanjut, tidak sekadar kreatif semata. Lalu, nantinya budaya kreatif yang sudah ada akan memberikan warna sosial dan kemanusiaan pada diskursus inovasi.
Salah satu batu loncatan dari pemikiran Dr. Agus adalah Pasar Purnama Imah Noong. Pasar ini dilaksanakan bersamaan dengan acara astronomi dan tabligh akbar untuk menarik pengunjung. Para warga dari luar Imah Noong berbondong-bondong datang, bercampur, ada yang menikmati bulan, namun ada pula yang ikut tabligh akbar, sehingga warga daerah itu mendapatkan dampak ekonomi positif karena acara tersebut.
“Di luar dugaan ternyata kedua bidang berbeda; sains dan ekonomi, diselesaikan dengan budaya yang tidak pernah tereksplorasi dari inisiator, budaya pesantren. Akhirnya antara santri dan sains itu menemukan titik temu dan langsung membangun jejaring yang luas,” jelasnya.
Selain itu, pada daerah Jatiwangi, menurut Dr. Agus pada saat itu JAF (Jatiwangi Art Factory) baru memiliki modal sosial dan budaya, namun belum dari segi modal ekonomi. Dr. Agus dan timnya lalu melakukan pengabdian masyarakat dengan membuat space design.
Untuk ke depannya ada dua yang akan Dr. Agus lakukan, yang pertama dengan menjadikan pengalaman praktis agar dapat terstruktur, dan yang kedua adalah bagaimana ini menjadi aplikatif karena harus diajarkan ke mahasiswa.
Dr. Agus S. Ekomadyo merupakan salah satu anggota dari Kelompok Keahlian Perancangan Arsitektur, SAPPK ITB. Beliau menempuh pendidikan S3 pada Bidang Ilmu Arsitektur di Institut Teknologi Bandung. Pada tahun 2015 hingga 2018, Dr. Agus menjabat sebagai Wakil Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Jawa Barat.
Saat ini, beliau menjabat sebagai Inisiator Pendirian, Ikatan Mahasiswa Magister Arsitektur, Rancang Kota, dan Arsitektur Lanskap (IMA-Marka) ITB. Selain itu, pada tahun 2020, Dr. Agus mempublikasikan karya ilmiahnya yang berjudul “Design in Socio-technical Perspective . An Actor-Network Theory Reflection on Community Project ‘Kampung Kreatif’ in Bandung, Archive of Design Research, Volume 33 Issue 2. Page: 19-37.”
Reporter: Inas Annisa Aulia (Seni Rupa, 2020)