Gandeng Perusahaan Asal Jepang, ITB Luncurkan Inisiatif ADAPTMENT Lab untuk Pembangunan yang Adaptif
Oleh M. Naufal Hafizh
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id — Institut Teknologi Bandung (ITB) bekerja sama dengan NOSIGNER meluncurkan ITB ADAPTMENT Lab sebagai bagian dari ADAPTMENT.org (https://adaptment.org/). Peluncuran tersebut ditandai dengan pelaksanaan seminar daring yang juga dihadiri oleh CEO NOSIGNER, Eisuke Tachikawa, beserta para dekan sekolah/fakultas kolaborator, Kamis (29/2/2024).
NOSIGNER merupakan perusahaan asal Jepang yang bergerak di bidang desain strategis dengan mendukung terciptanya ide kreatif dan evolutif di berbagai sektor. Kolaborasi NOSIGNER dengan ITB dalam proyek ADAPTMENT Lab dilakukan dengan menggandeng empat fakultas/sekolah berbeda yaitu Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH), Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD), dan Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK). Tujuan dari proyek ini adalah mendukung pengembangan ide dan teknologi terkait adaptasi perubahan iklim menuju pembangunan berkelanjutan.
Acara dibuka dengan sambutan dari Wakil Rektor Bidang Keuangan, Perencanaan, dan Pengembangan, Prof. Ir. Muhamad Abduh, M.T., Ph.D. Beliau menuturkan bahwa saat ini manusia tengah menghadapi berbagai persoalan yang belum pernah terjadi sebelumnya (unprecedented). Hal ini mendorong adanya kebutuhan terhadap solusi kreatif dan adaptif yang mampu menjawab berbagai persoalan tersebut. Maka dari itu, hadirnya ITB ADAPTMENT Lab diharapkan mampu memelihara cara berpikir adaptif serta melahirkan metode dan solusi baru melalui inisiatif multidisiplin.
“Lab ini merupakan inisiatif dari empat fakultas ITB bersama NOSIGNER dan beberapa stakeholder di Indonesia dan juga Jepang. Tujuannya untuk membangun kembali paradigma pembangunan di masa sekarang dan masa depan,” ujar Prof. Abduh.
Setelah itu, sesi pemaparan pertama dimulai dari CEO NOSIGNER, Eisuke Tachikawa. Beliau menyebut bahwa pembawaan konsep ADAPTMENT adalah kombinasi antara “adaptation” dan “development”. Secara umum, ADAPTMENT merupakan konsep desain baru yang mengevaluasi paradigma pembangunan konvensional agar lebih adaptif terhadap perubahan global. Oleh karena itu, ITB ADAPTMENT Lab dirancang untuk menawarkan solusi holistik terkait adaptasi perubahan iklim. Untuk tahun 2024 ini, tim ADAPTMENT Lab menargetkan kegiatan yang berfokus pada dua wilayah di Indonesia, yaitu Labuan Bajo dan Kota Bandung.
“Dalam satu tahun terakhir, kami memiliki hubungan yang luar biasa dengan ITB, sampai akhirnya tahun ini bekerja sama mengembangkan ADAPTMENT Lab. Merupakan suatu kehormatan untuk berkolaborasi dengan tim terbaik dalam penanganan isu holistik seperti halnya adaptasi perubahan iklim,” ujarnya.
Menyambung pemaparan Eisuke, dekan dari keempat fakultas secara bergantian memaparkan tentang sumber daya fakultas/sekolah masing-masing serta potensi kontribusi yang dapat mereka lakukan untuk ADAPTMENT Lab. Dimulai dari FITB yang akan berfokus pada aspek survei dan permodelan spasial, kebencanaan, sumber daya air dan kemaritiman, serta geologi.
Sementara itu, SITH mempersiapkan berbagai teknologi berbasis biologi (bio-based) untuk mengantisipasi maupun menanggulangi berbagai dampak perubahan iklim. Kemudian FSRD akan bekerja pada desain solusi yang mempertimbangkan interaksi dan keterkaitan antara manusia dengan lingkungannya. Adapun, SAPPK akan memberikan kontribusi terkait alur dan skenario pembangunan sesuai arahan yang terdapat dalam dokumen perencanaan.
ITB dengan semangat kemanusiaan selalu berkomitmen untuk terjun langsung dalam menangani berbagai permasalahan yang terjadi di masyarakat melalui pendekatan sains, teknologi, dan seni. Dengan pengembangan ITB ADAPTMENT Lab, komitmen ini dibuktikan melalui kolaborasi interdisiplin dalam hal adaptasi perubahan iklim.
Reporter: Hanifa Juliana (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2020)