Gelar Seminar Obat Rakyat, BPK RI Gandeng ITB Terkait Teknologi

Oleh Hafshah Najma Ashrawi

Editor Hafshah Najma Ashrawi

BANDUNG, itb.ac.id - Bertempat di Aula Barat ITB, pada Rabu (15/04/14) ITB bekerjasama dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI menggelar seminar bertajuk 'Seminar Obat untuk Rakyat'. Seminar tersebut turut mengundang Perwakilan Badan Pengawas Obat dan Makanan pusat dan provinsi. Pada acara tersebut, Rizal Djalil yang mewakili BPK menyatakan pentingnya audit kinerja untuk pengembangan industri.
Rizal kembali menyatakan, menurut hasil audit yang dilakukan oleh BPK diketahui bahwa faktor utama penyebab mahalnya harga obat yakni produksi bahan baku yang belum mencukupi. "Sebagian besar bahan baku diimpor," ujar Rizal. Selain itu, hal lain yang dinilai menjadi faktor penyebab mahalnya harga obat adalah biaya produksi dan biaya promosi yang besar. "Diperlukan adanya kolaborasi dengan akademisi untuk menyediakan teknologi yang mendorong bahan baku supaya dapat diproduksi di dalam negeri," tegas Rizal.

Untuk mendorong industri farmasi supaya bisa maju, maka diperlukan insentif pajak dan turun tangan pemerintah. "Maka dari itu, diperlukan kebijakan nasional," tutur Rizal. Tarif obat di Indonesia yang masih terbilang mahal juga ditengarai disebabkan oleh penyelesaian registrasi obat yang tidak tepat waktu. Rizal kembali menyatakan bahwa pengaruh ketepatan waktu registrasi berpengaruh terhadap harga obat. BPK yang sebelumnya mengunjungi sebanyak tiga puluh tiga industri memperoleh temuan, "Ketepatan waktu penyelesaian registrasi berpengaruh antara 0,5 persen sampai dengan 20% dari harga jual obat. Masalah soal tenaga, information technology, atau fasilitas lainnya mungkin menjadi faktor keterlambatan tersebut," ujar Rizal.

Dalam hal ini, ITB pun menyatakan dukungannya terhadap program audit terutama terkait bidang farmasi. "ITB mendukung dan siap memberikan bantuan terkait audit bidang-bidang kesehatan," yang disampaikan oleh Prof. Dr. Daryono Hadi Tj. Apt., M.Si selaku Dekan Sekolah Farmasi ITB.