Guru Besar ITB Paparkan Pentingnya Circular Economy dan Sustainability untuk Industri Kimia

Oleh Adi Permana

Editor Vera Citra Utami


BANDUNG, itb.ac.id- Webinar ke-6 dalam rangka memperingati 80 tahun Pendidikan Tinggi Teknik Kimia di Indonesia bersama IATK-ITB diadakan pada Sabtu, 24 Juli 2021. Webinar ini diisi oleh beberapa narasumber, salah satunya Guru Besar Teknik Kimia ITB Prof. Tjandra Setiadi.

Circular economy dan sustainability untuk industri kimia merupakan tema pembahasan yang diplih untuk webinar ke-6 80 tahun Pendiidkan Tinggi Teknik Kimia di Indonesia. Ekonomi sirkular untuk mendukung industri kimia yang berkelanjutan merupakan pembahasan yang dibawakan oleh Prof. Tjandra Setiadi.

Ia mengatakan bahwa dalam pendidikan terjadi perubahan dari linear ekonomi menjadi sirkular ekonomi. Hingga saat ini, paradigma yang ada pada khusunya bidang keilmuwan Teknik Kimia adalah mengubah suatu produk dan mengabaikan limbah yang dihasilkan. “Namun seiring perkembangan zaman, pengolahan limbah hasil produksi diharapkan dapat dimanfaatkan sehingga menjadi sirkular,” kata Prof. Tjandra.

Apa itu Circular Economy?

Circular economy memiliki arti secara umum yaitu mengurangi limbah yang dihasilkan oleh produksi (Zero Waste). Pengaruh populasi memiliki hubungan linear dengan jumlah populasi, kemakmuran negeri, dan teknologi. Saat populasi meningkat, kebutuhan juga meningkat dan ini akan membuat sumber daya alam makin tereksploitasi dan limbah hasil produksi makin meningkat. Oleh karena itu, dibutuhkan circular economy.

“Hal ini dilakukan agar dapat tercapainya SDGs yang ditargetkan akan tercapai pada tahun 2030. Namun keberlangsungan ekonomi sirkular menemui sejumlah hambatan dalam keberjalanannya. Dari segi pendidikan, regulasi, dan inovasi masih menjadi hambatan utama bagi Indonesia untuk mencapai hal tersebut,” ujar Prof. Tjandra.

Perkembangan Circular Economy di Indonesia

Guru Besar pada KK Perancangan dan Pengembangan Produk Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri (FTI) ITB itu menjelaskan, transisi menuju ekonomi sirkular bisa dilakukan dengan mempertahankan produk dan sumber daya secara terus menerus. Selain itu, dapat dilakukan dengan meminimalkan limbah yang ada. Dan yang terakhir dengan membawa keuntungan ekonomi, sosial,dan lingkungan. “Terdapat banyak peluang yang ada untuk mencapai ekonomi sirkular, contohnya yaitu produksi aspal yang memanfaatkan limbah sehingga menjadi bahan baku,” katanya.

Industri kimia berperan besar dalam keberhasilan ekonomi sirkular, baik di bidang makanan seperti pengembangan kemasan makanan, lalu bidang konstruksi dengan meningkatkan efisiensi energi untuk pembangunan banguanan, dan bidang otomotif dengan pemanfaatan elastromers untuk meminimalkan konsumsi bahan bakar. Industri kimia sangat berpengaruh dalam perkembangan Indonesia. Diperkirakan dalam 4 tahun mendatang akan terjadi peningkatan sebesar 5,56 persen industri petrokimia di Indonesia.

Perkembangan Industri memiliki hubungan linear dengan perkembangan limbah, seperti Limbah B3. Tantangan untuk memanfaatkan limbah B3 dalam ekonomi sirkular yang paling utama yaitu biaya, lalu kurangnya teknologi. Selain itu, regulasi yang rumit dan adanya sanksi jika terjadi kesalahan dalam pengolahan menjadi tantangan yang harus dihadapi. Salah satu contoh pengolahan limbah untuk mencapai ekonomi sirkular adalah pengolahan baterai.

Menjalankan ekonomi sirkular perlu perencanaan yang baik dan road map yang jelas. Eknonomi sirkular memerlukan kapasitas dan network, implementasi dan replikasi, policy dan strategy, teknologi dan inovasi, finansial serta investasi.

Reporter: Tarisa Putri (Teknik Kimia 2019)