Hari Meteorologi Sedunia: ITB Mendorong Inovasi Berkelanjutan dalam Pemodelan Cuaca dan Iklim
Oleh Mely Anggrini - Mahasiswa Meteorologi, 2022
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

BANDUNG, itb.ac.id – Dalam upaya memperingati Hari Meteorologi Sedunia, Kelompok Keilmuan (KK) Sains Atmosfer, Program Studi Meteorologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (FITB ITB) menyelenggarakan webinar bauran melalui platform Zoom, Sabtu (22/3/2025). Webinar dengan judul “Peningkatan Kualitas Calon Garda Depan Informasi Cuaca dan Iklim Indonesia” ini bertujuan memperkuat peran akademisi, peneliti, serta praktisi dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan cuaca ekstrem di Indonesia.
Dosen dari KK Sains Atmosfer, Dr. Joko Wiratmo, M.P., menekankan bahwa pemahaman tentang kebencanaan hidrometeorologi belum didapatkan dengan baik oleh masyarakat sehingga perlu penyadaran publik oleh pihak-pihak yang lebih kompeten seperti perguruan tinggi dan berbagai lembaga negara.
Dosen ITB pun turut berperan aktif dalam mengembangkan teknologi dan penelitian terkait prediksi cuaca dan mitigasi bencana hidrometeorologi. Dr. Joko Wiratmo mengangkat topik tentang “Pengaruh La Nina dan La Nina Modoki pada Anomali Curah Hujan di Pulau Papua dan Proyeksi Peta Agroklimat Indonesia sampai Tahun 2100”. Melalui penelitian ini, Dr. Joko menekankan pentingnya pemahaman terhadap pola curah hujan yang dipengaruhi oleh fenomena iklim global untuk mendukung perencanaan pertanian dan strategi mitigasi bencana di Indonesia.
Beliau menjelaskan bahwa sepanjang 1990–2020, anomali curah hujan positif terjadi di Semenanjung Doberai dan sisi selatan Pegunungan Tengah, Papua, saat La Nina maupun La Nina Modoki. Namun, La Nina memiliki dampak lebih kuat, terutama pada musim Juni-Juli-Agustus (JJA), dengan curah hujan yang meningkat signifikan. Efek topografi juga berperan dalam distribusi curah hujan akibat kedua fenomena ini.
“Perubahan ini menandakan perlunya strategi adaptasi oleh pemerintah dan masyarakat setempat, melalui pemilihan kalender tanam yang tepat,” ujarnya.

Pemahaman terhadap pola curah hujan ini penting untuk membantu sektor pertanian beradaptasi terhadap perubahan iklim. Peta agroklimat menjadi alat prediksi strategis bagi petani dalam menentukan varietas tanaman, waktu tanam, dan sistem irigasi guna mengurangi risiko gagal panen. Langkah adaptasi seperti penerapan teknologi pertanian berbasis data, tanaman tahan kekeringan, serta diversifikasi komoditas juga krusial dalam menjaga ketahanan pangan.

Sementara itu, dosen Meteorologi ITB, Dr. Plato Martuani Siregar, S.Si., M.Si., memaparkan aplikasi model WRF-Hydro dalam simulasi debit banjir maksimum, yang berpotensi membantu pemerintah daerah dalam prediksi dan penanggulangan risiko banjir. Beliau menekankan pentingnya sistem peringatan dini yang lebih cepat dan serentak di seluruh Indonesia.
“Hujan lebat di wilayah ini dipengaruhi oleh pengangkatan orografi akibat keberadaan Gunung Lubuk Raya dan Sibualbuali serta interaksi dengan front dingin di sebelah selatan dan utara Lubuk Raya,” ujarnya.
Akibat fenomena tersebut, banjir menjadi kejadian periodik yang terjadi setiap tahun sehingga diperlukan pemanfaatan model prediksi seperti WRF Hydro untuk memitigasi risiko dan meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi bencana banjir di masa mendatang.
Melalui riset-riset ini, ITB tidak hanya berperan sebagai pusat pendidikan, tetapi juga sebagai garda terdepan dalam inovasi pemodelan cuaca dan iklim untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana hidrometeorologi.
Reporter: Mely Anggrini (Meteorologi, 2022)