HIMAREKTA 'Agrapana' ITB Gelar Grand Seminar SSIP

Oleh Cintya Nursyifa

Editor Cintya Nursyifa

BANDUNG, itb.ac.id - Salah satu upaya untuk menciptakan Indonesia berdaulat di sektor pertanian adalah dengan menyerukan perihal kedaulatan pangan. Mahasiswa dengan perannya sebagai agent of change dapat membantu pemerintah yang didukung oleh kekuatan masyarakat dalam mewujudkan pertanian yang berkualitas dalam mewujudkan kedaulatan pangan tersebut.  Atas dasar tersebut Himpunan Mahasiswa Rekayasa Pertanian (HIMAREKTA) 'Agrapana' Institut Teknologi Bandung mengadakan kegiatan Grand Seminar Sosialisasi Strategi Induk Pembangunan Pertanian Indonesia 2015-2045 yang bertemakan "Pertanian Bioindustri Berkelanjutan, Solusi Pembangunan Indonesia Masa Depan". Rangkaian acara tersebut dilaksanakan di kampus ITB Jatinangor, Jalan Let. Jen. Purn. Dr. (HC) Mashudi No.1 Sumedang pada hari Kamis (26/11/15).

Mata acara kegiatan ini dibagi kedalam dua sesi. Sesi I merupakan pembahasan mengenai "Sosialisasi Strategi Induk Pembangungan Pertanian" yang dibawakan oleh Prof. Dr. Ir. Pantjar Simatupang, M.S (Profesor Riset Balitbang Tim Implementasi Kementrian Pertanian), Dr. Ir. Robert Manurung, M. Eng (Dosen SITH ITB). Kemudian dilanjutkan sesi II dengan topik "Implementasi Pertanian Bioindustri yang Berkelanjutan di Indonesia" oleh Dr. I Nyoman Pugeg Aryantha (Dekan SITH ITB), Drh. Oloan Parlindungan, MP (Kepala Balai Inseminasi Buatan), Tantyo Bangun (Co-Founder Kecipir.com PT Jejaring Hijau Indonesia), dan Dr. A. Dimyati, M. S (Peneliti Senior Puslitbang Holtikultura). Kegiatan ini bertujuan untuk memaparkan strategi pembangunan pertanian dalam jangka panjang, sehingga informasi tersebut dapat tersebar dan mengubah paradigma masyarakat terutama mahasiswa mengenai pertanian. Peserta yang hadir berasal dari berbagai kalangan bahkan terdapat peserta yang merupakan mahasiswa dari universitas di luar pulau Jawa.


Panitia mengemas seminar ini dalam bentuk sosialisasi dan bedah renstra dari Kementrian Pertanian dengan mendatangkan pula para ahli di bidang pertanian dan ilmu-ilmu terkait, serta pemaparan dari praktisi balai inseminasi buatan dan balai penelitian tanaman sayuran (Balitsa). Harapannya, dengan adanya kegiatan ini tidak hanya akan memberikan, baik pengetahuan maupun informasi, tetapi juga menggerakan mahasiswa untuk memajukan sektor pertanian Indonesia. "Solusi pertanian di Indonesia bukanlah dengan pemberian subsidi, namun dengan teknologi," ungkap Oloan di sela-sela pemaparan materi. Kemudian acara ini ditutup dengan pengumuman kompetisi Agrifasco (Agriculture Farming System Competition) yang diperuntukkan bagi mahasiswa prodi Rekayasa Pertanian.