Orasi dan Pawai Warna-warni OSKM ITB 2024: Serukan Semangat Perjuangan untuk Masa Depan Bangsa
Oleh Raihan Zhafar - Mahasiswa Rekayasa Infrastruktur Lingkungan, 2021
Editor Anggun Nindita
JATINANGOR, itb.ac.id - Ketua setiap Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) memberikan orasi mengenai isu-isu penting dalam lingkup studi masing-masing jurusan di hari terakhir Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa (OSKM) ITB 2024, ITB Kampus Jatinangor, Sabtu (7/9/2024).
OSKM ITB merupakan masa orientasi atau pengenalan mahasiswa baru terhadap ITB dan Keluarga Mahasiswa (KM) ITB. OSKM ITB 2024 dilaksanakan selama empat hari berturut-turut dari hari Selasa hingga Sabtu. Pada hari terakhir OSKM ITB diwarnai warna-warni jaket HMJ pada pawai dan orasi warna-warni.
“Orasi sama pawai warna-warni itu salah satu rangkaian di OSKM yang tujuannya untuk memperkenalkan berbagai macam warna himpunan di KM ITB. Disitu kita bisa lihat impresi, mars, ataupun budaya lainnya dari berbagai himpunan di KM ITB," kata Ketua OSKM ITB 2024, Yehezkiel Obed Edom Sitorus.
Mahasiswa Geodesi angkatan 2021 yang akrab dipanggil Obed juga menjelaskan alasan dibalik nama “warna-warni” di kegiatan tersebut, “Sebenarnya nama aslinya bukan warna-warni, melainkan orasi pelangi dan pawai pelangi. Pelangi disini dikarenakan banyaknya warna dari jaket himpunan, ketika disusun sedemikian rupa sekilas mirip seperti warna pelangi," tuturnya.
"Sayangnya, sekarang konotasi pelangi sering disalahgunakan dan bisa berkonotasi negatif. Tentunya bukan dari civitas akademik ITB namun dari massa umum. Kejadian ini terjadi di tahun lalu sampai sempat viral sehingga namanya diganti jadi warna-warni," lanjutnya.
Terdapat 40 HMJ yang meramaikan pawai warna-warni dan orasi warna-warni di hari terakhir OSKM ITB 2024. Masing-masing HMJ menggaungkan semangat perjuangan mahasiswa untuk berkontribusi menyelesaikan masalah yang ada di masing-masing lingkup studi di Indonesia.
“Indonesia emas yang sudah lama menjadi angan-angan, masih dibayang-bayangi oleh kesenjangan. Masyarakat yang sepatutnya jadi pusat pembangunan dibiarkan hidup dalam kegelapan. Hanya menjadi komoditas bagi yang berkepentingan. Bangsa ini seolah-olah sudah lupa akan akarnya, sudah jauh tujuannya untuk mensejahterakan. Untuk itu perencanaan seharusnya memperhatikan segala kepentingan, untuk meningkatkan keping demi keping kehidupan, menata ruang-ruang, menata kemajuan” begitu isi orasi dari ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota (HMP Pangripta Loka ITB).
Meski begitu ada yang nampak berbeda dari penampilan Himpunan Mahasiswa Rekayasa Pertanian (HIMAKERTA) "Agrapana” ITB. Mereka nampak hanya terdiam sambil mengangkat tangan yang dikepal. Mereka pun terlihat menggunakan topi caping serta menutup mulutnya.
Tidak lama kemudian, beberapa peserta dari mahasiswa baru juga ikut berdiri dengan mengangkat tangan yang dikepal juga. Disertai dengan para mahasiswa himpunan jurusan lain yang ikut meramaikan dengan berseru “Hidup Petani".
Menurut Ketua HIMAREKTA “Agrapana” ITB, Kemas Abiyusuf Zaidan, orasi atau pesan yang ingin diutarakan tidak harus melalui kata-kata.
“Dalam diskusi bersama beberapa rekan anggota himpunan, muncul sebuah ide yang menggambarkan kondisi pertanian di Indonesia, khususnya terkait dengan pelaku utama, yaitu petani. Caping yang merepresentasikan petani dan mulut yang dibungkan dengan lakban merupakan simbolisasi bahwa petani di Indonesia tidak memiliki hak suara dalam keputusan yang terkait dengan sektor pertanian, baik dalam hal kebijakan harga maupun aspek lainnya. Terakhir pengangkat tangan adalah ajakan untuk melawan opresi yang dialami oleh petani, serta mengajak untuk menciptakan suasana yang mendukung orasi," jelas Kemas.
Terakhir kegiatan pada OSKM ini, ditutup oleh Ketua Kabinet Keluarga Mahasiswa ITB, Fidela Marwa Huwaida. Pada orasinya, menyerukan semangat perjuangan mahasiswa dalam mengambil peran sebagai insan akademis “Berkontribusi, berdampak bagi sekitar, menata kehidupan bangsa, dengan menekankan prinsip nilai moralitas, dan juga mencari serta menjunjung tinggi nilai kebenaran ilmiah," ungkapnya.
Dengan euforia dan hegemoni semangat perjuangan mahasiswa pada hari itu, orasi tersebut ditutup dengan Salam Ganesha yang dipimpin oleh Ketua Kabinet Keluarga Mahasiswa ITB tersebut.
“Untuk Tuhan, Bangsa, dan Almamater. Merdeka!” tegasnya.
Reporter: Raihan Zhafar (Rekayasa Infrastruktur Lingkungan, 2021)