HMF 'Ars Praeparandi': Training Konseling Pasien

Oleh kikywikantari

Editor kikywikantari

BANDUNG, itb.ac.id - Himpunan Mahasiswa Farmasi 'Ars Praeparandi' menyelenggarakan Training Konseling Pasien (TKP), pada hari Sabtu, 10 Oktober 2009 di Campus Center Timur ITB. TKP Sekolah Farmasi-ITB. TKP merupakan sebuah rangkaian acara yang terdiri dari tiga tahap, yakni TKP tahap 1 yang diadakan bulan April 2009, TKP tahap 2 di bulan Juni 2009, dan TKP tahap 3 yang diselenggarakan bulan Oktober 2009 dan merupakan salah satu kegiatan utama yang dimiliki oleh divisi Farmacare HMF 'Ars Praeparandi'.
Secara umum, TKP bertujuan untuk meningkatkan kompetensi calon farmasis ITB dalam melakukan konseling. Dengan penguasaan konseling yang baik, farmasis diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas pelayanan farmasi khususnya pelayanan yang berkaitan langsung dengan pasien (patient-oriented). Untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut, terdapat beberapa materi yang diberikan dalam TKP. Materi tersebut terdiri atas pelatihan cara konseling, pembelajaran mengenai psikologi pasien, dan komunikasi intrapersonal. Materi TKP diberikan oleh Dra. Sri Hartini, M.Si sebagai konselor obat IFRS Hasan Sadikin.

Pelaksanaan TKP tahap 1 dan tahap 2 terbagi atas dua sesi. Sesi pertama berisi materi, sedangkan sesi kedua berupa sesi simulasi konseling. Pada TKP tahap 1 dan tahap 2, simulasi dilakukan dalam kelompok dan dinilai oleh evaluator masing-masing kelompok. Evaluator yang terlibat dalam TKP, diantaranya Dra. Sri Hartini, M.Si, Irma Vitriani Susanti, S.Si., Apt., Akhmad Mukhamad Arifin, S.Si., Apt., dan Rohni Cahya Manik, S.Si., Apt. Para evaluator merupakan lulusan apoteker ITB yang telah terjun ke dalam bidang farmasi klinik dan komunitas, sehingga kompetensi di bidang konseling tidak perlu diragukan lagi. Berbeda dengan tahap 1 dan tahap 2, pada TKP tahap 3, simulasi yang dilakukan dibuat semirip mungkin dengan kompetisi PCE (Patient Counseling Event). Peserta diberikan kesempatan untuk melakukan telaah pustaka sebelum melakukan konseling sehingga peserta memiliki bekal informasi untuk disampaikan pada saat konseling. Selain itu, konseling dilakukan secara individu dan masing-masing peserta dievaluasi secara langsung satu per satu oleh evaluator. Dalam TKP 3 ini, jumlah evaluator bertambah tiga orang, yakni Dra. Leiza Leman Bakhtiar, M.Pharm, Apt., dan dua orang rekan sejawat Ibu Sri yang sama-sama berasal dari IFRS Hasan Sadikin, yakni Dra. Hegandari, Apt. dan Dra. Siti, Apt. Hal ini dilakukan agar para peserta dapat merasakan atmosfer kompetisi yang sebenarnya sehingga dapat lebih siap dalam menghadapi kompetisi.

Materi TKP diberikan secara berjenjang dimulai dari dasar ilmu komunikasi dan teknik konseling serta pengkajian resep dengan tingkat kesulitan yang semakin meningkat pada tiap tahapan simulasi. Selain itu, untuk memotivasi peserta pada TKP 3 didatangkan pakar konseling obat untuk berbagi pengalaman dengan peserta. Dari ketiga tahapan TKP tersebut, secara umum materi yang diberikan dapat diterima dengan baik. Akan tetapi, materi yang diberikan belum diterapkan secara utuh. Hal ini dapat terlihat dari pelaksanaan simulasi. Sebagai contoh, para peserta belum menerapkan three prime questions sebagai pertanyaan kunci dalam memulai konseling. Walaupun demikian, terdapat peningkatan dari segi performance, komunikasi dan kepercayaan diri.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa program TKP memiliki prospek yang baik dalam memfasilitasi mahasiswa farmasi untuk melengkapi kompetensi kefarmasiannya. Sehingga sebaiknya program TKP ini dilakukan secara berkala sebab kemampuan konseling merupakan suatu ilmu yang membutuhkan pelatihan secara terus menerus.