Industri Kimia Hilir sebagai Penyokong Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Industri kimia hilir menjadi salah satu penyumbang peningkatan perekonomian nasional. Namun, pandemi membuat keadaan penuh dengan ketidakpastian, termasuk dalam pertumbuhan ekonomi dan industri di Indonesia. Melalui webinar ke-7 dalam rangka memperingati 80 tahun Pendidikan Tinggi Teknik Kimia di Indonesia, para ahli lantas berkumpul untuk berdiskusi tentang industri kimia hilir. Webinar ini berlangsung melalui platform YouTube Live dan Zoom pada Sabtu (21/8/2021).
Dirjen Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kemenperin Ir. Muh Khayam, M.T., IPU hadir sebagai keynote speaker pada webinar ini. Khayam menyampaikan pertumbuhan ekonomi dan industri cukup tinggi meski masih dalam kondisi pandemi. Di tengah pembatasan yang ditetapkan oleh pemerintah, industri kimia, farmasi, dan obat tradisional menjadi subsektor terbesar kedua penyumbang kontribusi pada sektor industri pengolahan nonmigas triwulan II 2021.
Khayam mengatakan, produk farmasi, kosmetik, dan obat tradisional adalah industri yang besar. Hal ini didukung oleh keanekaragaman bahan baku terbarukan yang melimpah di Indonesia—hampir 75 persen dari jumlah keanekaragaman di dunia. Khayam berharap Indonesia dapat menempati 10 besar pertumbuhan ekonomi di dunia pada 2030 dengan mengadopsi peta jalan Making Indonesia 4.0.
Selanjutnya, Direktur Operasi dan Produksi PT Pupuk Kujang Ir. Robert Sarjaka, M.T., IPU memaparkan keberjalanan industri kimia hilir di PT Pupuk Kujang. Alumni Teknik Kimia ITB itu menjelaskan bahwa perusahaannya memiliki sejumlah anak perusahaan dan perusahaan patungan.
Robert juga menguraikan pencapaian dari salah satu anak perusahaannya, PT Pupuk Indonesia Pangan, yang berhasil mengembangkan sebuah katalis yang diberi nama “Katalis Merah Putih”. Sebelumnya, katalis yang digunakan di Indonesia merupakan barang impor.
PT Croda Indonesia sebagai perusahaan berbasis industri kimia juga hadir dalam diskusi ini. President Director PT Croda Indonesia Ir. Erwin Harun, M.M. memberi ringkasan terkait perusahaannya. Dengan tujuan smart science to improve lives, PT Croda Indonesia tidak hanya fokus pada industri kimia, tetapi juga sains untuk membangun kehidupan. Salah satu produk yang dihasilkan oleh perusahaan ini adalah vaksin Pfizer yang membantu menekan laju kenaikan kasus Covid-19 di beberapa negara. Namun, dalam perjalanannya, Erwin mengaku menemui beberapa tantangan.
“Tantangan kita adalah sulitnya mendapatkan raw material supply, perizinan untuk izin usaha dan regulasi dekarbonisasi, dan logistik yang kurang efisien,” ujar Erwin.
Selanjutnya, Ir. Setyo Yanus Sasongko menjelaskan teknologi microbial enchace oil recovery (MEOR) yang dikembangkan oleh PT Aimtopindo Nuansa Kimia. Pengembangan teknologi ini dilatarbelakangi oleh terjebaknya minyak dalam batuan sehingga hanya sedikit yang dapat dimanfaatkan di lapangan. Konsep yang digunakan adalah biosurfaktan berbasis mikroba.
“Mikroba ini dapat memecah minyak menjadi kecil sehingga dapat melalui batuan,” imbuh Direktur PT Aimtopindo Nuansa Kimia ini.
O&G BU Director PT Zeus Kimiatama Indonesia Ir. Istiyarso kemudian menjadi pembicara penutup. Lulusan Sarjana Teknik Kimia Universitas Diponegoro itu menjelaskan gambaran perusahaan dalam mengembangkan specialty chemical dan fine chemical.
Industri kimia hilir ini harus dikembangkan karena bisa memperkuat tingkat ekspor di Indonesia. Selain itu, industri ini harus menuju substitusi impor. Namun, perlu ditekankan untuk selalu melakukan kolaborasi intensif pemangku jabatan, yaitu dengan pemerintah, swasta atau bisnis, dan akademisi. Pelaksanaannya harus efisien, regulasi harus kondusif, dan inovasi harus jalan sehingga tidak tercipta kegagalan pasar.
Reporter: Hanan Fadhilah Ramadhani (Teknik Sipil Angkatan 2019)