Inovasi Mahasiswa ITB di PKM 2024: Berawal dari Penelitian Kelas, Manfaatkan Kulit Bawang Merah untuk Obati Diabetes

Oleh Nattaya Putri Syailendra - Mahasiswa Rekayasa Kehutanan, 2022

Editor M. Naufal Hafizh

Tim Quercelite. (Dok. Tim Quercelite)

BANDUNG, itb.ac.id –Tim Quercelite Institut Teknologi Bandung (ITB) menjadi salah satu perwakilan tim dari ITB dalam Program Kreativitas Mahasiswa, Bidang Riset Eksakta (PKM-RE), sepanjang periode Mei hingga Agustus 2024.

Mereka adalah Muhammad Zaky Muthahari (Rekayasa Pertanian, 2022) sebagai ketua kelompok riset, Muhammad Hisyam Qordhowi (Rekayasa Hayati, 2022), Muhammad Rafi Bonardi, Tania Sofiani, dan Samuel Balapradana Simanjuntak (Rekayasa Pertanian 2022).

PKM adalah sebuah program yang diusung Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen-Dikristek) yang diharapkan dapat meningkatkan mutu mahasiswa dalam berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menerapkan, mengembangkan, serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) merupakan salah satu jenis program yang berfokus pada fenomena ilmiah yang berkaitan dengan berbagai hukum sains dalam proses penyelesaiannya.

Motivasi Tim Quercelite mengikuti program PKM-RE berawal dari kegiatan penelitian kecil Mata Kuliah Fisiologi dan Perkembangan Tumbuhan. Saat itu, Tim Quercelite sedang meneliti metabolit sekunder quercetin pada buah alpukat dan kulit bawang merah. Ternyata, ekstrak quercetin dari tanaman tersebut dapat menjadi salah satu solusi untuk pengobatan penyakit diabetes mellitus. Karena mereka mengalami keterbatasan dana pada proyek penelitian kecil, Tim Quercetin mencoba memanfaatkan kesempatan untuk mengikuti program PKM-RE dengan mengangkat topik berjudul “Evaluasi Efektivitas Metabolit Sekunder Quercetin pada Limbah Kulit Allium cepa L. Sebagai Inhibitor Alpha-Amilase untuk Mengobati Diabetes Melitus”.

Judul penelitian PKM-RE Tim Quercelite. (Dok. Tim Quercelite)

Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit berbahaya yang dapat ditimbulkan dari berbagai macam faktor, salah satunya pola konsumsi makanan sehari-hari. Melihat adanya urgensi tersebut, Tim Quercelite melihat peluang pada senyawa organik quercetin untuk menghasilkan luaran pengobatan minim efek samping karena senyawa tersebut memiliki mekanisme yang serupa dengan Acarbose, yaitu obat yang digunakan untuk mengobati pasien pengidap diabetes melitus.

“Pertama-tama, kami memilih dan menentukan tanaman yang banyak mengandung senyawa quercetin, serta umum dijumpai di Indonesia. Kemudian, kami mencari berbagai sumber literatur untuk menguji dan mengevaluasi senyawa quercetin pada tanaman bawang merah. Setelah mendapat cukup sumber, kami menyimpulkan bahwa tanaman bawang merah tersebut dapat diuji secara in vitro, yang selanjutnya hasil uji tersebut dibandingkan dengan kandungan pada obat Acarbose,” ujar Zaky Muthahari.

Berbagai tantangan telah berhasil dihadapi Tim Quercelite. Mulai dari munculnya berbagai hambatan saat penyusunan proposal, pengkajian yang terus berulang, hingga hasil yang tidak maksimal. Namun, banyak sekali ilmu yang mereka dapat, seperti wawasan baru tentang multidisiplin ilmu kesehatan, kemampuan pemecahan masalah, hingga keterampilan lab.

“Harapannya, semoga semakin banyak lagi penelitian mengenai senyawa quercetin untuk mengobati penyakit diabetes mellitus. Jika senyawa quercetin dapat diproduksi secara umum, senyawa ini dapat menjadi terobosan baru dalam menekan angka kasus diabetes mellitus. Selain itu, jika quercetin berhasil diproduksi dalam skala industri, quercetin dapat membantu mengatasi masalah limbah pada lingkungan karena senyawa ini berasal dari kulit bawang merah. Hal-hal tersebut menjadi salah satu upaya diversifikasi pemanfaatan limbah untuk memaksimalkan potensinya,” kata Zaky.

Reporter: Nattaya Putri Syailendra (Rekayasa Kehutanan, 2022)